Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rahel Avril Syahputra

Kelas :XI-5/28

A. Hak untuk berekspresi dan berpendapat

Demo Mahasiswa RUU RKHUP

Setelah demo mahasiswa mengepung Gedung DPR RI Jakarta pada kemarin, mahasiswa di
berbagai daerah kembali menggelar aksi, seperti di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sumatra
Barat dan wilayah lainnya, Rabu, 25 September 2019.
Dari demo di berbagai daerah, kebanyakan aksi tersebut dilaksanakan di gedung wakil
rakyat. Di Kalbar misalnya, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar demo di
depan Gedung DPRD Kalbar di Jalan Ahmad Yani Pontianak.
Sekjen Solmadapar Kalbar, Heri dalam orasinya menyatakan, pihaknya menolak RUU KUHP
dan RUU KPK serta meminta dikembalikannya legalitas lembaga anti rasuah tersebut.
"Kami juga meminta para wakil rakyat dari Kalbar untuk menandatangani surat pernyataan
penolakan terhadap RUU KUHP dan RUU KPK. Kalau para wakil rakyat tersebut menolak
maka kami akan menduduki gedung," ujarnya.
Di Sulteng, aksi ribuan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi digelar di kawasan Kantor
DPRD Sulteng, Kota Palu. Aksi ini sempat berlangsung ricuh. Massa aksi terlihat kesal karena
tak satu pun anggota DPRD Sulteng hingga pukul 11.48 WITA belum menemui mereka.
Sementara di Sumbar ribuan mahasiswa juga demo di kantor DPRD Sumbar di Kota
Padang. Seorang mahasiswa Muhammad Jalal saat orasi mengatakan kedatangan mahasiswa ke
DPRD Sumbar untuk menyampaikan penolakan mereka.
"Kemarin kita menggelar aksi di Kantor Gubernur dan ingin menemui gubernur, tapi tidak
ada. Apakah hari ini kita ditemui anggota DPRD Sumbar," katanya.
Tidak hanya tiga wilayah itu, gelombang demo juga terjadi di DPRD Sumatra Selatan,
Palembang, DPRD Jawa Tengah di Kota Semarang, DPRD Sumatra Utara, Medan dan masih
banyak lagi.
Sementara di Jakarta, aksi di gedung DPR/MPR yang berujung bentrok antara aparat dan
mahasiswa sempat menjatuhkan korban. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut ada
273 orang yang dirawat di 24 rumah sakit Jakarta.
Yang menjadi pokok persoalan sehingga disuarakan oleh mahasiswa ini adalah penolakan
terhadap RUU KUHP, UU KPK yang baru, RUU Permasyarakatan dan undang-undang lainnya.
Tapi, dari sekian banyak tuntutan itu, RKUHP yang paling mencuat.

Pasal Pasal Demo RUU RKHUP

1. Pasal RUU KUHP soal korupsi yang memuat hukuman yang lebih rendah daripada UU
Tipikor.
2. Pasal RUU KUHP tentang penghinaan presiden dan wakil presiden yang mengancam pelaku
dengan penjara maksimal 3,5 tahun.
3. Pasal RUU KUHP tentang makar yang bisa diancam hukuman mati, seumur hidup atau bui 20
tahun.
4. Pasal RUU KUHP soal penghinaan bendera
5. Pasal RUU KUHP soal alat kontrasepsi
6. Pasal RUU KUHP soal aborsi
7. Pasal RUU KUHP soal Gelandangan
8. Pasal RUU KUHP tentang Zina dan Kohabitasi
9. Pasal RUU KUHP soal Pencabulan
10. Pasal Pembiaran Unggas dan Hewan Ternak
11. Pasal RKUHP tentang Tindak Pidana Narkoba
12. Pasal tentang Contempt of Court Pasal di RUU KUHP tentang penghinaan terhadap badan
peradilan atau contempt of court juga dikritik.
13. Pasal Tindak Pidana terhadap Agama
14. Pasal terkait Pelanggaran HAM Berat (pasal 598-599)

Analisis Fenomena :

Menurut analisis dari saya, fenomena ini disebabkan oleh mahasiswa yang menolak pada
RUU KUHP, UU KPK yang baru, RUU Permasyarakatan dan UU lainnya yang memberatkan
rakyat dan tidak jelas.
a. Kontroversi RUU KUHP
1. Pasal RUU KUHP soal korupsi (hukuman yang lebih rendah daripada UU Tipikor)
2. Pasal RUU KUHP soal penghinaan presiden dan wakil presiden (penjara maks 3,5 tahun)
3. Pasal RUU KUHP soal makar (diancam hukuman mati,seumur hidup/bui 20 thn)
4. Pasal RUU KUHP tentang penghinaan bendera
5. Pasal RUU KUHP tentang alat kontrasepsi
6. Pasal RUU KUHP tentang aborsi
7. Pasal RUU KUHP tentang Gelandangan
8. Pasal RUU KUHP soal Zina dan Kohabitasi
9. Pasal RUU KUHP tentang Pencabulan
10. Pembiaran Unggas dan Hewan Ternak
11. Pasal RKUHP Pidana Narkoba
12. Pasal tentang Contempt of Court, penghinaan terhadap badan peradilan/ contempt of
court juga dikritik.
13. Pasal Tindak Pidana terhadap Agama
14. Pasal yang berkaitan dengan Pelanggaran HAM Berat (Pasal 598-599)

b. Permasalahan UU KPK
1. Bagian yang mengatur pimpinan dihapus
2. Dewan pengawas Kuasanya lebih besar daripada pimpinan KPK
3. Kewenangan dewan pengawas dimasukkan pada teknis penanganan perkara
4. Operasi tangkap tangan (OTT) sulit dilakukan karena pengajuan penyadapan yang rumit
5. Ada risiko kriminalisasi terhadap pegawai KPK terkait penyadapan

6. Pasal 38 ayat (2) UU KPK dihapus


7. Kewenangan penuntutan berkurang
8. Diubahnya Pasal 46 ayat (2) UU KPK (dasar pengaturan secara khusus)
9. Terdapat pertentangan sejumlah norma.
10. Posisi penasihat KPK dihilangkan
11. KPK letaknya hanya berada di Ibu Kota
12. Aspek pencegahan tidak mempunyai penguatan
13. Status KPK tidak jelas (Pegawai Negeri Sipil / PPK atau pegawai kontrak)
14. Jangka waktu SP3 selama dua tahun
15. Terdapat pasal yang disalahartikan (memberi pemahaman bahwa KPK tidak boleh
melakukan OOT)
16. PNS di KPK berada dalam koordinasi dan pengawasan polri
17. Karena status ASN pegawai KPK rentan dikontrol dan tidak independen
18. Kewenangan penanganan kasus yang meresahkan publik di hilangkan
19. Dewan pengawas yang dipilih minimal berpengalamam 15 tahun
20. Pimpinan KPK terancam tidak bisa diangkat karena umurnya dibawah 50 tahun
21. Larangan etik dan antikonflik kepentingan untuk dewan pengawas lebih rendah
dibanding pimpinan dan pegawai KPK

c. Permasalahan RUU Permasyarakatan


1. Pelonggaran masa hukuman bagi narapidana kasus korupsi

2. Ketidakjelasan pemaknaan atas konsep hak kegiatan rekreasional kepada tahanan


maupun narapidana (Pasal 7 huruf c dan Pasal 9 huruf c)

3. Penghapusan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 dan kembali ke Peraturan


Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999.

Dampak terburuk dari RUU KUHP, UU KPK yang baru, RUU Permasyarakatan yang
bermasalah:

4. Pelanggaran terhadap hal hal negatif (Agama, Penggunaan Narkoba, dll)

semakin marak
5. Pertentangan norma norma menjadi hal yang biasa

6. Kriminalitas naik

7. Operasi Tangkap Tangan(OTP) lebih susah dilakukan

8. Penanganan korupsi yang sangat kompleks akan sulit dilakukan

Strategi untuk meningkatkan Kebebasan Demokrasi


Menurut saya, strategi untuk meningkatkan Kebebasan Demokrasi dalam
kasus ini adalah.
1. Pemerintah lebih mendengarkan aspirasi rakyat
2. Pemerintah dan Rakyat saling bekerja sama untuk membangun negara
(Tidak memutuskan segala sesuatu sendirian)
3. Memilih langkah yang lebih tepat

Penegakan Hukum yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah


1. Tetap memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012

2. Pasal-pasal yang merugikan kepentingan rakyat dibenahi

3. Pasal pasal Korupsi dibenahi sebaik mungkin, agar korupsi dipandang sebagai hal yang
sangat jelek di lingkungan masyarakat

B. Hak untuk berserikat

Pembubaran Organisasi

1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyatakan pembubaran organisasi, seperti Hizbut Tahrir
Indonesia atau HTI, adalah pelanggaran terhadap hak menyatakan pendapat dan berserikat.
Mereka melihat hal itu dilindungi konstitusi Pasal 28 E Undang-Undang Dasar 1945.

"Perlindungan terhadap pelaksanaan hak ini juga diatur lebih detail dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik (Sipol)," kata Ketua Umum AJI Suwarjono dalam siaran pers, Selasa, 9 Mei 2017, terkait
dengan rencana pemerintah membubarkan HTI yang disampaikan Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan Wiranto.

Suwarjono menuturkan aturan itu menegaskan jenis pembatasan yang dapat dilakukan negara
hanya bisa dilakukan sesuai dengan hukum dan sepanjang diperlukan untuk menghormati hak
atau nama baik orang lain atau melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum atau
kesehatan atau moral umum. Dia melanjutkan, hal itu harus bisa dibuktikan pemerintah sebelum
membubarkan HTI.

Menurut Suwarjono, pembubaran sebuah organisasi adalah tindakan yang tak sejalan dengan
prinsip negara demokrasi. Dia mengibaratkan pembiaran terhadap hal itu sama dengan memberi
cek kosong yang bisa dipakai secara sewenang-wenang di kemudian hari dengan alasan yang
bisa dicari-cari.

Suwarjono menilai pemerintah harus melakukan cara lain dalam menangkal bahaya yang
ditimbulkan sebuah organisasi sebelum memilih membubarkan. "Pembubaran ormas harus
benar-benar opsi terakhir dan harus sesuai dengan undang-undang," ucapnya.

Pemerintah, kata Suwarjono, harus konsisten dalam menerapkan undang-undang untuk


melindungi hak asasi manusia. Dalam pembubaran HTI, pemerintah menjadikan konstitusi
sebagai dasar, sementara masih cukup banyak perilaku organisasi kemasyarakatan keagamaan
ataupun kepemudaan yang tindakannya melanggar HAM.

Suwarjono mengungkapkan sikap pemerintah yang keras terhadap HTI, tapi lunak kepada ormas
keagamaan dan kepemudaan lain, membuat publik menganggap pemerintah menerapkan
kebijakan tebang pilih. Tindakan semacam ini juga memancing kecurigaan yang tak perlu soal
motif di balik keluarnya keputusan tersebut.

Selain soal HTI, AJI juga mempermasalahkan pembubaran pameran lukisan "Aku Masih Utuh
dan Kata-kata Belum Binasa" karya seniman Andreas Iswinarto. Pameran lukisan yang ditujukan
untuk Wiji Thukul ini dibubarkan orang-orang beratribut organisasi Pemuda Pancasila.

AJI mengecam Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah melakukan pembiaran
dalam aksi pembubaran pameran lukisan "Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa, Tribute
to #WijiThukul" karya Andreas.

AJI juga menuntut pemerintah dan Polri berhenti melakukan praktik diskriminasi terhadap warga
negara serta melaksanakan kewajiban negara melindungi pelaksanaan hak konstitusional dan hak
asasi warga negara dengan mengacu kepada ketentuan UUD 1945, berikut jaminan hukum dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang pengesahan kovenan Sipol serta Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

2. Analisis Fenomena

Menurut analisis saya : Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menolak Pembubaran Hizbut Tahrir
Indonesia atau disingkat HTI, karena Aliansi Jurnalis Independen menilai aksi pemerintah ini
sebagai pelanggaran hak dalam menyatakan pendapat dan berserikat.

Pendapat dari ketua umum Aliansi Jurnalis Independen, Suwarjono


Ketua umum Aliansi Jurnalis Independen, Suwarjono memberikan beberapa pendapat, poin-poin
yang didapatkan dari pendapat Suwarjono adalah :

1. Pembubaran ormas HTI tidak sejalan dengan prinsip negara demokrasi

2. Perlu menegaskan jenis pembatasan yang sesuai dengan hukum dan sepanjang diperlukan
untuk menghormati hak atau nama baik orang lain untuk kepentingan bersama.

3. Sikap pemerintah yang lunak terhadap organisasi masyarakat lain, tapi keras terhadap
organisasi masyarakat HTI, membuat publik menganggap pemerintah menerapkan kebijakan
tebang pilih.

4. Suwarjono mengibaratkan 'memberikan cek kosong yang bisa dilakukan sewenang-wenang


dan alasannya bisa dicari-cari'.

5. Menurut Suwarjono, pembubaran organisasi masyarakat harus benar benar opsi terakhir, dan
harus juga sesuai dengan undang undang.

3. Strategi untuk meningkatkan kebebasan demokrasi

Beberapa strategi yang bisa dilakukan pemerintah antara lain :

1. Pemerintah lebih baik dalam memilih tindakan, dan sebisa mungkin tidak merugikan pihak
lain dalam membuat keputusan.

2. Pemerintah harus mengupayakan dalam menangkal bahaya dalam memperlakukan organisasi


masyarakat sebelum dibubarkan.

3. Pemerintah harus memperlakukan setiap organisasi masyarakat dengan setara agar publik
tidak mengira pemerintah melakukan kebijakan tebang pilih.

4. Penegakan hukum yang harus dilakukan

1. Dibentuknya undang undang tentang diskriminasi pemerintah dan polri terhadap warga negara

2. Dibentuknya undang undang yang mengatur organisasi masyarakat

Daftar Pusaka
A. Hak untuk berekspresi dan berpendapat

 https://tirto.id/mengapa-mahasiswa-demo-di-dpr-pasal-kontroversi-rkuhp-
jadi-alasan-eiHT
 https://nasional.tempo.co/read/1242031/13-poin-yang-bermasalah-dalam-rkuhp-
versi-icjr
 https://tirto.id/26-masalah-revisi-uu-kpk-jadi-tuntutan-demo-mahasiswa-jakarta-
eiGl
 https://kolom.tempo.co/read/1349034/masalah-rancangan-undang-undang-
pemasyarakatan

B. Hak untuk berserikat

 - https://nasional.tempo.co/read/873949/aji-pembubaran-hti-melanggar-hak-
berpendapat-dan-berserikat

A. Hak untuk berekspresi dan berpendapat

B. Hak dalam berserikat

Anda mungkin juga menyukai