Berdasarkan keterangan dari Almond dan Verba definisi Budaya Politik adalahsikap orientasi yang khas dari penduduk negara terhadap sistem politik dan ragam ragam bagiannya dan sikap terhadap peranan penduduk negara yang terdapat dalam sistem itu. Alan R. Ball Budaya politik menurut Alan R. Ball ialah suatu rangkaian yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat yang bersangkutan dengan sistem politik dan isu-isu politik. Almond dan Powell Almond dan Powell mengaku bahwa definisi Budaya Politik adlaah sebuah konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai – nilai dan ketrampilan yang sedang berlaku untuk seluruh anggota masyarakat, tergolong pola – pola kecenderungan eksklusif serta pola – pola kelaziman yang ada pada kumpulan – kumpulan dalam masyarakat. Albert Widjaja Budaya politik menurut keterangan dari Albert Widjaja ialah aspek politik dari sistem nilai-nilai yang terdiri ide, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya ini dikenal dan dinyatakan sebagain besar masyarakat. Budaya politik itu memberi rasional untuk menampik atau menerima nilai-nilai dan norma lain. Aaron Wildavskus Aaron Wildavskus menyatakan bahwa Budaya politik secara luas menyatakan orang- orang yang menganut nilai-nilai, kepercayaan – keyakinan, dan opsi – opsi yang melegitimasi jalan hidup yang berbeda-beda (menekankan pada keterbukaan terhadap sekian banyak pendekatan dalam kajian kebiasaan politik). Brown (1977) Budaya Politik menurut keterangan dari pandangan Brown ialah sebagai persepsi subyektif mengenai sejarah dan politik, kepercayaan dan nilai-nilai mendasar, lokus identifikasi dan loyalitas, serta pengetahuan dan harapan-harapan politik yang adalahproduk dari empiris sejarah eksklusif dari bangsa/kelompok. Dennis Kavanagh Dennis Kavanagh menafsirkan Budaya politik ialah sebagai pengakuan untuk mengaku lingkungan perasaan dan sikap bagaimana sistem politik tersebut berlangsung. Miriam Budiardjo Budaya politik menurut keterangan dari pengertian Miriam Budiardjo ialah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, laksana norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik dan falsafah pada umumnya. Mochtar Massoed Berdasarkan keterangan dari Mochtar Massoed Budaya politik ialah sikap dan orientasi warga sebuah negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya. Robert Dahl Budaya politik menurut keterangan dari Robert Dahl ialah aspek politik dari sistem nilai- nilai yang terdiri ide, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya ini dikenal dan dinyatakan sebagain besar masyarakat. Budaya politik itu memberi rasional untuk menampik atau menerima nilai-nilai dan norma lain. Roy Macridis Budaya politik menurut keterangan dari pandangan Roy Macridis ialah sebagai tujuan bareng dan ketentuan yang mesti diterima bersama. Rusadi Kantaprawira (1999:26) Budaya politik menurut keterangan dari Rusadi Kantaprawira ialah persepsi manusia, pola sikapnya terhadap sekian banyak masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula ke dalam pembentukan struktur dan proses pekerjaan politik masyarakat maupun pemerintah(an), sebab sistem politik tersebut sendiri ialah interrelasi antara insan yang mencantol soal kekuasaan, aturan dan wewenang. Rusadi Sumintapura Budaya politik menurut keterangan dari Rusadi Sumintapura adalahpola tingkah laku pribadi dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang di hayati oleh semua anggota sebuah sistem politik. Sidney dan Verba Sidney dan Verba mengaku bahwa kebiasaan politik terdiri atas suatu sistem kontrol yang bersangkutan dengna keyakinan-keyakinan, Verba menganjurkan sejumlah dimensi kebiasaan politik, terutama negara bangsa, dengan sesama penduduk negara, serta dengan proses pemungutan keputusan input politknya. Samuel Beer Budaya politik menurut keterangan dari Samuel Beer ialah nilai-nilai keyakina dan sikap- sikap emosi mengenai bagaimana pemerintahan seharusnya dilakukan dan mengenai apa yanga mesti dilakukan ileh pemerintah. White ( 1979 ) Budaya politik menurut keterangan dari White disebutkan sebagai matriks sikap dan perilaku dimana system politik berada. Ciri-Ciri Budaya Politik Indonesia Budaya politik masing-masing negara bertolak belakang dan tidak dapat disamaratakan. Seperti melulu indonesia, mempunyai ciri berpengaruh dalam menjalankan politik. Berdasarkan keterangan dari Rustadi Ciri Dominan Budaya Politik Indonesia yaitu kebiasaan politik yang dipakai masih cenderung mempunyai sifat paternalisme dan patrimonial. Salah satu indikatornya yakni adanya kepuasan terhadap atasan. Budaya politik yang dijalankan terdapat yang parokial subjek dan terdapat yang patisipan guna pihak yang lain. Di samping itu, karen adanya suku kebiasaan yang pelbagai di Indonesia, menjadikannya tidak hanya kebiasaan politik namun adanya sub budaya politik. Tidak bisa dipukul rata kebiasaan dari satu wilayah dan wilayah lainnya. Hal tersebut pun dikarenakan adanya sifat kedaerahan yang masih kental. Sulit guna menerima kebiasaan baru yang tidak cukup sesuai dengan adat yang berlaku. Terdapat tiga ciri paling dominan politik indonesia menurut keterangan dari Afan Gaffar (1999). Adapun tiga komponen itu yaitu hirarki yang tegas, kecenderungan patronagen dan kecenderungan Neo-Patrimonialistik. Sejarah Kemunculan Budaya Politik Kemunculan budaya politik dilatarbelakangi oleh merebaknya rezim demokrasi di seluruh dunia. Pada rezim demokrasi, kita dapat melihat adanya berbagai perubahan budaya dalam masyarakat pasca-industri. Hal inilah yang menjadi titik tolak pada transformasi fundamental cita-cita demokrasi. Pasca industri, masyarakat atau rakyat mulai menyadari akan pentingnya peranan mereka dalam perpolitikan. Gagasan rakyat sebagai “penerima” yang biasa diakui ketika era pra-indstri, bergeser menjadi rakyat sebagai peserta “asertif” dalam politik. Konsekuensi dari pergeseran budaya inilah yang kemudian membuat politik demokratis lebih banyak digerakkan oleh massa. Setelah itu, bermunculan studi mengenai budaya- budaya politik yang banyak dilakukan di rezim demokratis. Budaya politik mulai dipelajari secara intensif dalam konteks demokrasi Barat yang sudah mapan. Studi klasik budaya politik yang paling populer adalah The Civic Culture (1963) oleh para ilmuwan politik Amerika Gabriel Almond dan Sydney Verba. Studi yang dilakukan ini bermaksud untuk mengidentifikasi budaya politik, yang merupakan tempat demokrasi liberal paling mungkin untuk dikembangkan dan dikonsolidasikan. Apa itu Budaya Politik? Di dalam ilmu politik, pengertian budaya politik adalah seperangkat pandangan bersama dan penilaian normatif mengenai sistem politiknya, yang dipegang oleh suatu populasi, untuk membentuk perilaku politik mereka.
Konsep budaya politik di dalamnya termasuk beberapa hal meliputi:
1. penilaian moral, 2. mitos-mitos politik, 3. keyakinan, dan 4. gagasan tentang apa yang membuat masyarakat menjadi baik. Budaya politik sendiri merupakan cerminan dari pemerintah, yang di dalamnya juga memuat unsur-unsur sejarah dan tradisi yang mungkin mendahului rezim saat ini. Sebab, berbagai unsur inilah yang banyak mempengaruhi bagaimana budaya politik masyarakat suatu negara. Akan tetapi, perlu dipahami pula bahwa gagasan budaya politik tidak mengacu pada sikap terhadap aktor tertentu, seperti presiden atau perdana menteri. Budaya politik lebih menunjukkan bagaimana orang melihat sistem politik secara keseluruhan dan keyakinan mereka dalam legitimasi politik tersebut. Jenis/ Tipe Budaya Politik Budaya politik secara umum dapat dibagi ke dalam beberaa jenis. Jenis budaya politik murni sendiri menurut Almond dan Verba dibagi dalam tiga jenis yakni: 1. parochial political cultural, atau budaya politik parokial 2. subject political cultural, atau budaya politik kawula 3. participant political cultural, atau budaya politik partisipan Budaya politik parokial adalah jenis budaya politik yang bercirikan rakyat tidak sadar akan keberadaan pemerintah pusat. Rakyat dalam hal ini dapat diibaratkan seperti seorang yang tidak mengenal dengan politik. Sederhananya, rakyat asing dengan politik. Karenanya, tindakan yang dilakukan rakyat cenderung tidak peduli terhadap kondisi politik. Budaya politik subjek/ kawula adalah jenis budaya politik yang bercirikan rakyat melihat diri mereka bukan sebagai peserta dalam proses politik tetapi hanya sebagai subyek pemerintah. Artinya, masyarakat ini sebetulnya memiliki minat, perhatian, dan mungkin pula kesadaran terhadap sistem politik secara keseluruhan, tetapi memilih bersifat pasif karena enggan berurusan dengan pemerintah. Budaya politik partisipan adalah jenis budaya politik yang bercirikan rakyat percaya bahwa pemerintah dan masyarakat dapat berkontribusi pada sistem dan saling terpengaruh satu sama lain dalam sistem politik. Sederhananya, rakyat berpartisipasi aktif dalam politik, dengan berbagai tindakan politik secara sadar.
Klasifikasi Budaya Politik
Budaya politik dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk. Menurut Arend Lijphart ada perbedaan klasifikasi budaya politik, terdiri dari : Klasifikasi pertama: Budaya politik massal, berarti budaya politik yang dilakukan secara massal atau menyeluruh oleh masyarakat. Budaya politik elit, berarti budaya politik yang dilakukan oleh sekelompok orang saja, atau bagian kecil dari masyarakat. Klasifikasi kedua (merupakan bagian dari budaya politik elit): Koalisi, adalah budaya politik yang menunjukkan kecenderungan untuk saling bekerja sama, antar kelompok kepentingan dalam politik. Kontradiktif, adalah budaya politik yang menunjukkan kecenderungan untuk bertentangan atau saling beroposisi antar kelompok kepentingan dalam politik. Lijphart juga mengklasifikasikan struktur masyarakat ke dalam dua bentuk struktur utama yakni homogen dan heterogen. Struktur masyarakat dalam suatu negara dapat memiliki budaya politik yang homogen, yang berarti mayoritas memiliki kecenderungan budaya politik yang seragam dengan bentuk budaya politik dan jenisnya yang mayoritas seragam. Semisal suatu kelompok masyarakat desa mayoritas adalah kelompok masyarakat yang menganut budaya politik parokial. Mereka abai dan tidak sadar akan kehadiran pemerintah sebagai institusi politik. Namun, suatu masyarakat dapat pula memiliki kecenderungan bentuk dan jenis budaya politik yang berbeda-beda. Semisal masyarakat dalam suatu wilayah kota, sebagian ada yang menganut budaya politik kawula, yakni memahami akan kehadiran pemerintah tapi lebih memilih mengabaikannya, serta sebagian lainnya menganut budaya politik partisipan yang turut aktif dalam kegiatan untuk mempengaruhi perpolitikan. Budaya politik memang tidak hanya menjadi klaim milik rezim demokrasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, rezim non demokrasi pun di dalamnya juga memiliki budaya politik dengan karakter khasnya yang cenderung pasif. Hanya saja, budaya politik ini paling banyak didominasi oleh para pemikir rezim demokrasi. Suatu rezim demokrasi terbukti paling stabil dalam masyarakat, dengan budaya politik parokial dan subjek yang berdasarkan budaya politik partisipan. Campuran dari budaya politik ini dikenal sebagai budaya sipil. Dalam kombinasi ideal ini, warga cukup aktif dalam politik untuk mengekspresikan preferensi mereka kepada para penguasa atau pemerintah. Akan tetapi, mereka cenderung tidak begitu terlibat dalam pengambilan kebijakan. Ada kalanya, ini membuat mereka menolak untuk menerima keputusan yang tidak mereka setujui. Setiap negara demokrasi cenderung mengharapkan memiliki pemerintahan yang stabil dengan masyarakat yang menganut budaya sipil. Dalam studi Almond dan Verba, Inggris dan Amerika Serikat, memiliki konsep budaya politik yang paling dekat dengan cita-cita ini.
Contoh Budaya Politik
Budaya politik setiap negara biasanya memiliki karakteristik khas yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Inggris Raya adalah negara demokrasi, tetapi masing-masing memiliki budaya politik yang berbeda. Agar dapat melihat seperti apa budaya politik yang khas di masing-masing negara, kita dapat melihat contoh budaya politik yang ada di Amerika Serikat dan Inggris Raya berikut ini.
# Contoh budaya politik Amerika Serikat
Sejarah Amerika yang merupakan kumpulan dari para pendatang dan pelarian dari daratan Eropa membuat karakteristik masyarakat merasa antipati dengan sistem yang dulunya mereka jumpai di Eropa, yakni berupa monarki. Karenanya, masyarakat Amerika membentuk suatu pemerintahan yang kuat dengan dasar konstitusi yang tegas. Konstitusi inilah yang menjadi landasan negara dalam menjalankan pemerintahannya. Pemerintah Amerika memperoleh kekuasaannya dari konstitusi tertulis yang dirancang oleh orang-orang yang takut pada monarki dan pemerintah pusat yang kuat. Hal inilah yang mempengaruhi pemerintahan Amerika membagi pemerintah federalnya menjadi tiga cabang yang berbeda. Selain itu, Amerika memiliki sistem kepartaian dengan dwipartai atau yang didominasi oleh dua partai politik, yakni partai buruh dan partai demokrat. Dua partai ini pula yang banyak berpengaruh terhadap budaya politik dari keseluruhan masyarakatnya. # Contoh budaya politik Inggris Raya Berbeda dengan Amerika Serikat yang cenderung takut dengan monarki, Inggris Raya justru memiliki sejarah monarki yang panjang dan tidak pernah memiliki konstitusi tertulis. Inggris Raya hingga kini masih merupakan negara konstitusi dan masih tidak memiliki konstitusi sebagai undang-undang dasarnya. Meskipun raja saat ini memegang gelar resmi kepala negara, elemen dominan pemerintah kekuasaannya tetap dipegang Parlemen sebagai badan legislatif. Hal inilah yang banyak mempengaruhi budaya politik di Inggris Raya. Dalam hal kepartaian, Inggris Raya memiliki hampir setengah lusin partai politik yang secara teratur menempatkan kandidat di Parlemen. Banyaknya partai yang bergerak di perpolitikan Inggris Raya ini juga turut membentuk budaya politik masyarakat sehingga sangat beragam.