Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN

KORUPSI DI INDONESIA PADA MASA REFORMASI

Disusun oleh :
Nasywaa Isyni Kamiilah (20200610310)

International Program Of Law and Sharia (IPOLS)


Faculty Of Law
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Pada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pekembangan Korupsi di Indonesia Pada

Masa Reformasi” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan

rahmat Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik dan tepat waktunya.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan penugasan

tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang di ampu oleh Bapak Trisno Raharjo. Saya

mengucapkan terima kasih atas bimbingannya.

Dalam makalah ini saya memaparkan bagaimana perkembangan korupsi yang

ada di indonesia pada masa reformasi. Dengan perkembangan saat ini, bisa dilihat

perkembangan korupsi di indonesia semakin hari semakin meningkat. Permasalahan

korupsi tiada hentinya selesai, dari setiap tahunn ya bisa dilihat bahwa masalah

korupsi selalu terjadi di Indonesia. Korupsi yang terjadi di indonesia sudah dalam

posisi yang sangat parah dikarenakan angka korupsi tiap tahunnya di Indonesia

semakin meningkat dan tidak adanya penurunan pada masalah korupsi .

Meningkatnya kejahatan korupsi pastinya meresahkan bagi masyarakat indonesia

dikarenakan dapat merugikan uang negara dan fasilitas yang diberikan oleh

pemerintah kepada masyarakat indonesia.

2
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari

itu kritik dan saranya sebagai masukan kepada saya kedepan dalam pembuatan

makalah sangatlah berarti. Akhir kata saya mengucapkan mohon maaf apabila ada

kata kata yang tidak berkenan. Sekian dan terima kasih.

Yogyakarta, 18 Januari 2021

3
Penyusun

DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL ........………………………………………1
KATA PENGANTAR ……………………………………………2
DAFTAR ISI …………………………………………………….4

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 5


BAB II PEMBAHASAN ………………………………………...8
BAB III PENUTUP ………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………15

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Tindak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius yang terjadi di

indonesia. Karena dapat mempengaruhi stabilitas keamanan negara dan masyarakat,

membahayakan pembangunan sosial, ekonomi masyarakat, politik bahkan dapat

merusak nilai demokratis. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak

lagi mengenal siapa, mengapa, dan bagaimana. Kebanyakan pelaku tindak pidana

korupsi di indonesia yaitu pemangku jabatan yang dimana mereka memanfaatkan

uang negara dan melibatkan keluarga mereka dalam melakukan tindak pidana korupsi

tersebut.

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan

pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat

dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan

kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan

sepihak.

Secara umum korupsi dapat diartikan sebagai kegiatan yang jahat, merugikan,

dan merusak. Hal ini disebabkan karena korupsi menyangkut dari segi moral dan sifat

5
manusia. Korupsi juga biasa merupakan penyelewengan uang negara atau perusahaan

dari tempat seseorang bekerja untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Dalam

kamus hukum “Black’s Law Dictionary” Henry Campbell Black menjelaskan

pengertian korupsi “Suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-

hak dari pihak-pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya

untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain

bersamaan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain”.

Untuk indonesia tindak pidana korupsi itu dalah tindak pidana melawan

hukum yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang tindak pidana

korupsi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002

Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK). Yang dimana

Pasal 1 angka 1 Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002

didalamnya disebutkan bahwa : “Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. Perkembangan korupsi

di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya masih sangat

lamban.

6
Tindak pidana korupsi sudah ada dari jaman penjajahan, dimana korupsi

terjadi pada saat Vereenigde Oostindische Compagnie atau yang biasa disebut dengan

VOC. Serikat dagang yang dibentuk oleh belanda tersebut terpaksa bubar

dikarenakan ulah para pejabatnya melakukan korupsi. Selanjutnya dilanjutkan oleh

masa orde lama, orde baru, dan juga reformasi. Di masa tersebut sudah banyak para

pejabat yang menyalah gunakan jabatanya untuk melakukan tindak pidana korupsi.

2. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana peran lembaga pemberantas tindak pidana korupsi di

Indonesia pada masa Orde Reformasi?

7
BAB 2

PEMBAHASAN

3. ISI

Dalam bahasa indonesia yang kita ketahui secara umum reformasi ialah

perubahan yang terjadi pada suatu negara, perubahan tersebut mempengaruhi sebuah

sistem yang sudah ada pada suatu masa pada sebuah negara. Masa reformasi ini pun

terjadi dengan ketidakberhasilannya masa orde baru, yang dimana pemerintah harus

meurbah sistem mereka menjadi sistem reformasi. kata Reformasi umumnya merujuk

pada gerakan 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah

Orde Baru. Dengan munculnya gerakan reformasi pada tahun 1998 agar pemerintah

mengadakan perbaikan di bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum karena adanya

peristiwa krisis moneter dan ekonomi yang sangat terpuruk pada saat itu.

Pada saat itu juga pemerintah mulai membangun kembali dan mengatur

kembali cara agar dapat mencegah tindak pidana korupsi yang banyak terjadi di

Indonesia. Dengan dilihatnya pada masa orde baru banyak tindak pidana korupsi

yang terjadi pada saat itu. Dengan belajar dari masa orde baru, dimasa tersebut telah

8
banyak dibuat peraturan yang membuat korupsi hilang dari Indonesia. Tetapi hal

tersebut tidak berjalan atau tidak efektif ketika berlaku di Indonesia. Di orde baru bisa

dibilang masa yang paling banyak mengeluarkan peraturan untuk tindak pidana

korupsi. Pada saat Orde baru presiden Soeharto mengeluarkan UU No.3 tahun 1971

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Yang dimana aturan tersebut

berisikan pidana penjara maksimum seumur hidup serta denda maksimum RP 30 juta

bagi pelaku tindak pidana korupsi pada masa itu.

Dalam pidato kenegaraannya pada 16 Agustus 1967, Presiden Soeharto

menegaskan komitmen pemerintahannya dalam pemberantasan korupsi yang selama

itu terbengkalai. Sebagai wujudnya, dia kemudian membentuk Tim Pemberantasan

Korupsi (TPK). Tim ini diketuai Jaksa Agung Sugih Arto. Anggotanya tak hanya

orang-orang Kejaksaan, tapi ada yang dari kepolisian, militer, pers, dan lain-lain. Dan

kemudian TPK pun jatuh dikarenakan ketidaksanggupan dalam menangani tindak

pidana korupsi pada saat itu dan juga Intervensi penguasa yang membuat TPK gagal

dalam tugasnya. Hingga tiga tahun berjalan sarang sarang terjadi korupsi pun terkuak

seperti Bulog, Pertamina, dan Departemen Kehutanan. TPK pun tidak menyanggupi

untuk mengatasi masalah tersebut. Dan pada saat itu masyarakat indonesia mulai

mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam mengatasi tindak pidana korupsi yang

terjadi di Indonesia. Lalu suara masyarakat disampaikan oleh Mahasiswa yang ada di

indonesia. Suara mahasiswa indonesia didengar oleh presiden Soeharto dan langsung

membubarkan TPK pada saat itu.

9
Selanjutnya setelah presiden Soeharto membubarkan TPK, ia menunjuk yang

namanya Komisi Empat yang didalamnya terdapat orang orang yang ditunjuknya

seperti Moh. Hatta sebagai penasehat komisi dan mantan Perdana Menteri Wilopo

sebagai ketua. Dan juga tiga tokoh senior yang dianggap bersih dan berwibawa, Prof

Johannes (mantan rektor UGM), I.J. Kasimo (Partai Katolik), dan A. Tjokroaminoto

(PSII), dipercaya menjadi anggotanya. Setelah itu tanpa alasan yang jelas pemerintah

membubarkan Komisi Empat tersebut dan dilanjutkan KPKN atau Komisi Pengawas

Kekayaan Pejabat Negara fungsi utama KPKPN adalah mengeluarkan formulir

kekayaan yang harus diisi oleh pejabat publik. Lalu KPKPN akhirnya melebur ke

dalam Komisi Pemberantasan Korupsi.

Masuk ke masa Reformasi Indonesia perjuangan pemberantasan korupsi di

Indonesia masih berlangsung. Orde baru pun kandas dan harus mengganti sistem

pemerintahan Indonesia kembali. Pemerintahan Gus Dur kemudian membentuk

badan-badan negara untuk mendukung upaya pemberantasan korupsi, antara lain:

Tim Gabungan Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Ombudsman

Nasional, Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara dan beberapa lainnya.

Begitu banyak upaya pemerintah agar dapat memberantas tindak pidana

korupsi yang terjadi di Indonesia pada masa reformasi. Salah satunya Gus Dur

mengangkat Baharudin Lopa sebagai Menteri Kehakiman yang kemudian menjadi

Jaksa Agung. Di masa kepemimpinan Megawati Soekarno Putri, berbagai kasus

korupsi menguap dan berakhir dengan cerita yang tidak memuaskan masyarakat.

10
Masyarakat mulai meragukan komitmen pemberantasan korupsi pemerintahan saat

itu karena banyaknya BUMN yang ditenggarai banyak korupsi namun tak bisa

dituntaskan. Korupsi di BULOG salah satunya. Di tengah kepercayaan masyarakat

yang sangat rendah terhadap lembaga negara yang seharusnya mengurusi korupsi,

pemerintahan Megawati kemudia membentuk Komisi Pemberantasan TIndak Pidana

Korupsi (KPTPK). Pembentukan lembaga ini merupakan terobosan hukum atas

mandeknya upaya pemberantasan korupsi di negara ini.

Puncak dari pemberantasan tindak pidana korupsi pada masa Reformasi

terjadi dengan adanya kelahiran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) melalui UU

nomor 32 tahun 2002. Dengan visi dan misi yang pasti dalam kurun waktu 16 tahun,

KPK terbukti dan mampu menangani masalah tindak pidana korupsi, dengan waktu

yang sama Kejaksaan dan Kepolisian kurang maksimal dalam pemberantasan korupsi

di Indonesia. Masa kejayaan KPK pun mulai terlihat dan terbukti seperti kasus-kasus

korupsi besar yang terjadi lalu dapat di selesaikan oleh KPK. KPK didirikan

berdasarkan UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Taufiequrachman Ruki didapuk menjadi ketua KPK pertama. Sejak

kepemimpinannya hingga pimpinan sekarang, KPK terus bergerak cepat

membongkar kasus-kasus korupsi hingga ke pemerintah daerah. Dalam

Pelaksanaanya, KPK memiliki pedoman atas lima asas, yaitu kepastian hukum,

keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas.

11
Masa awal pembentukan KPK, bisa dibilang tidak memiliki modal sama

sekali. Para pemimpin KPK dilantik tanpa gedung dan karyawan. Mereka membawa

staf dari kantor lama dan menggajinya sendiri. Barulah muncul tim BPKP (Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan), yang menjadi karyawan KPK. Kemudian

karyawan bertambah, dengan masuknya tim tambahan dari Kejaksaan dan Kepolisian

untuk bekerja di KPK. sejak berdiri pada Desember 2002 lalu, KPK sudah

memproses 1.064 orang dan korporasi atas kasus korupsi. Jumlah 1.064 orang itu

terdiri dari 255 wakil rakyat, 27 kepala lembaga dan menteri, empat duta besar, tujuh

komisioner. Kemudian 20 gubernur, 110 wali kota dan bupati, 208 pejabat eselon I

hingga III, 22 hakim, delapan jaksa, dan dua polusi. Ada 111 pengacara, 266 orang

dari swasta, enam korporasi, dan 118 sipil dengan berbagai profesi yang turut

memuluskan korupsi. Total uang yang diselamatkan KPK, atau potensi kerugian

negara yang tidak jadi hilang karena korupsi sejak 2004 hingga 2018 mencapai Rp

161,1 triliun.

12
BAB 3

PENUTUP

4. KESIMPULAN

Tindak pidana korupsi sudah mulai ada sejak zaman penjajahan indonesia,

dilanjutkan dengan zaman orde lama, orde baru, dan juga reformasi. Dari semua

zaman tersebut tindak pemberantasan pidana korupsi mencapai titik kejayaannya

pada masa Reformasi. Dimana pada masa tersebut presiden Megawati Soekarnoputri

membuat sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang ada sampai saat ini yaitu

KPK atau yang biasa kita dengar Komisi Pemberantasan Korupsi. Dengan adanya

KPK dalam peran memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia kasus-kasus

korupsi yang lama dan belum dipecahkan oleh lembaga- lembaga korupsi sebelum

KPK berhasil di selesaikan KPK satu persatu. KPK merupakan lembaga yang

dibentuk pemerintah dengan kewenangan menangani kasus korupsi di Indonesia

termasuk Tindak Pidana Korupsi (TPK). Masyarakat Indonesia memiliki harapan

adanya penanganan kasus korupsi yang baik, harapan tersebut disematkan kepada

13
KPK sehingga memiliki harapan KPK mampu mencapai kinerja yang baik. Kinerja

KPK yang baik menyebabkan KPK mampu menjaga kepercayaan masyarakat sebagai

lembaga anti korupsi yang memiliki integrasi yaitu lembaga anti korupsi yang bersih,

jujur, dan kesetiaan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Kepercayaan

masyarakat terhadap KPK dapat ditunjukkan dengan semua aspek kepercayaan yaitu

integritas, kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan yang semuanya

mengarah pada kepercayaan yang positif. KPK telah membuktikan diri sebagai

lembaga anti korupsi yang dipercaya memiliki integritas, kompetensi, konsistensi,

kesetiaan, dan keterbukaan. Hingga saat ini lembaga yang dipercaya masyarakat

indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi di indonesia masih sama yaitu

Komisi Pemberantas Korupsi.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=213:kinerja-penanganan-

tindak-pidana-korupsi-sda

https://historia.id/politik/articles/jatuh-bangun-lembaga-pemberantasan-korupsi-

PGjgB/page/6

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/080000269/kpk-sejarah-dan-tugas-

pokoknya?page=all

15
16

Anda mungkin juga menyukai