Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL I

Nama : Yogi Afrian

NIM : 041603405

Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Konsumen

Prog.Study : Hukum

Semester :3

Kelas :A

Soal :

1. Apa yang anda ketahui tentang hukum konsumen dan hukum perlindungan?
Jawaban :
 Hukum Konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk
(barang dan/atau jasa) antara penyedia dan penggunanya, dalam
kehidupan masyarakat. Hukum konsumen wilayah hukumnya lebih
banyak menyangkut pada transaksi-transaksi konsumen antara pelaku
usaha dan konsumen yang berobyekan barang dan/atau jasa.
 Hukum Perlindungan adalah keselurahan asas-asas dan kaidah-kaidah
yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) konsumen
antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Hukum perlindungan konsumen, kajian mendalam terletak pada
perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
melaksanakan transaksi-transaksi.
2. Dalam doktrin atau teori tentang konsumen dikenal prinsip-prinsip konsumen, coba
anda paparkan prinsip-prinsip tersebut?
Jawaban : Prinsip-prinsip konsumen adalah sebagai berikut :
a. Let the Buyer Beware
Doktrin let the buyer beware atau caveat emptor artinya “pembeli harus
berhati-hati” prinsip ini lahir dari suatu pemahaman bahwa kedudukan
pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang seimbang sehingga
tidak perlu ada proteksi apapun bagi si konsumen.
b. The Due Care Theory
Teori ini menyatakan bahwa pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk
berhati-hati dalam memasarkan produk, baik barang maupun jasa.
Selama berhati-hati dengan produknya, pelaku usaha tidak dapat
dipersalahkan. Hal ini ditafsirkan bahwa untuk mempersalahkan si
pelaku usaha, konsumen harus dapat membuktikan bahwa pelaku usaha
melanggar prinsip kehati-hatian.
c. The Privity of Contract
Prinsip ini menyatakan bahwa kontrak hanya berlaku bagi para pihak
yang membuatnya, jadi di antara mereka telah terjalin suatu hubungan
kontraktual baik konsumen maupun pelaku usaha tidak dapat disalahkan
atas hal-hal di luar yang diperjanjikan. Maksudnya konsumen boleh
menggugat berdasarkan adanya perjanjian antara pelaku usaha dan
konsumen, yakini berdasarkan wanprestasi atau ingkar janji, yaitu tidak
sesuai dengan apa yang telah disepakati.
d. Kontrak Bukan Merupakan Syarat
Prinsip ini merupakan perkembangan dari Prinsip Privity of the contract
di mana hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen
didasarkan pada adanya suatu kontrak/perjanjian. Prinsip yang demikian
tidak dapat dipertahankan sehingga lahir prinsip bahwa hubungan hukum
antara pelaku usaha dengan konsumen tidak harus atas dasar adanya
suatu kontrak/perjanjian.
3. Secara Normatif undang-undang No, 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK) merupakan dasar hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Coba anda
sebutkan tujuan perlindungan konsumen yang diatur pada pasal 3 UUPK?
Jawaban : Tujuan perlindungan konsumen yang diatur pada pasal 3 UUPK yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
4. Dalam UUP terdapat pasal yang berkenaan dengan larangan pelaku usaha. Coba anda
sebutkan?
Jawaban : Pasal yang berkenaan dengan larangan pelaku usaha yaitu :
a. Pasal 8 UUPK
Larangan memproduksi barang dan/atau jasa dan larangan
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang dimaksud.
b. Pasal 9 UUPK
Larangan yang tertuju pada “perilaku” pelaku usaha, yang menawarkan,
mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak
benar dan/atau seolah-olah barang tersebut tidak memenuhi standar mutu
tertentu, memiliki potongan harga, dalam keadaan baik dan/atau baru,
telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor, tidak mngandung cacat
tersembunyi, merupakan kelengkapan dari barang tertentu atau seolah-
olah beraal dari daerah tertentu.
c. Pasal 10 UUPK
Larangan yang tertuju pada “perilaku” pelaku usaha yang tujuannya
mengupayakan adanya perdagangan yang tertib dan iklim usaha yang
sehat guna memastikan produk yang diperjualbelikan dalam masyarakat
dilakukan dengan cara tidak melanggar hukum.
d. Pasal 11 UUPK
Larangan melakukan penjualan dengan cara obral atau lelang, dilarang
mengelabui/menyesatkan konsumen.
e. Pasal 12 UUPK
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu
dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk
melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan,
dipromosikan atau diiklankan.
f. Pasal 13 UUPK
Larangan yang tertuju pada cara-cara penjualan yang dilakukan melalui
sarana penawaran, promosi, atau pengiklanan, disampingkan larangan
yang tertuju pada perilaku pelaku usaha yang mengelabui atau
menyesatkan konsumen.
g. Pasal 14 UUPK
Larangan pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui
cara undian yang mana tidak dilakukan secara transparansi.
h. Pasal 15 UUPK
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang
melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat
menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.
i. Pasal 16 UUPK
Larangan yang tertuju pada “perilaku” pelaku usaha yang tidak menepati
pesanan dan/atau tidak menepati kesepakatan waktu penyelesaian sesuai
dengan yang dijanjikan, termasuk tidak menepati janji suatu pelayanan
dan/atau prestasi.
j. Pasal 17 UUPK
Pasal 17 UUPK ini merupakan pasal yang secara khusus ditujukan pada
perilaku pelaku usaha periklanan, yang mengelabui konsumen melalui
ilkan yang dproduksinya.
k. Pasal 18 UUPK
Larangan mencantumkan klausula baku yang menyatakan bahwa pelaku
usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen
sebagaiaman tersebut dalam pasal 18 huruf b UUPK, sebaiknya ada
batas waktu yang wajar.
5. Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum
perlindungan. Apa saja prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum tersebut?
Jawaban : Prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum yaitu :
a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan
Prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata.
b. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab
(presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan, ia
tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat.
c. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of
nonliability principle) hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen
yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common
sense dapat dibenarkan.
d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) adalah prinsip tanggung
jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang
menentukan.
e. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability
principle) sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan
sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya.

Anda mungkin juga menyukai