Disusun Oleh :
Kelompok I
Albar Murtado
Ari Umbara
Dave Satrio Hendriyatmoko
Fadli Muhamad Khoerudin
Joshua Immanuel
Muhamad Yasid
Yudi Abdul Aziz
TEMA :
“Sejarah Korupsi di Indonesia dan Korupsi Dalam Berbagai Perspektif
Politik, Hukum, Serta Budaya”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan kita beribu-ribu nikmat
baik itu dari segi iman, islam, serta sehat walafiat. Tidak lupa Sholawat teriring salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Tujuan utama makalah ini dibentuk yaitu sebagai pemenuhan tugas perkuliahan pada mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi, yang mana didalamnya berisi mengenai seluk beluk korupsi di Indonesia serta
sejarah panjang pertumbuhannya. Semoga dengan makalah ini sedikit banyaknya bisa memberi
pengetahuan bagi setiap pembaca, dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada pada
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 SEJARAH KORUPSI DI INDONESIA...........................................................5
A. ORDE LAMA…………………………………………………………...5
B. ORDE BARU……………………………………………………………6
C. REFORMASI…………………………………………………………...6
2.2 PERSPEKTIF KORUPSI DALAM ………………………………………….7
A. HUKUM ………………………………………………………………...7
B. POLITIK………………………………………………………………...8
C. AGAMA………………………………………………………………….8
D. BUDAYA ………………………………………………………………..8
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...9
BAB I
PENDAHULUAN
Orde Lama
Antara 1951–1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti
Indonesia Raya yang dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan
dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di
bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan pemberantasan
korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali
Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap
oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan satu
setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak
kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut mantan Menteri Penerangan
kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur,
dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap.
Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena
dianggap sebagai lawan politik Sukarno.
Reformasi
Sebagai figur sentral reformasi penegak hukum, para hakim memiliki
kewajiban moral dan tanggung jawab profesional untuk menguasai knowledge,
Dengan demikian, hakim memegang peranan yang penting dalam penegakan
hukum yang adil. Berkaitan dengan itu Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa
penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan
hukum menjadi kenyataan.8 Tentu saja keinginan hukum yang paling utama
adalah terciptanya keadilan bagi masyarakat luas tanpa diskriminasi.
Secara konsepsional, Soerjono Soekanto menyatakan bahwa inti dan arti
penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai – nilai
yang terjabarkan di dalam kaidah – kaidah yang mantap dan mengejawantahkan
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.9
Tampaknya apa yang dikatakan Soerjono Soekanto tersebut mengindikasikan
keadilan sebagai hakikat dari hukum. Sebab, ketika keadailan itu sungguh
sungguh dirasakan masyarakat, maka akan tercipta kedamaian di dalam
kehidupan bermasyarakat.
Secara lebih riil, Plato merumuskan teorinya tentang hukum, yaitu
pertama; hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani dunia fenomena
yang penuh situasi ketidakadilan. Kedua; aturan – aturan hukum harus dihimpun
dalam satu kitab, supata tidak muncul kekacauan hukum. Ketiga; setiap undang –
undang harus didahului preambule tentang motif dan tujuan undang – undang
tersebut. Manfaatnya adalah agar rakyat dapat mengetahui dan memahami
kegunaan menati hukum itu, dan insaf tidak baik menaati hukum hanya karena
takut dihukum.
BUDAYA
Dalam perspektif budaya hokum korupsi menunjukan perilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma baik itu dari kejujuran, social, agama
atau hukum. Korupsi sendiri digolongkan serious crime karena mampu
menggangu hak ekonomi dan hak social masyarakat dan negara dalam skala besar
BAB III
PENUTUP