Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan 'Operasi Tertib' yang
dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan
kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang
1999.
Salah satu titik lemah pemberantasan korupsi dalam praktik penegakan hukum dan pemberian
efek jera adalah pada pengawasannya. Di mana, sesudah seorang tersangka masuk persidangan
di pengadilan, pemberian ijin keluar bagi terdakwa ada di tangan majelis hakim.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan
sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami
krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis
multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain
ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan juga
korupsi yang dilakukan sejumlah instansi, baik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan
“Korupsi diberantas untuk selamatkan masa depan kita, termasuk selamatkan pembangunan
ekonomi nasional,” kata Presiden SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono, yang
diunggahnya sebelum meninggalkan kota Pacitan, Jawa Timur, menuju Yogyakarta, Kamis
(17/10) pagi.
Presiden tidak menyinggung kasus-kasus korupsi yang dimaksud, namun dalam kasus Operasi
Tangkap Tangan (OTT) terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar yang dilakukan
oleh KPK, Presiden SBY menyampaikan keprihatinannya yang dalam, dan bisa merasakan emosi
rakyat atas penangkapan itu mengingat posisi MK yang ditempatkan sebagai benteng keadilan
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya
pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi, merupakan
komisi independen yang diharapkan mampu menjadi martir bagi para pelaku tindak KKN.
Penyebab Korupsi
Hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan korupsi antara lain :
Gaji pegawai negeri yangh tidak sebanding dengan kebutuhan yang semakin tinggi.
Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya
korupsi.
Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efesien, yang memberikan
Dampak efek korupsi bagi kehidupan bangsa dan negara adalah sangat besar dan tidak boleh
diremehkan begitu saja. Untuk itulah marilah kita mendukung progran pemerintahan dalam rangka
pemberantasan korupsi secara tuntas sampai dengan akar-akarnya walaupun nantinya entah hal
Kemarin, 9 desember 2013 diperingati di seluruh dunia sebagai hari anti korupsi sedunia, dimana
bebas korupsi di posisi 118 dunia, atau nomor 7 di asia tenggara. Indonesia berada di bawah
Singapura, Brunei, Malaysia, thailand, filipina, dan timor leste. Ya, di bawah TIMOR LESTE!!! Hal
ini ti9dak aneh jika kita menilik kasus-kasus korupsi besar yang ada di Indonesia saat ini, mulai
dari BLBI yang tidak pernah jelas, Century yang selalu menerawang, dan hambalang yang
akhirnya untuk pertama kali seorang menteri aktif dijadikan tersangka. Belum lagi laporan hampir
setengah APBN Indonesia yang mencapai 1600 trilyun ini habis di tengah jalan untuk biaya
Di tengah carut marut perkorupsian ini, kemarin kita memperingati hari anti korupsi sedunia.
Semua pejabat berlomba-lomba untuk tampil di depan dalam peringatan ini, seolah mereka ingin
menunjukkan perannya dalam pemberantasan korupsi Indonesia. THAT IS NOT ENAUGH, SIR!!
Setiap tahun, tanggal 9 Desember hari anti korupsi dioeringati di Indonesia, namun setiap tahun
juga indeks anti korupsi indonesia menurun dan kasus korupsi semakin tidak jelas.
Lalu apa yang harus dilakukan negara ini? KPK yang selama ini menjadi harapan bangsa ini,
ternyata menurut salah satu anggota DPR, dalam sebuah episode ILC menyampaikan bahwa
sudah terpecah di taraf pimpinan. Praktis, hanya Abraham Samad(yang mengenakan kopiah haji
saat mengumumkan tersangkanya AS) yang keras harus membongkar kasus korupsi ini. kepada
siapa hendaknya kita berharap? Sering terdengar selentingan untuk memotong satu generasi
birokrat di negara ini agar generasi berikutnya yang akan memimpin birokrasi sudah terbebas dari
tradisi korup ini. Ya, tradisi, itulah kelebihan bangsa ini, yang di saat bersamaan menjadi
kelemahannya(mungkin akan kita bahas di tulisan lain). tapi harapan ini terlalu muluk. Ada juga
yang mengatakan sistemnya yang harus kita ubah. Demokrasi bukanlah sistem terbaik untuk
Indonesia, dan kekhilafahan akan membuat kondisi jauh lebih baik. SEPAKAT DENGAN
PENDAPAT INI!! tapi, melihat kondisi sekarang, kekhilafahan sepertinya masih butuh waktu
untuk meyakinkan pejabat-pejabat birokrasi untuk sependapat dengan ini. Lalu apa??? mantan
ketua PP Muhammadiyah dari Sumpur Kudus, Prof. Syafi'i Ma'arif pernah mengatakan, jikalau
dalam Islam dibolehkan berputus asa, maka beliau sudah putus asa terhadap solusi
Maka satu-satunya solusi yang dapat semua orang lakukan saat ini adalah mulai dari diri sendiri.
Mulailah kembali kepada muhasabah masing-masing diri. Sudahkah kita yang sering berteriak
antikorupsi ini terbebas dari korupsi? korupsi waktu terlambat ke tempat kerja atau titip abse saat
kuliah? korupsi tenaga dan pikiran? mari kita mulai dari diri sendiri, perlahan ke keluarga kita, dan
insyaallah Indonesia yang lebih baik tidak akan terlalu lama kita menunggunya!!