Anda di halaman 1dari 12

JURNAL

INTEGRITAS dan KUALITAS KADER HMI SEBAGAI


PERWUJUDAN KEADILAN POLITIK DI INDONESIA

M.Hasnurachman.I
HMI Cabang Kabupaten Bandung
Kata pengantar

Puji berserta syukur kita panjatkan kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua,
tertuma kepada saya yang telah diberikan kekuatan dan kesabaran sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Integritas dan Kualitas Kader HMI
Sebagai Perwujudan Keadilan politik Di Indonesia” ini karena tiada daya dan
upaya kecuali dari Allah Swt. Sholawat beriringan salam mari kita curah
limpahkan secara konstan kepada revolusiner akhlak yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan ilmu dan akhlak ke zaman terang benderang oleh iman,
ilmu dan amal tak lupa juga kepada keluargaNya, Shabatnya, Tabi’it dan
Tabiatnya dan kepada kita selaku umatNya yang Insya Allah akan mendapatkan
Syafa’at di yaumil qiyamah nanti Aamin Ya Rabbal A’lamiin.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat IntermidiateTraining


HMI Cabang Jakarta Raya. Terimakasih kepada kanda yunda yang telah
membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Saya sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna oleh karena
itu saya sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Saya harap makalah ini dapat berguna bagi para pembacanya.

Bandung, 14 Januari 2023

Penulis
Daftar isi

Kata pengantar ........................................................................................................ 2


Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 4
Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Hanya menunggu kurang lebih satu tahun lagi menuju pemilu 2024 yang
mana menjadi suatu hal yang menarik daripada pesta demokrasi tersebut dan
menjadi moment yang ditunggu tunggu untuk membenahi arah laju bangsa selama
5 tahun kedepan. Seringkali dalam rangkaian pesta demokrasi ini dijadikan
sebagai ajang para calon pemimpin mengutarakan visi, misi serta janji kepada
masyarakat dengan semangat yang begitu membara, tetapi setelah dilantik bukan
janji yang terealisasi melainkan korupsi, kolusi dan nepotisme atau yang
disingkat dengan KKN.

Korupsi berasal dari kata corruption diartikan sebagai decay (lapuk),


contamination (kemasukan sesuatu yang merusak) dan impurity (tidak murni).
Sedangkan kata corrupt dijelaskan sebagai “to become rotten or putrid” (menjadi
busuk, lapuk, buruk, tengik), juga “to introduce decay in something originally
clean and sound” (memasukan sesuatu yang lapuk atau busuk dalam suatu yang
semula berisi bersih dan bagus).1

Kolusi menurut Paul A. Samuelson, dalam bukunya yang kondang


“Economics” mendefinisikan sebagai “perjanjian di antara beberapa perusahaan
untuk bekerja sama dalam menaikan harga, membagi pasar yang berakibat
membatasi persaingan bebas”. Definisi ini mendefinisikan kolusi dalam istilah
ekonomi tetapi definisi dari kolusi tersebut tidak jauh berbeda jika diartikan dalam
istilah politik secara singkat kolusi diartikan sebagai “persengkongkolan”

Yang terakhir definisi nepotisme jika di tinjau dari konstitusi Undang-


Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah setiap perbuatan penyelenggara negara
secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau
kroninya diatas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Ketiga hal diatas merupakan pola-pola peneguhan atau pola yang dapat
meningkatkan retrogresi politik kebangsaan di Indonesia yang tentunya sangat
perlu untuk diperhatikan dan segera diberantas. Apabila retrogresi ini terus
1
Webster’s New American Dictionary (1985)
dibiarkan, maka akan melahirkan resesi demokrasi (democratic decline).
Meminjam istilah dari Alberto J Olvera dalam tulisannya, “The Elusive
Democracy: Political Parties, Democratic Institutions, and Civil Society in
Mexyco”. Dalam Latin American Research Review, volume 45 (2010) yang
mengatakan bahwa resesi atau penurunan ini bisa menyebabkan demokrasi
elusive ditandai dengan penurunan kualitas demokrasi sebagai konsekuensi dari
melambatnya konsolidasi, baik soal pemantapan kapasitas institusi demokrasi
maupun kematangan budaya politik.

Dalam memberantas segala hal yang dapat meruntuhkan jiwa politik


kebangsaan Indonesia tentunya diperlukan dukungan dari seluruh elemen yang
ada di diri bangsa Indonesia sendiri. Bukan hanya orang tua, para penajabat, dan
petinggi berdasi lainnya yang mampu meningkatkan jiwa kebangsaan politik
Indonesia, para pemuda tentu memiliki andil yang cukup besar untuk
2
meningkatkan jiwa politik kebangsaan. Pemuda yang tergolong kedalam kader
HMI adalah salah satu aset penting bangsa yang mampu menentukan tujuan
bangsa indonesia kedepannya. Kader HMI yang memiliki integritas dan kualitas
diharapakan menjadi pelopor perwujudan keadilan politik di Indonesia.

Sehubungan dengan itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah dan


solusi sosial politik Indonesia dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul:
“Integritas dan Kualitas kader HMI Sebagai Perwujudan Keadilan Politik Di
Indonesia”.

Rumusan Masalah

1. Apa saja kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme(KKN) yang terjadi di


Indonesia?
2. Apa saja dampak korupsi, kolusi, dan nepotisme(KKN) yang terjadi di
Indonesia kepada jiwa politik masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana peran kader HMI yang memiliki integritas dan kualitas dalam
memberantas segala hal yang dapat meruntuhkan jiwa politik masyarakat
Indonesia?
Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme(KKN) yang terjadi di


Indonesia.
2. Mengetahui dampak, kolusi, dan nepotisme(KKN) yang terjadi di Indonesia
kepada jiwa politik masyarakat Indonesia.
3. Mengetahui peran kader HMI yang memiliki integritas dan kualitas dalam
memberantas segala hal yang dapat meruntuhkan jiwa politik masyarakat
Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme(KKN) Yang Terjadi Di Indonesia

1) Isu Korupsi pertama di Indonesia.

Awal mula isu korupsi muncul pada tahun 1955-an dimasa kabinet Ali I,
yang dipimpin oleh tokoh PNI Ali Sastromidjojo3. Dalam buku “The Dedine
of Constitusional Democracy in Indonesia”(1962), Herbert Feith
mengungkapkan surat seorang mantan Perdana Menteri RI tahun 1950 yang
dibahas oleh Boyd R. Compton dalam artikelnya “Dr. Halim’s Open Letter”
(1955) mengenai soal korupsi. Diuraikan disitu surat terbuka Dr. Halim
kepada Presiden Soekarno mengenai gejala korupsi:

Secara umum gaji pegawai pemerintahan hanya cukup untuk bertahan hidup
selama dua minggu, atau paling lama, dua puluh hari...mayoritas
pegawai...akhirnya akan jatuh kedalam jurang kehinaan dan mulai menuruti
kehendak untuk melakukan korupsi kecil-kecilan.
Surat itu menunjukan bahwa korupsi kecil-kecilan yang mulai dilakukan pleh
pegawai rendahan disebabkan karena kecilnya gaji pegawai negeri.

3
Adnan Buyung Nasution, Menyingkap Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Di Indonesia (Yogyakarta:
Penerbit Aditya Media, 1999), hal. 28.
2) Korupsi di Rezim Orde Baru Presiden Soeharto (1965-1998)

Pada masa Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto terdapat
kasus kasus korupsi yang menjerat sosok Presiden ke 2 Indonesia itu, yang
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi menegesankan yang cepat dan
berkelanjutan (dengan Produk Nasional Bruto rata-rata +6.7 persen per
tahun 1965-1996), tapi saat itu juga rezim Soeharto terkenal dengan sifat
korupnya. 4Contoh kasus korupsinya ialah hasil penyelidikan kasus tujuh
yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas
ini berisi hasil pemeriksaan 143 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut
ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk
Kejaksaaan Agung, sejak tahun 1999.

Uang negara Rp400 miliar mengalir ke Yayasan Dana Mandiri antara


tahun 1996 dan 1998. Asalnya dari pos Dana Reboisasi Departemen
Kehutanan dan pos bantuan presiden. Dalam berkas kasus Soeharto,
terbukti bahwa Haryono Suyono, yang saat itu menjadi Menteri Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, mengalihkan dan itu untuk
yayasan. Ketika itum dia masih menjadi wakil ketua di Dana Mandiri.
Bambang Trihatmodjo, yang menjadi bendahara yayasan ini, bersama
Haryono ternyata ia mengalirkan lagi dana Rp400 miliar yang telah masuk
ke yayasan itu ke dua bank miliknya, Bank Alfa dan Bank Andromeda,
pada 1996-1997 dalam bentuk deposito.

Selanjutnya ada kasus korupsi yang paling besar merugikan keuangan


negara yang diduga mencapai Rp 3,3 triliun, yang dilakukan Mohammad
“Bob” Hasan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Bob Hasan ia
meruapakan seorang pengusaha dan mantan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Indonesia pada tahun 1998. Hal ini terungkapdari pengakuan
Ali Affiandi, Sekretaris Yayasan Supersemar ketika diperiksa sebagai
saksi kasus Soeharto. Dia mebeberkan, Yayasan Supersemar, Dakab dab
Dharmais memiliki saham di 27 perusahaan Grup Nusamba milik Bob

4
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/risiko/korupsi/item235
Hasan. Sebagian saham itu masih atas nama Bob Hasan pribadi, bukan
milik yayasan5

3) Kasus Kolusi Yang Menjerat Bupati Lampung Tengah.

Kasus ini terjadi pada bulan Juni 2018, saat itu Mustafa Erwin
Mursalin sebagai Bupati Lampung Tengah bersaksi di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Jakarta, ia bersaksi bahwasanya terdakwa suap
pinjaman daerah untuk APBD Lampung Tengah TA 2018 yang secara
tidak langung aat itu Mustafa menjadi Calon Gubernur Lampung pada
Pilkada Serentak 2018, tetapi saat itu Partai Gerindra disebut meminta
uang sebesar Rp2,5 miliar kepada PT Sarana Multi Infrastruktur
(SMI). Permintaan uang ini merupakan kolusi untuk memuluskan
pengajuan pinjaman dana daerah sebesar Rp300 miliar dari
pemerintah Kabupaten Lampung Tengah ke perusahaan tersebut.

4) Kasus Nepotisme Presiden Soeharto pada Masa Orde Baru


Kasus ini bersumber pada keluarga Presiden Soeharto atau yang biasa
kita kenal dengan “Keluarga Cendana” yang ditakuti. Pada waktu itu
suara suara kritis mulai muncul. Kritik pers makin berkembang
sehingga siapa saja bisa menjadi sasaran kritik. Dalam kabinet
pembangunan VI umpamanya, Mentri Tenaga Kerja, Abdul Latief
menjadi sasaran kritik karena kasus Jamsostek yang berkaitan dengan
korupsi. Namun ketika itu siapa pun bisa menjadi sasaran kritik,
kecuali Presiden dan keluarganya. Padahal telah banyak diungkap
dalam pers Indonesia perihal bisnis “Keluarga Cendana”. Isu
nepotisme, mula-mula secara samar mengenai pengangkatan anggota
MPR yang mempunyai hubungan darah penjabat atau anggota MPR
terpilih. Tetapi, kritik secara terbuka baru muncul ketika terbentuk
Kabinet Pembangun VII.

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_dugaan_korupsi_Soeharto
B. Dampak Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme(KKN) Yang Terjadi Di
Indonesia Kepada Jiwa Politik Masyarakat Indonesia

1) Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi

Kondisi politik yang carut marut dan cendrung sangat koruptif menjadikan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi ditambah lagi
maraknya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi
pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini bahkan
hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang
berjalan.6

2) Munculnya Stigma Politik itu kotor

Akibat dari maraknya korupsi yang terjadi di Indonesia maka timbulah


stigma masayarakat terhadap politik itu adalah sesuatu yang kotor, jahat,
yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan sehingga
membuat masyarakat enggan menggunakan hak pilih. Stigma ini terbentuk
karena tabiat sebagian politisi yang masuk pada ketegori instan. Politik
dimana baru mendekati masyarakat ketika akan ada agenda politik seperti
pemilu. 7Maka kondisi ini meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada
politisi dan dampak selanjutnya akan melahirkan masyarakat yang apatis
dengan apa yang dilakukan dan diputuskan oleh pemerintah. Apatisme
yang terjadi ini seakan memisahkan antara masyarakat dan pemerintah
yang akan terkesan berjalan sendiri sendiri.

3) Tingginya Angka Golput Saat Pemilu

Bangsa Indonesia sejak tahun 1955 hingga 2023 sudah melaksanakan 12


kalo pemilihan umum legislatif (pileg). Faktanya dalam setiap pelaksanaan
pileg masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya selalu ada dan

6
Nurhaeni. Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi di Indonesia
7
Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan,Vol. 1,No. 1,2011 hal.51
cenderung meningkat setiap dilaksanakan pileg. Perilaku tidak memilih
pemilih di Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Hal ini disebabkan
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi dan munculnya
stigma politik itu kotor ini menyebabkan rasa apatis di masyarakat
indonesia muncul dan mengebu-gebu. Hal ini benar-benar harus diatasi
dengan kepemimpinan yang baik, jujur, bersih dan adil apalagi masyarakat
Indonesia dihadapkan kepada Pemilu 2024 yang akan dilaksanakan kurang
lebih satu tahun lagi.

4) Merajalalelanya Kasus Penyuapan

Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang ternyata telah dijadikan


peluang bagi merajalelanya kasus penyuapan. Reformasi yang
dilakukan tanpa landasan hukum yang kuat justru melibatkan
pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan, yang dalam
praktiknya melibatkan para broker bahkan menumbuhkan mafia.8

C. Peran Kader HMI Yang Memiliki Integritas dan Kualitas Dalam


Memberantas Segala Hal Yang Dapat Meruntuhkan Jiwa Politik
Masyarakat Indonesia.

Peran Kader HMI dalam mewujudkan keadilan politik di Indonesia


dan memberantas segala hal yang dapat meruntuhkan jiwa politik
masyarakat Indonesia tidak terlepas dari semangat perubahan yang
terpendam dalam diri setiap kader. Semangat tersebut diperoleh dari
proses perkederan yang dilakukan HMI seperti Basic Training,
Intermediate Training,dan Advanced Training diharapkan mampu menjadi
Man of Innovator dalam merespon dinamika sosial politik yang terjadi di
Indonesia.

8
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Optimalisasi Pelayanan Publik dan Potensi Desa
Halaman – et al., n.d
Melalui kader HMI yang berisikan pemuda-pemudi yang memiliki
integritas dan kualitas dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
jiwa politik masyarakat Indonesia. Mengutip ungkapan Ir. Soekarno
“Berikan aku 1000 orang tua, maka aku ku cabut Semeru dari akarnya.
Berikan aku 10 pemuda niscaya akan ku guncang dunia” makna dari
ungkapan Ir. Soekarno tersebut jelas menyatakan bahwa kekuatan peran
pemuda dalam pembangunan bangsa khususnya bidang politik sangat luar
biasa. Adapun upaya yang dapat dilakukan, antara lain;
1. Para kader sudah seharusnya mampu tampil di depan umum sebagai
agen perubahan (agen of change) yang mampu membawa perubahan
kondisi politik Indonesia menjadi lebih baik lagi. Dengan menunjukan
sikap dan perilaku politik yang dilakukan harus menjunjung tinggi
etika dan sopan santun politik sehingga tidak akan menerapkan
praktik-praktik politik yang kotor dengan menghalalkan segala cara
hanya untuk mendapatkan kekuasaan.
2. Para kader mendapatkan motivasi-motivasi dalam politik itu sendiri
sehingga menumbuhkan dorongan yang kuat untuk ikut mau berbaur
dalam praktik politik dengan disuguhkan contoh perilaku-perilaku
terpuji para pejabat politik
3. Meningkatkan rasa nasionalisme dan persatuan kesatuan bangsa untuk
menjaga integritas dan kualitas bangsa agar tidak ada lagi penyebaran
virus kebencian akibat kemajemukan yang ada di Indonesia sebagai
salah satu penyebab retrogresi bangsa Indonesia.

Dengan melakukan upaya upaya tersebut diharapkan terbentuknya kader


yang memiliki integritas dan kualitas dan dapat mewujudkan keadilan
politik di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kondisi perpolitikan di
Indonesia pasca retrograsi politik.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Semaraknya kasus korupsi, kolusi, nepotisme di Indonesia


mengakibatkan terjadinya retrograsi atau kemunduran politik yang
ditandai dengan rendahnya kepedulian masyarakat akan perpolitikan,
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada demokrasi, hingga muculnya
stigma bahwa politik itu kotor. Semua ini sangat berpengaruh kepada
kondisi bangsa ini apalagi Indonesia dihadapkan kepada pesta demokrasi
yang kurang lebih satu tahun lagi akan diselenggarakan, yang seharusnya
menjadi moment untuk memperbaiki bangsa seakan jadi sesuatu yang
tidak berguna dan tentunya akan disia-siakan. Oleh karena itu peran Kader
selaku generasi muda penerus bangsa diharapkan menjadi Man of
Innovator yang akan merubah paradigma itu semua dan menuntun bangsa
Indonesia ke arah yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai