Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah : PENGANTAR HUKUM BISNIS
Dosen Pengampu : SARWONO, M.E.

Di Susun Oleh :
MELLY SURYANI (ES.221097)

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
STIES SYARI’AH AL-MUJADID
TANJUNG JABUNG TIMUR
2023
HUKUM PERSAINGAN USAHA

A. Pengantar Hukum Persaingan Usaha di Indonesia


Bagian ini membahas pengantar dasar tentang hukum persaingan usaha di
Indonesia. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, yang disingkat sebagai UU
Persaingan Usaha, adalah kerangka peraturan yang ditujukan untuk
mempromosikan dan mengatur persaingan sehat dalam lingkup bisnis di
Indonesia. Peraturan ini mencakup berbagai aspek yang mengatur persaingan
usaha, termasuk larangan praktek monopoli dan upaya untuk mencegah
persaingan usaha tidak sehat. Pengantar ini memberikan dasar pemahaman
yang diperlukan sebelum menjelajahi aspek-aspek hukum persaingan usaha
yang lebih rinci.

B. Larangan Praktek Monopoli


Bagian ini menyoroti larangan terhadap praktek monopoli dalam UU
Persaingan Usaha. Praktek monopoli merujuk pada situasi di mana satu atau
beberapa perusahaan memiliki kendali dominan atas suatu pasar atau industri
tertentu. Tujuan utama larangan ini adalah untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan pasar oleh perusahaan-perusahaan tersebut yang dapat merugikan
konsumen dan pesaing kecil. Bagian ini juga menginformasikan bahwa
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memiliki peran sentral dalam
mengawasi dan menindak praktek-praktek monopoli.

C. Larangan Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat


Bagian ini membahas larangan terhadap praktek persaingan usaha tidak
sehat yang juga diatur dalam UU Persaingan Usaha. Praktek persaingan usaha
tidak sehat mencakup tindakan-tindakan seperti penipuan konsumen,
penetapan harga yang merugikan konsumen, dan penyalahgunaan merek
dagang. Tujuannya adalah untuk menjaga persaingan yang adil dan
melindungi konsumen dari praktik-praktik yang merugikan. Bagian ini
menjelaskan bahwa UU Persaingan Usaha memiliki peraturan yang tegas
untuk mencegah dan menindak praktek-praktek semacam itu.
D. Otoritas Pengawasan
Bagian ini menyoroti peran penting yang dimainkan oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai otoritas pengawasan dan
penegakan UU Persaingan Usaha di Indonesia. KPPU memiliki wewenang
untuk menyelidiki pelanggaran hukum persaingan usaha, memberikan sanksi
kepada pelanggar, dan melindungi konsumen serta pesaing yang mungkin
menjadi korban praktek persaingan usaha tidak sehat. Bagian ini
menggarisbawahi pentingnya lembaga ini dalam menjalankan fungsi
pengawasan dan penegakan hukum yang efektif.

E. Dampak Hukum Persaingan Usaha di Indonesia


Bagian ini membahas dampak positif yang ditimbulkan oleh hukum
persaingan usaha di Indo nesia. Hukum ini menciptakan lingkungan bisnis
yang sehat dengan mendorong i novasi, memberikan perlindungan kepada
konsumen dari praktik-praktik yang merugikan, menjaga stabilitas harga, dan
menghindari praktik-praktik monopoli yang merugikan. Ini menggarisbawahi
pentingnya regulasi persaingan usaha dalam membentuk ekosistem bisnis
yang adil dan berkelanjutan di Indonesia.

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen


Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen
yang lebih luas. Az. Nasution, misalnya berpendapat bahwa hukum konsumen
yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat megatur dan juga
mengatur sifat yang melindungi kepntenigan konsumen. Adapun hukum
konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum
yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
berkaintan dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, defini Hukum Perlindungan
Konsumen adalah keseluruhan asas-asas serta kaidah-kaidah hukum yang
mengatur mengenai hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu
dengan yang lain, dan berkaitan dengan barang dan jasa konsumen didalam
pergaulan hidup masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
Konsumen didalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan
konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk menberikan perlindungan kepada konsumen.

B. Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen


1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan (negligence)
Tanggung jawab berdasarkan kelalaian merupakan prinsip tanggung jawab
yang bersifat subjektif, artinya tanggung jawab yang ditentukan oleh perilaku
produsen. Berdasarkan prinsip ini, kelalaian produsen yang membawa akibat
pada kerugian yang dirasakan konsumen adalah faktor penentu adanya hak
konsumen untuk mengajukan gugatan ganti rugi pada produsen.
Prinsip ini dibagi menjadi:
a. Tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan dengan persyaratan
hubungan kontrak.
b. Tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan dengan beberapa
pengecualian terhadap persyaratan hubungan kontrak.
c. Tanggung jawab berdasarkan kelalaian/kesalahan tanpa persyaratan
hubungan kontrak.
d. Diperhitungkan jika tidak melakukan upaya untuk mencegah kerugian
konsumen.
e. Prinsip praduga lalai dan prinsip praduga bertanggung jawab dengan
pembuktian terbalik.

2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi (breach of warranty)


Gugatan berdasarkan breach of warranty dapat diterima walaupun tidak
ada hubungan kontrak, namun dengan pertimbangan bahwa dalam praktik
bisnis modern, proses distribusi dan iklan langsung ditujukan kepada
konsumen melalui media massa. Maka, tidak perlu ada hubungan kontrak
yang mengikat antara produsen dan konsumen.
Prinsip ini dibagi menjadi:
a. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tertulis (express
warranty).
b. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tidak tertulis (implied
warranty).

3. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict product liability)


Prinsip ini memiliki dasar bahwa konsumen tidak dapat berbuat banyak
untuk memproteksi diri dari risiko kerugian yang disebabkan oleh produk
cacat, maka dari itu penerapan prinsip ini terhadap produsen memberikan
perlindungan bagi konsumen. Karena, tidak dibebani untuk membuktikan
kesalahan produsen akibat penggunaan suatu produk.

C. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen


Asas perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 2 UU Perlindungan
Konsumen. Adapun beberapa asas yang menjadi landasan perlindungan
konsumen antara lain:
a. Asas Manfaat
b. Asas Keadilan
c. Asas Keseimbangan
d. Asas Keamanan dan Keselamatan
e. Asas Kepastian Hukum
Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen
mengemukakan, Perlindungan konsumen bertujuan:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
danmenuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam usaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.

D. Hak Dan Kewajiban Konsumen


Hak Konsumen:
1. Hak atan pendidikan konsumen
2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas praktik bisnis yang tidak adil,
praktik bisnis yang mengekang, atau eksploitasi konsumen yang
berlebihan.
3. Hak untuk didengar dan diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akan
diterirma berdasarkan pertimbangan pihak-pihak pada forum yang layak.
4. Hak untuk terjamin untuk mendapatkan akses ke barang dan jasa dengan
harga yang bersaing, sebisa mungkin.
5. Hak untuk mendapatkan informasii tentang mutu dan jumlah barang dan
jasa sehingga dapat terlindungi dari praktik bisnis yang tidak adil.
6. Hak unruk dapat perlindungan terhadap pemasaran barang dan jasa yang
berbahaya bagi kehidupan dan harta benda.

Kewajiban Konsumen:
1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecuali
terhadap barang yang sudah dibeli.
2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli
3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.
4. Membeli barang yang terstandardisasi.
5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atau
terhadap praktik bisnis yang tidak adil.
E. Hak Dan Kewajiban Perilaku Usaha Terhadap Konsumen
Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
mengatakan, hak pelaku usaha adalah :
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
menganaikondisi dan nilai tukar barang da/atau jasa yang diperdagangkan
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dar tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian
hukum sengkata konsumen
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya

Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen


menyatakan, kewajiban pelaku usaha adalah;
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan /atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba
barang dan/atau jasa tertentu serta meberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual


Hak kekayaan intelektual pada hakikatnya merupakan hak dengan
karakteristik khusus dan istimewa, karena hak tersebut diberikan oleh Negara.
Negara berdasarkan ketentuan Undang-Undang memberikan hak khusus
tersebut kepada yang berhak, sesuai dengan prosedur dan syarat-syarat yang
harus dipenuhi.
Hak Kekayaan Intelektual yang biasa disebut HKI atau intellectual
Property Right (IPR) pada dasarnya merupakan hak yang lahir berdasarkan
hasil karya intelektual seseorang. HKI merupakan konstruksi hukum terhadap
perlindungan kekayaan intelektual sebagai hasil cipta karsa penemunya.
HKI juga merupakan suatu hal yang baru dalam sistem hukum di
Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat, pengakuan terhadap karya
intelektual sudah ada, tetapi hanya berupa pengakuan secara moral dan etika.
Masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan suatu komunitas yang
komunal dengan tingkat kebersamaan yang tinggi, sehingga hak-hak individu
meskipun ada masih kalah oleh kepentingan bersama.

B. Ruang Lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual


Secara substantif pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat
dikatakan sebagai hak atas kepemilikan sebagai karya-karya yang timbul atau
lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manuasi dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1. Hak Cipta
Pengertian hak cipta menggambarkan hak untuk menggandakan atau
memperbanyak suatu karya. Dalam Pasal 1 butir 1 UUHC memberi pengertian
hak cipta yaitu hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pemegang hak cipta adalah pencipta
sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari
pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di
atas.

2. Hak Kekayaan Industri


a. Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
b. Merek
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2001, Merek adalah suatu tanda yang
berupa: gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
c. Desain industri
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya
yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis
dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat
dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan. Jadi kata kunci yang membatasi suatu karya masuk ke dalam
ranah desain industri adalah kreasi dalam bentuk unsur yang disebutkan dalam
definisi di atas ditujukan semata mata dalam penampilan fisik suatu produk
dan memberikan kesan estetik.
d. Desain tata letak sirkuit terpadu
Menurut UU No 32 Tahun 2000, Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada
pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut.
e. Rahasia dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia
Dagang. Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku
sejak tanggal 20 Desember 2000.

f. Indikasi geografis
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukan daerah asal suatu
barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan
kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

C. Konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual


HKI sebagai suatu hak milik (property) diranah hukum kebendaan, maka
ada dua sisi yang berkaitan yaitu aspek yuridis dan aspek ekonomis.

D. Prinsip Hak Atas Kekayaan Intelektual


HKI merupakan salah satu bidang yang dapat memberikan manfaat dalam
pembangunan ekonomi suatu negara, oleh karena itu untuk dapat
mengoptimalkan fungsi HKI dalam pertumbuhan ekonomi maka salah satu
cara adalah dengan memberi perlindungan terhadap HKI. Perlindungan
diperlukan untuk menjamin bahwa hak eksklusif kekayaan intelektual
seseorang tidak dirugikan oleh pihak lain, sehingga dengan adanya
perlindungan dapat menciptakan iklim persaingan yang sehat dan mendorong
pemilik HKI untuk menginvestasikan dan mengalihkan teknologinya.
PERUSAHAAN
A. Definisi Perusahaan
Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas
pengolahan faktor-faktor produksi untuk menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan upaya-upaya lain dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.

B. Dasar Hukum Perusahaan


Dasar atau sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang
menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahaan. Pihak-pihak tersebut
dapat berupa badan legislatif yang menciptakan undang-undang, pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang memutus
perkara yang menciptakan yurisprudensi, dan masyarakat pengusaha yang
menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan.
1. Perundang-undangan
2. Kontrak Perusahaan
3. Yurispudensi
4. Kebiasaan

C. Tujuan Pendirian Perusahaan


Tujuan ekonomis berkenaan dengan upaya perusahaan untuk
mempertahankan eksistensinya. Kedua tujuan perusahaan tersebut saling
mendukung untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu memberi
kepuasan kepada keinginan konsumen ataupun pelanggan. Meskipun disadari
bahwa keuntungan bukanlah satusatunya tujuan perusahaan, tetapi tujuan-
tujuan lain hanya akan tercapai jika perusahaan mampu tetap hidup
berkembang dan memperoleh keuntungan.
Untuk keperluan tersebut perusahaan harus diorganisir dan dijalankan
dengan baik. Lain halnya lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga sosial
lain yang kegiatannya lebih ditujukan untuk kepentingan masyarakat umum,
misalnya panti asuhan, rumah sakit, dan sebagainya
D. Jenis-Jenis Perusahaan
Dalam menjalankan usahanya, para pengusaha perlu memperbanyak
wawasan mengenai dunia usaha. Salah satu caranya ialah bergabung dengan
komunitas wirausaha di daerah masing-masing. Namun, untuk menuju pada
pembentukan perusahaan yang lebih terjamin perlu dipelajari mengenai apa-
apa saja jenis usaha yang dimaksud dan yang dirasa sesuai untuk masing-
masing bidang usaha.
Badan usaha di Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis menurut faktor
penentunya. Badan usaha didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan laba
atau keuntungan, yang dibentuk dari kesatuan yuridis, teknis, dan ekonomi
1. Badan Usaha Berbadan Hukum
Badan usaha berbadan hukum terbagi dalam tiga bentuk, yaitu Perseroan
Terbatas (PT), koperasi, dan yayasan. Dalam hal ini, yayasan bukan termasuk
badan usaha berbasis laba atau disebut pula nirlaba, yang mana tentu saja
kurang tepat jika dijalankan bagi para mahasiswa dan kalangan profesional
yang baru saja merintis usaha.
2. Badan Usaha Bukan Berbadan Hukum
Selain jenis-jenis usaha berbadan hukum, ada pula jenis-jenis badan usaha
yang bukan berbadan hukum. Adapun badan usaha bukan berbadan hukum
adalah perusahaan dagang, persekutuan perdata, persekutuan dengan firma
(Fa), dan persekutuan komanditer (CV).

Anda mungkin juga menyukai