Anda di halaman 1dari 5

Nama: Eva Firdausy Solihah

NIM: 1908158
Kelas/Prodi: 1B/PGSD
Kloter: 17—Rahmah El Yunusiyah

Masihkah Saat Ini Reformasi?

Aksi yang dilakukan mahasiswa yang memuncak pada tanggal 24 September 2019
menjadi tuntutan mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi rakyat untuk menolak Revisi RUU
KUHP dan KPK. Aksi ini dilatar belakangi atau dipicu dari keresahan rakyat bahwa Komisi
Pemberantasan Korupsi atau yang lebih sering dipanggil KPK yang dilemahkan dan mengalami
kemunduran dalam pemberantasan korupsi serta pemilihan aparatur pemerintah yang
prosedurnya bermasalah melalu revisi RUU KPK dan KUHP. Salah satu tujuan Reformasi yaitu
memberantas korupsi tetapi dengan revisi RUU yang terjadi membuat mahasiswa dan tentunya
juga rakyat mengalami suatu keresahan.
Salah satu ujian Reformasi adalah anak kandungnya yaitu KPK hendak dilemahkan oleh
berbagai hal yang salah satunya oleh UU yang telah direvisi. Yang melemahkannya itu adalah
yang paling penting yang tercantum dalam revisi RUU KPK, tugas pemeriksaan penegak hukum
dan penyelenggara negara kemudian Komisi Pemberantasan Korupsi di tempatkan sebagai
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang awalnya KPK adalah kembaga yang Independen. Apabila
KPK kedudukannya diubah menjadi Aparatur Sipil Negara maka KPK bekerja di lembaga
pemerintahan, seharusnya dengan kedudukan KPK sebagai lembaga Independen maka KPK
dapat dengan bekerja secara baik dalam fungsi dan tugasnya untuk dapat memeriksa lembaga-
lembaga yang setara dengan KPK.
Wakil Ketua DPR Republik Indonesia, Fahri Hamzah dalam acara stasiun tv 'Mata
Najwa', mengatakan dengan pembubaran KPK jauh lebih baik ketimbang merevisi RUU KPK
yang dianggapnya tak becus dalam melaksanakan tugasnya. Namun dalam kenyataanya yang
paling banyak ditangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi ialah anggota Dewan
Perwakilan Rakyat itu sendiri. Seharusnya dalam ketidak suksesannya dalam pemecahan
Korupsi di negeri ini bukan hanya KPK yang disalahkan, akan tetapi partisipasi DPR khususnya
Komisi III DPR yang juga sebagai pengawas untuk memberantas korupsi. Revisi RUU KPK pun
dinilai menjadi 'berkah' bagi koruptor.
Sukses tidaknya pemberantasan korupsi bukan berasal dari KPK tetapi dari presiden.
Dengan logika ini berapa banyak yang sukses menjalankan program kerja bawahan negara yang
uangnya terselamatkan? Sebagai contoh dana pendidikan yang diamanahkan untuk pembuatan
sekolah kemudian diketahui dana tersebut dikorupsi kemudian ditangkap oleh KPK yang
ditindak lanjuti oleh aparat kepolisian, lalu dana tersebut dikembalikan pada negara, tetapi
apakah masyarakat tetap mendapatkan sekolah tersebut? Jawabannya adalah tidak.
Anak kandung reformasi bukan hanya KPK tetapi masih ada yang lain yaitu Demokrasi
yang awalnya pada masa Orde Baru dipimpin oleh kekuasaan otoriter. Maka dari itu masa
reformasi adalah masa demokrasi. Akan tetapi permasalahan yang menjadi ujian dari reformasi
adalah para pemimpin bangsa tak mendengarkan dengan baik aspirasi masyarakat. Terbukti dari
beberapa usulan yang diajukan oleh para mahasiswa untuk berdialog atau berdiskusi dengan
DPR dianggap hal yang biasa. Semprotan air, water canon, dan gas air mata bukanlah tindakan
yang tepat dalam rangka merespon dari tuntutan pada aksi mahasiswa atau tindakan di luar
kontrol yang menjadikan titik awal di mana mahasiswa marah dan melakukan aksi yang tidak
diharapkan. Jika seperti itu, negara hanya membuang-buang biaya pengsubsidian untuk
perguruan tinggi-perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa-mahasiswa dengan ide-ide
cemerlang serta memiliki kecerdasan kemudian mereplesiasikan aspirasi masyarakat tetapi
tuntutan mereka hanya dianggap hal yang biasa saja. Jika permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada bangsa ini disepelekan seperti di Papua, RUU yang bermasalah, dan lain-lain dengan
pikiran yang tidak maju maka bangsa ini tak lulus ujian reformasi.
Hal ini membuat mahasiswa mengaktifkan alarm demokrasi Indonesia agar kembali
hidup dan Republik ini memiliki hutang budi atas kejadian ini. Dan hal yang dilakukan
mahasiswa tidak boleh dianggap sebuah hal yang biasa karena ini soal rasa karena rakyat
memiliki jiwa yang abstrak. Demo mahasiswa dinilai kreatif dan tidak mudah terpengaruhi isu-
isu yang lain dengan sasaran yang tepat yaitu kepada DPR. Aksi mahasiswa pun merupakan
peningkatan kuantitas dan kualitas dari tuntutan aksi mahasiswa sejalan dengan menurunnya
pengelolaan pemerintahan.
Mahasiswa pun memberikan maklumat untuk tuntaskan reformasi, yang diantaranya:
1. Restorasi upaya pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
2. Restorasi demokrasi bebas berpendapat dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM).
3. Restorasi reforma agraria pelindungan Sumber Daya Alam (SDA) dan tenaga kerja.
4. Restorasi kesatuan bangsa hapuskan diskriminasi dan ketimpangan.

Aksi mahasiswa ini pun mendapat kontra dari beberapa pihak. Pihak kontra mengatakan
bahwa tindakan mahasiswa melakukan aksi ini menimbulkan kerusakan pada fasilitas publik,
akses jalan yang ditutup, dan juga kemorosotan ekonomi bagi masyarakat yang lain. Bukan
hanya pihak masyarakat yang dirugikan tetapi para mahasiswa itu sendiri, seperti adanya korban
luka dan bahkan menimbulkan korban jiwa serta timbulnya tindakan anarkisme. Aksi bukanlah
satu-satunya cara terakhir bagi para mahasiswa dalam penyampaikan aspirasi rakyat melainkan
dengan diskusi dan dialog dengan pihak yang bertanggung jawab. Meskipun tetap disepelekan
usulan yang diberikan seharusnya para mahasiswa terus melakukan bujukan dan usulan untuk
berdiskusi.
Mahasiswa adalah kaum terdidik yang memiliki adab dan etika yang baik dan aksi
bukanlah cara seseorang yang beradab dan beretika yang baik untuk menyelesaikan suatu
masalah. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang mengerti substansi permasalahan saat ini
tentunya harus mengerti bahwa mereka adalah ultimatum dari awalnya sebuah contoh. Seperti
yang terjadi pada pelajar STM yang melakukan juga aksi tetapi mereka bahkan tak begitu paham
soal substansi yang sedang dipermasalahkan. Dengan hal ini daya pikir atau pola pikir yang
mereka tangkap akan menghasilkan sebuah paham bahwa segala permasalahan dapat
diselesaikan dengan cara aksi, anarkisme, tanpa adanya dialog dan diskusi yang menjadi solusi
utama dalam pemecahan masalah.
Tak ada istilah 'Ujian Reformasi' yang seolah-olah memaknakan bahwa apabila ujian ini
gagal maka akhir dari segalanya. Tetapi sebuah masa atau zaman akan berkembang dan maju
dan semua itu akan mengalami ujian baik itu gagal ataupun berhasil. Karena untuk memajukan
bangsa ini pun memerlukan proses, kata reformasi bisa saja berubah seiring dengan
perkembangan zaman begitu pun sejalan dengan perundang-undangan yang juga akan direvisi.
Bangsa ini memiliki tugas yang amat besar dan berat. Semua revisi RUU dipandang
bermasalah dan juga menimbulkan pro-kontra. Mahasiswa menuntut penolakan dalam perevisian
RUU yang bermasalah ini kepada DPR. Demokrasi pun sedang diperjuangkan dengan segenap
jiwa oleh para pejuang pergerakan. Apa pun yang akan diputuskan oleh para pemimpin bangsa
ini dapat membawa kebaikan bagi segenap masyarakat dan menciptakan keadilan dengan
demokrasi yang menjadi anak kandung dari reformasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://youtu.be/xVfFmxs3VnE

https://youtu.be/oh5t76sT1Ug

https://youtu.be/6VCY3jc4lPQ

https://youtu.be/s5rGQwsNBvk

https://youtu.be/ipFY32CFrCQ

https://youtu.be/PszrG3iU8GQ

https://youtu.be/brxRg1BvZgQ

Anda mungkin juga menyukai