Anda di halaman 1dari 11

RESITUSI BAGI KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DI SUSUN OLEH :

1 .INDYRA SYAFIRA RUMNGANGUN 170200507 7. ANNISYAH AMELIA 160200089

2 .BELLA HARPENAS WATI SIMANJUNTAK 170200196 8. JASON NATHANAEL 170200336

3. JEFERY AGUSTONO ARISKA 170200300 9. RIFQI MAULANA 170200287

4. DESSICA DIAMOND 170200301 10. EDWIN V. LIONAR 170200314

5. HIDANTI SIDABUTAR 160200300 11. PERDI KURNIAWAN 170200304

6. VICTOR LASE 170200299


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kelompok kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Acara Pidana dengan judul “Ganti
Rugi Dalam Tindak Pidana Tipikor”..

Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Hukum Acara Pidana kami yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah kami.

Kelompok kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
Pengertian Korupsi Secara Umum, Menurut Para Ahli & Undang Undang1

Pengertian Korupsi Secara Umum, Menurut Para Ahli dan Undang Undang – Korupsi atau
rasuah  adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut para ahli bahasa, corruptio berasal dari kata
kerja corrumpere, suatu kata dari Bahasa Latin yang lebih tua. Kata tersebut kemudian
menurunkan istilah corruption, corrups (Inggris), corruption (Perancis), corruptie/korruptie
(Belanda) dan korupsi (Indonesia).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan di seluruh dunia ini rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi tentu berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan
korupsi berat yang diresmikan. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Dari pengertian korupsi yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Korupsi adalah
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan lain sebagainya
untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang mengakibatkan kerugian
keuangan pada negara. Atau tindakan penyelewengan atau penggelapan uang baik itu uang
Negara atau uang lainnya yang dilakukan untuk keuntungan pribai atau orang lain.

Pengertian Korupsi Menurut Undang Undang

UU No 31 Tahun 1999
Pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.

UU No 20 Tahun 2001
Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau
perekonomian negara

UU No 24 Tahun 1960
Pengertian Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan seseorang, yang dengan
atau karena melakukan suatu kejahatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau
kedudukan.

Pengertian Korupsi Menurut KBBI

Pengertian korupsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.

Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli

Selain penjelasan mengenai pengertian korupsi secara umum, para ahli dan pakar memiliki
pandangan dan pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu korupsi. Berikut ini
pengertian korupsi menurut para ahli secara lengkap,

Alatas (1987)
Pengertian korupsi menurut Alatas adalah pencurian yang melalui penipuan dalam situasi yang
mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan wujud perbuatan immoral dari dorongan untuk
mendapatkan sesuatu menggunakan metode penipuan dan pencurian. Poin penting yang harus
anda tahu bahwa nepotisme dan korupsi otogenik itu merupakan bentuk korupsi.

Bank Dunia
Pengertian Korupsi menurut Bank Dunia adalah pemanfaatan kekuasaan untuk mendapat
keuntungan pribadi. Bila anda perhatikan dengan seksama definisi korupsi ini maka kolusi, dan
nepotisme merupakan bagian dari korupsi atau bentuk korupsi itu sendiri (Kusuma, 2003).

Kusuma (2003)
Korupsi adalah pemanfaatan kekuasaan untuk mendapat keuntungan pribadi. Bila anda
perhatikan dengan seksama definisi korupsi ini maka kolusi, dan nepotisme merupakan bagian
dari korupsi atau bentuk korupsi itu sendiri.

Asyumardi Mazhar
Pengertian korupsi adalah berbagai tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities) untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.

Guy Benveniste
Guy Benveniste membagi pengertian korupsi menjadi tiga bagian yaitu korupsi ilegal (corruption
illegal), mercenery corruption dan ideological corruption (korupsi ideologis).

Tindakan korupsi merupakan  tindak kejahatan yang terjadi akibat penyelewengan wewenang
atau tanggung jawab. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor
–faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku – pelaku korupsi dan juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif untuk melakukan korupsi (faktor eksternal). Dengan demikian secara
garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan faktor
eksternal.

Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam diri setiap
individu. Faktor internal dapat diperinci menjadi:

a) Sifat tamak/rakus manusia 

Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi ketika
seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan tidak pernah merasa puas
terhadap apa yang telah dimiliki

b) Gaya hidup konsumtif

Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar merupakan hal yang sering
mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu, apabila Perilaku konsumtif tidak di
imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal tersebut akan membuka peluang seseorang
untuk melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan
itu adalah dengan korupsi.

c) Moral yang kurang kuat

Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda untuk melakukan tindakan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang
memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.

Faktor Eksternal,merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang berasal dari luar
diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi
intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya.

2. Faktor Hukum

Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek
perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum. Hal lain yang menjadikan
hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan aturan –
aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga
menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping dengan aturan lain.

3.Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat dilihat
ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka
seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua kebutuhan.

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak hanya organisasi yang ada
dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian yang ada didalam lingkungan
masyarakat. Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi:

 Kurang adanya teladan dari pemimpin


 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
 Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
 Lemahnya pengawasan.
. Sanksi Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Hukum Positif

1. Jenis-jenis Pidana

Istilah pidana diartikan sebagai sanksi pidana, selain itu juga diartikan

dengan istilah-istilah lain yaitu hukuman, penghukuman, pemidanaan,

penjatuhan hukuman, pemberian pidana dan hukuman pidana.1 Sudarto

memberikan pengertian pidana sebagai penderitaan yang sengaja

dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi

syarat-syarat tertentu. Sedangkan Roeslan mengartikan pidana sebagai

reaksi atas delik, dan itu berujud suatu nestapa yang dengan sengaja

ditimpakan negara kepada pelaku delik itu.2

Jenis pidana tercantum dalam Pasal 10 KUHP. Jenis pidana tersebut

dibedakan antara pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana tambahan

hanya dijatuhkan jika pidana pokok dijatuhkan, kecuali dalam hal tertentu.3

Pidana tersebut adalah:

a. Pidana Pokok

1. Pidana mati

2. Pidana penjara

3. Pidana kurungan

4. Pidana denda

5. Pidana tutupan
Saran

1. Pemberantasan korupsi hendaknya diprioritaskan terhadap proyek yang menyangkut hajat


hidup orang banyak, bernilai besar dan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan.
2. Perlunya komitmen yang kuat seluruh aparat penegak hukum dan pejabat dalam upaya
pemberantasan korupsi dan pengembalian kerugian negara yang terjadi.
3. Diharapkan pada pemerintah agar dapat menciptakan pemerintahan yang baik, serta tidak
mentolerir segala bentuk korupsi agar dapat mendukung penegakan hukum pemberantasan
tindak pidana korupsi.
4. Hendaknya sanksi pidana lebih diperberat dan jumlah denda/kerugian negara yang harus
dibayar ditingkatkan lagi, supaya pelaku tindak pidana korupsi mendapat efek jera ketika
hendak melakukan korupsi.
Kesimpulan

Kesimpulan yang kami rangkum dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut :
1. Tindak pidana korupsi menimbulkan suatu kerugia negara maupun masyarakat baik itu
dalam bentuk kerugian keuangan atau perekonomian, politik dan sebagainya.
2. Istilah “kerugian Negara” yang digunakan berdasarkan rumusan Undang- undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 1 angka 22 adalah bahwa: “kerugian
negara/daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.” Dalam
Penjelasan Umum angka 6 tentang Penyelesaian Kerugian Negara, ditegaskan bahwa setiap
kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melawan hukum atau kelalaian
seseorang harus diganti oleh pihak yang bersalah. Kemudian, di dalam penjelasan pasal 4
UU 31/1999 dijelaskan sebagai berikut: “Dalam hal pelaku tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan pasal 3 telah memenuhi unsur-unsur pasal
dimaksud, maka pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara, tidak
menghapuskan pidana terhadap pelaku tindak pidana tersebut”. Artinya Pengembalian
kerugian keuangan negara atau perekonomian negara hanya merupakan salah satu faktor
yang meringankan

3. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi karena adanya 2 faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam diri
setiap individu. Faktor eksternal merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang
berasal dari luar diri pelaku.
Faktor Internal, merupakan. Faktor internal dapat diperinci menjadi:

a) Sifat tamak/rakus manusia 

Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi ketika
seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan tidak pernah merasa puas
terhadap apa yang telah dimiliki

b) Gaya hidup konsumtif

Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar merupakan hal yang sering
mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu, apabila Perilaku konsumtif tidak di
imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal tersebut akan membuka peluang seseorang
untuk melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan
itu adalah dengan korupsi.

c) Moral yang kurang kuat

Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda untuk melakukan tindakan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang
memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.

Faktor Eksternal,. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi
intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan kekuasaannya.

2. Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek
perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum. Hal lain yang menjadikan
hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan aturan –
aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga
menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan overlapping dengan aturan lain.

3.Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat dilihat
ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka
seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua kebutuhan.

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak hanya organisasi yang ada
dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian yang ada didalam lingkungan
masyarakat. Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi:

 Kurang adanya teladan dari pemimpin


 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
 Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
 Lemahnya pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai