Anda di halaman 1dari 2

Nama : HENDRA SAPUTRA

NIM : 044029245

UPBJJ : PALEMBANG

Assalamualaikum Wr.Wb, Selamat Malam Tutor,

Mohon izin untuk memberikan tanggapan mengenai Pertanyaan diskusi ini.

1. Apakah Hukum Konsumen sama Artinya dengan Hukum Perlindungan Konsumen?


Menurut saya, Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen itu berbeda.
Meskipun keduanya merupakan hukum yang mengatur hubungan antara pelaku usaha dan
konsumen yang ada di kehidupan masyarakat. Namun yang membedakan adalah wilayah hukum
yang mengatur keduanya, yang mana Hukum Kosumen adalah wilayah Hukum secara umum yang
mengatur hubungan dan masalah terkait penyediaan dan penggunaan barang dan atau jasa.
Sedangkan Hukum Perlindungan Konsumen adalah wilayah hukum yang secara khusus mengatur
bagaimana payung hukum atau perlindungan terhadap konsumen dalam melakukan transaksi atas
barang dan atau jasa, yang mana di dalam Hukum Perlindungan Konsumen tidak hanya konsumen
saja yang diberikan perlindungan atau payung hukum akan tetapi berlaku juga terhadap pelaku
usaha. Atau dengan kata lain Hukum Perlindungan Konsumen merupakan turunan dari Hukum
Konsumen itu sendiri, yang dikaji lebih khusus dan lebih mendalam.

Para Ahli juga berpendapat bahwa ada perbedaan mengenai Hukum Konsumen dan Hukum Perilaku
Konsumen seperti yang diungkapkan oleh :
Nasution (2011) Hukum Konsumen adalah Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur
hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) antara penyedia
dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan , masih menurut Nasution (2011) Hukum Perlindungan Konsumen adalah keseluruhan
asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan
masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan / atau jasa) konsumen antara penyedia
dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Mengapa konsumen perlu mendapatkan Perlindungan?


Sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 pada
Pasal 2 dan Pasal 3 yang berbunyi :
Pasal 2
a. Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar – besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan;
b. Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat Indonesia diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;
c. Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual;
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
e. Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;


b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif
pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Dari bunyi pasal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Payung Hukum yakni Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999, membuat konsumen dalam hal ini pemakai barang/jasa mendapatkan
kepastian hukum dalam bertransaksi / penggunaan atas barang atau jasa tersebut. Sebagai contoh

- Sebagai pengguna jasa penerbangan pada satu maskapai penerbangan saya tidak merasa was-
was untuk menaruh barang-barang (yang sudah diatur sesuai ketentuan penerbangan) pada
bagasi pesawat. Hal ini dikarenakan saya tahu bahwa dengan adanya Undang-Undang
Perlindungan Konsumen saya akan dapat konpensasi atau ganti rugi jika terjadi masalah
terhadap bagasi saya tersebut, tentunya konpensasi tersebut sesuai dengan aturan yang
berlaku.

Demikian Penjelasan dari saya, Mohon maaf jika masih ada koreksi terhadap jawaban saya, dan mohon
untuk bimbingan selanjutnya.

Terimakasih

Sumber :

1. https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/409.pdf
2. Modul KHUM4312 Hukum Perlindungan Konsumen (Susilowati S. Dajaan, Agus Suwandono, dan
Deviana Yunitasari), 2021, Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai