Anda di halaman 1dari 15

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 8.

Impor jasa adalah kegiatan penyediaan


NOMOR 8 TAHUN 1999 jasa asing untuk digunakan di dalam wilayah
TENTANG Republik Indonesia.
PERLINDUNGAN KONSUMEN
9. Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat adalah lembaga non-
BAB I
Pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh
KETENTUAN UMUM
Pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan konsumen.
Pasal 1
10. Klausula Baku adalah setiap aturan atau
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dengan : dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu
secara sepihak oleh pelaku usaha yang
1. Perlindungan konsumen adalah segala dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau
upaya yang menjamin adanya kepastian perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi
hukum untuk memberi perlindungan kepada oleh konsumen.
konsumen. 11. Badan Penyelesaian Sengketa
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai Konsumen adalah badan yang bertugas
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam menangani dan menyelesaikan sengketa
masyarakat, baik bagi kepentingan diri antara pelaku usaha dan konsumen.
sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk 12. Badan Perlindungan Konsumen
diperdagangkan. Nasional adalah badan yang dibentuk untuk
membantu upaya pengembangan
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perlindungan konsumen.
perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan 13. Menteri adalah menteri yang ruang
badan hukum yang didirikan dan lingkup tugas dan tanggung jawabnya
berkedudukan atau melakukan kegiatan meliputi bidang perdagangan.
dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama- BAB II
sama melalui perjanjian menyelenggarakan ASAS DAN TUJUAN
kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.
Pasal 2
4. Barang adalah setiap benda baik
berwujud maupun tidak berwujud, baik Perlindungan konsumen berasaskan manfaat,
bergerak maupun tidak bergerak, dapat keadilan, keseimbangan, keamanan dan
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh Pasal 3
konsumen.
5. Jasa adalah setiap layanan yang Perlindungan konsumen bertujuan :
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
disediakan bagi masyarakat untuk 1. meningkatkan kesadaran, kemampuan
dimanfaatkan oleh konsumen. dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
6. Promosi adalah kegiatan pengenalan 2. mengangkat harkat dan martabat
atau penyebarluasan informasi suatu barang konsumen dengan cara menghindarkannya
dan/atau jasa untuk menarik minat beli dari ekses negatif pemakaian barang
konsumen terhadap barang dan/atau jasa dan/atau jasa;
yang akan dan sedang diperdagangkan.
3. meningkatkan pemberdayaan
7. Impor barang adalah kegiatan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
memasukkan barang ke dalam daerah menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
pabean.
4. menciptakan sistem perlindungan sesuai dengan perjanjian atau tidak
konsumen yang mengandung unsur sebagaimana mestinya;
kepastian hukum dan keterbukaan informasi
serta akses untuk mendapatkan informasi; 9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.
5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya perlindungan Pasal 5
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur
dan bertanggungjawab dalam berusaha; Kewajiban konsumen adalah :
6. meningkatkan kualitas barang dan/atau
jasa yang menjamin kelangsungan usaha a. membaca atau mengikuti petunjuk
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, informasi dan prosedur pemakaian atau
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi
konsumen. keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan
BAB III transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
HAK DAN KEWAJIBAN c. membayar sesuai dengan nilai tukar
Bagian Pertama yang disepakati;
Hak dan Kewajiban Konsumen
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum
Pasal 4 sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
Hak konsumen adalah :
Bagian Kedua
1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa; Pasal 6
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa
serta mendapatkan barang dan/atau jasa Hak pelaku usaha adalah :
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan; a. hak untuk menerima pembayaran yang
3. hak atas informasi yang benar, jelas, sesuai dengan kesepakatan mengenai
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa
barang dan/atau jasa; yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan
4. hak untuk didengar pendapat dan hukum dari tindakan konsumen yang
keluhannya atas barang dan/atau jasa yang beritikad tidak baik;
digunakan;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri
5. hak untuk mendapatkan advokasi, sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa konsumen;
sengketa perlindungan konsumen secara
patut; d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila
terbukti secara hukum bahwa kerugian
6. hak untuk mendapat pembinaan dan konsumen tidak diakibatkan oleh barang
pendidikan konsumen; dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. hak untuk diperlakukan atau dilayani e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan
secara benar dan jujur serta tidak peraturan perundang-undangan lainnya.
diskriminatif;
Pasal 7
8. hak untuk mendapatkan kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan,
kegiatan usahanya; keistimewaan atau kemanjuran
b. memberikan informasi yang benar, jelas sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan atau keterangan barang dan/atau jasa
barang dan/atau jasa serta memberi tersebut;
penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan; e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan,
komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,
c. memperlakukan atau melayani atau penggunaan tertentu sebagaimana
konsumen secara benar dan jujur serta tidak dinyatakan dalam label atau keterangan
diskriminatif; barang dan/atau jasa tersebut;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa f. tidak sesuai dengan janji yang
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
berdasarkan ketentuan standar mutu barang iklan atau promosi penjualan barang
dan/atau jasa yang berlaku; dan/atau jasa tersebut;
e. memberi kesempatan kepada g. tidak mencantumkan tanggal
konsumen untuk menguji, dan/atau kadaluwarsa atau jangka waktu
mencoba barang dan/atau jasa tertentu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik
serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang tertentu;
atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan; h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi
secara halal, sebagaimana pernyataan
f. memberi kompensasi, ganti rugi "halal" yang dicantumkan dalam label;
dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan i. tidak memasang label atau membuat
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,
g. memberi kompensasi, ganti rugi komposisi, aturan pakai, tanggal
dan/atau penggantian apabila barang pembuatan, akibat sampingan, nama dan
dan/atau jasa yang dterima atau alamat pelaku usaha serta keterangan lain
dimanfaatkan tidak sesuai dengan untuk penggunaan yang menurut ketentuan
perjanjian. harus di pasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau
BAB IV
petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
PERBUATAN YANG DILARANG
Indonesia sesuai dengan ketentuan
BAGI PELAKU USAHA
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8
(2) Pelaku usaha dilarang
memperdagangkan barang yang rusak,
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi cacat atau bekas, dan tercemar tanpa
dan/atau memperdagangkan barang dan/atau memberikan informasi secara lengkap dan
jasa yang : benar atas barang dimaksud.

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai (3) Pelaku usaha dilarang


dengan standar yang dipersyaratkan dan memperdagangkan sediaan farmasi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan; pangan yang rusak, cacat atau bekas dan
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi tercemar, dengan atau tanpa memberikan
bersih atau netto, dan jumlah dalam informasi secara lengkap dan benar.
hitungan sebagaimana yang dinyatakan
dalam label atau etiket barang tersebut;
(4) Pelaku usaha yang melakukan
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
timbangan dan jumlah dalam hitungan dilarang memperdagangkan barang
menurut ukuran yang sebenarnya; dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran.
Pasal 9 Pelaku usaha dalam menawarkan barang
dan/atau jasa yang ditujukan untuk
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, diperdagangkan dilarang menawarkan,
mempromosikan, mengiklan-kan suatu barang mempromosikan, mengiklankan atau membuat
dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan
seolah-olah : mengenai :

a. barang tersebut telah memenuhi a. harga atau tarif suatu barang dan/atau
dan/atau memiliki potongan harga, harga jasa;
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau
atau guna tertentu;
ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa;
b. barang tersebut dalam keadaan baik
dan/atau baru; d. tawaran potongan harga atau hadiah
menarik yang ditawarkan;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah
mendapatkan dan/atau memiliki sponsor, e. bahaya penggunaan barang dan/atau
persetujuan, perlengkapan tertentu, jasa.
keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau
aksesori tertentu; Pasal 11
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat
oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, Pelaku usaha dalam hal penjualan yang
persetujuan atau afiliasi; dilakukan melalui cara obral atau lelang,
dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen
e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia; dengan :
f. barang tersebut tidak mengandung
cacat tersembunyi; a. menyatakan barang dan/atau jasa
tersebut seolah-olah telah memenuhi
g. barang tersebut merupakan standar mutu tertentu;
kelengkapan dari barang tertentu; b. menyatakan barang dan/atau jasa
tersebut seolah-olah tidak mengandung
h. barang tersebut berasal dari daerah cacat tersembunyi;
tertentu;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang
i. secara langsung atau tidak langsung ditawarkan melainkan dengan maksud untuk
merendahkan barang dan/atau jasa lain; menjual barang lain;
j. menggunakan kata-kata yang d. tidak menyediakan barang dalam jumlah
berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tertentu dan/atau jumlah yang cukup dengan
tidak mengandung risiko atau efek maksud menjual barang yang lain;
sampingan tanpa keterangan yang lengkap;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas
k. menawarkan sesuatu yang tertentu atau dalam jumlah cukup dengan
mengandung janji yang belum pasti. maksud menjual jasa yang lain;

(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana f. menaikkan harga atau tarif barang
dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk dan/atau jasa sebelum melakukan obral.
diperdagangkan.
Pasal 12
(3) Pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang Pelaku usaha dilarang menawarkan,
melanjutkan penawaran, promosi, dan mempromosikan atau mengiklankan suatu
pengiklanan barang dan/atau jasa tersebut. barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif
khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika
Pasal 10 pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk
melaksanakannya sesuai dengan waktu dan
jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau a. tidak menepati pesanan dan/atau
diiklankan. kesepakatan waktu penyelesaian sesuai
dengan yang dijanjikan;
Pasal 13 b. tidak menepati janji atas suatu
pelayanan dan/atau prestasi.
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan,
mempromosikan, atau mengiklankan suatu Pasal 17
barang dan/atau jasa dengan cara menjanjikan
pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa (1) Pelaku usaha periklanan dilarang
lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memproduksi iklan yang :
memberikannya atau memberikan tidak
sebagaimana yang dijanjikannya. a. mengelabui konsumen mengenai
kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan
(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, harga barang dan/atau tarif jasa serta
mempromosikan atau mengiklankan obat, obat ketepatan waktu penerimaan barang
tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan/atau jasa;
dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara b. mengelabui jaminan/garansi terhadap
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang barang dan/atau jasa;
dan/atau jasa lain.
c. memuat informasi yang keliru, salah,
atau tidak tepat mengenai barang dan/atau
Pasal 14
jasa;

Pelaku usaha dalam menawarkan barang d. tidak memuat informasi mengenai risiko
dan/atau jasa yang ditujukan untuk pemakaian barang dan/atau jasa;
diperdagangkan dengan memberikan hadiah
melalui cara undian, dilarang untuk : e. mengeksploitasi kejadian dan/atau
seseorang tanpa seizin yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan;
a. tidak melakukan penarikan hadiah
setelah batas waktu yang dijanjikan; f. melanggar etika dan/atau ketentuan
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui peraturan perundang-undangan mengenai
media masa; periklanan.
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan
yang dijanjikan; (2) Pelaku usaha periklanan dilarang
melanjutkan peredaran iklan yang telah
d. mengganti hadiah yang tidak setara melanggar ketentuan pada ayat (1).
dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
 

BAB V
KETENTUAN PENCANTUMAN KLAUSULA
BAKU
Pasal 15
Pasal 18
Pelaku usaha dalam menawarkan barang
dan/atau jasa dilarang melakukan dengan cara (1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang
pemaksaan atau cara lain yang dapat dan/atau jasa yang ditujukan untuk
menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis diperdagangkan dilarang membuat atau
terhadap konsumen. mencantumkan klausula baku pada setiap
dokumen dan/atau perjanjian apabila:
Pasal 16
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab
Pelaku usaha dalam menawarkan barang pelaku usaha;
dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :
b. menyatakan bahwa pelaku usaha Pasal 19
berhak menolak penyerahan kembali barang
yang dibeli konsumen; (1) Pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan,
c. menyatakan bahwa pelaku usaha
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen
berhak menolak penyerahan kembali uang
akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.
yang dibeli oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari (2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
konsumen kepada pelaku usaha baik secara (1) dapat berupa pengembalian uang atau
langsung maupun tidak langsung untuk penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
melakukan segala tindakan sepihak yang atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
berkaitan dengan barang yang dibeli oleh dan/atau pemberian santunan yang sesuai
konsumen secara angsuran; dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. mengatur perihal pembuktian atas
hilangnya kegunaan barang atau
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
konsumen;
transaksi.
f. memberi hak kepada pelaku usaha
untuk mengurangi manfaat jasa atau (4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud
mengurangi harta kekayaan konsumen yang pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan
menjadi obyek jual beli jasa; kemungkinan adanya tuntutan pidana
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai
g. menyatakan tunduknya konsumen adanya unsur kesalahan.
kepada peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan
lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
usaha dalam masa konsumen (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku
memanfaatkan jasa yang dibelinya; usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen.
h. menyatakan bahwa konsumen memberi
kuasa kepada pelaku usaha untuk Pasal 20
pembebanan hak tanggungan, hak gadai,
atau hak jaminan terhadap barang yang Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab
dibeli oleh konsumen secara angsuran. atas iklan yang diproduksi dan segala akibat
yang ditimbulkan oleh iklan tersebut.
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan
klausula baku yang letak atau bentuknya sulit Pasal 21
terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas,
atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
(1) Importir barang bertanggung jawab sebagai
pembuat barang yang diimpor apabila importasi
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau
oleh pelaku usaha pada dokumen atau perwakilan produsen luar negeri.
perjanjian yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) Importir jasa bertanggung jawab sebagai
(2) dinyatakan batal demi hukum.
penyedia jasa asing apabila penyediaan jasa
asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula perwakilan penyedia jasa asing.
baku yang bertentangan dengan Undang-
undang ini.

BAB VI
Pasal 22
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku
kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana usaha tersebut :
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), Pasal 20,
dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung a. tidak menyediakan atau lalai
jawab pelaku usaha tanpa menutup menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas
kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan perbaikan;
pembuktian. b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi
jaminan atau garansi yang diperjanjikan.
Pasal 23
Pasal 26
Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak
memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa
ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana wajib memenuhi jaminan dan/atau garansi yang
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat disepakati dan/atau yang diperjanjikan.
(3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan
penyelesaian sengketa konsumen atau Pasal 27
mengajukan ke badan peradilan di tempat
kedudukan konsumen.
Pelaku usaha yang memproduksi barang
dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian
Pasal 24 yang diderita konsumen, apabila :

(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau a. barang tersebut terbukti seharusnya
jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan
jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan untuk diedarkan;
konsumen apabila: b. cacat barang timbul pada kemudian
hari;
a. pelaku usaha lain menjual kepada
konsumen tanpa melakukan perubahan apa c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan
pun atas barang dan/atau jasa tersebut; mengenai kualifikasi barang;
b. pelaku usaha lain, di dalam transaksi
jual beli tidak mengetahui adanya d. kelalaian yang diakibatkan oleh
perubahan barang dan/atau jasa yang konsumen;
dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak e. lewatnya jangka waktu penuntutan 4
sesuai degan contoh, mutu, dan komposisi. (empat) tahun sejak barang dibeli atau
lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan.
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibebaskan dari tanggung jawab atas Pasal 28
tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen
apabila pelaku usaha lain yang membeli barang
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur
dan/atau jasa menjual kembali kepada
kesalahan dalam gugatan ganti rugi
konsumen dengan melakukan perubahan atas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal
barang dan/atau jasa tersebut.
22, dan Pasal 23 merupakan beban dan
tanggung jawab pelaku usaha.
Pasal 25
BAB VII
(1) Pelaku usaha yang memproduksi barang PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam Bagian Pertama
batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun Pembinaan
wajib menyediakan suku cadang dan/atau
fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan
Pasal 29
atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan.

(1) Pemerintah bertanggung jawab atas


(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada
pembinaan penyelenggaraan perlindungan
ayat (1) bertanggung jawab atas tuntutan ganti
konsumen yang menjamin diperolehnya hak (4) Apabila hasil pengawasan sebagaimana
konsumen dan pelaku usaha serta dimaksud pada ayat (3) ternyata menyimpang
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan dari peraturan perundang-undangan yang
pelaku usaha. berlaku dan membahayakan konsumen, Menteri
dan/atau menteri teknis mengambil tindakan
(2) Pembinaan oleh pemerintah atas sesuai dengan peraturan perundang-undangan
penyelenggaraan perlindungan konsumen yang berlaku.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri (5) Hasil pengawasan yang diselenggarakan
teknis terkait. masyarakat dan lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat dapat
(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat
(2) melakukan koordinasi atas penyelenggaraan disampaikan kepada Menteri dan menteri teknis.
perlindungan konsumen.
(6) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan
(4) Pembinaan penyelenggaraan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
(2) meliputi upaya untuk : Pemerintah.

a. terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya BAB VIII


hubungan yang sehat antara pelaku usaha BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
dan konsumen; NASIONAL
b. berkembangnya lembaga perlindungan Bagian Pertama
konsumen swadaya masyarakat; Nama, Kedudukan, Fungsi, dan Tugas

c. meningkatnya kualitas sumber daya Pasal 31


manusia serta meningkatnya kegiatan
penelitian dan pengembangan di bidang
Dalam rangka mengembangkan upaya
perlindungan konsumen.
perlindungan konsumen dibentuk Badan
Perlindungan Konsumen Nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur
Pasal 32
dengan Peraturan Pemerintah.

Badan Perlindungan Konsumen Nasional


Bagian Kedua
berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik
Pengawasan
Indonesia dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Pasal 30
Pasal 33
(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan konsumen serta penerapan
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
ketentuan peraturan perundang-undangannya
mempunyai fungsi memberikan saran dan
diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat,
pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya
dan lembaga perlindungan konsumen swadaya
mengembangkan perlindungan konsumen di
masyarakat.
Indonesia.
(2) Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana
Pasal 34
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Menteri dan/atau menteri teknis terkait.
(1) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33, Badan Perlindungan
(3) Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga
Konsumen Nasional mempunyai tugas:
perlindungan konsumen swadaya masyarakat
dilakukan terhadap barang dan/atau jasa yang
beredar di pasar.
a. memberikan saran dan (1) Badan Perlindungan Konsumen Nasional
rekomendasi kepada terdiri atas seorang ketua merangkap anggota,
pemerintah dalam seorang wakil ketua merangkap anggota, serta
rangka penyusunan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang dan
kebijaksanaan di bidang sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang
perlindungan anggota yang mewakili semua unsur.
konsumen;
b. melakukan penelitian (2) Anggota Badan Perlindungan Konsumen
dan pengkajian Nasional diangkat dan diberhentikan oleh
terhadap peraturan Presiden atas usul Menteri, setelah
perundang-undangan dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan
yang berlaku di bidang Rakyat Republik Indonesia.
perlindungan
konsumen; (3) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
c. melakukan penelitian anggota Badan Perlindungan Konsumen
terhadap barang Nasional selama 3 (tiga) tahun dan dapat
dan/atau jasa yang diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
menyangkut jabatan berikutnya.
keselamatan
konsumen; (4) Ketua dan wakil ketua Badan Perlindungan
Konsumen Nasional dipilih oleh anggota.
d. mendorong
berkembangnya
Pasal 36
lembaga perlindungan
konsumen swadaya
masyarakat; Anggota Badan Perlindungan Konsumen
Nasional terdiri atas unsur :
e. menyebarluaskan
informasi melalui media 1. pemerintah;
mengenai perlindungan 2. pelaku usaha;
konsumen dan
memasyarakatkan sikap 3. lembaga perlindungan konsumen
keberpihakan kepada swadaya masyarakat;
konsumen;
4. akademisi; dan
f. menerima pengaduan
tentang perlindungan 5. tenaga ahli.
konsumen dari
masyarakat, lembaga Pasal 37
perlindungan konsumen
swadaya masyarakat, Persyaratan keanggotaan Badan Perlindungan
atau pelaku usaha; Konsumen Nasional adalah:
g. melakukan survei yang
a. warga negara Republik Indonesia;
menyangkut kebutuhan
b. berbadan sehat;
konsumen.
c. berkelakuan baik;
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Badan Perlindungan d. tidak pernah dihukum karena kejahatan;
Konsumen Nasional dapat bekerja sama e. memiliki pengetahuan dan pengalaman di
dengan organisasi konsumen internasional. bidang perlindungan konsumen; dan

Bagian Kedua f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)


Susunan Organisasi dan Keanggotaan tahun.

Pasal 35 Pasal 38
Keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Biaya untuk pelaksanaan tugas Badan
Nasional berhenti karena: Perlindungan Konsumen Nasional dibebankan
kepada anggaran pendapatan dan belanja
a. meninggal dunia; negara dan sumber lain yang sesuai dengan
b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. bertempat tinggal di luar wilayah negara


Republik Indonesia;
d. sakit secara terus menerus;
e. berakhir masa jabatan sebagai anggota; Pasal 43
atau
f. diberhentikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan
Badan Perlindungan Konsumen Nasional diatur
Pasal 39 dalam Peraturan Pemerintah.

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Badan BAB IX


Perlindungan Konsumen Nasional dibantu oleh LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN
sekretariat. SWADAYA MASYARAKAT

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada Pasal 44


ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris yang
diangkat oleh Ketua Badan Perlindungan (1) Pemerintah mengakui lembaga perlindungan
Konsumen Nasional. konsumen swadaya masyarakat yang
memenuhi syarat.
(3) Fungsi, tugas, dan tata kerja sekretariat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur (2) Lembaga perlindungan konsumen swadaya
dalam keputusan Ketua Badan Perlindungan masyarakat memiliki kesempatan untuk
Konsumen Nasional. berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan
konsumen.
Pasal 40
(3) Tugas lembaga perlindungan konsumen
(1) Apabila diperlukan Badan Perlindungan swadaya masyarakat meliputi kegiatan:
Konsumen Nasional dapat membentuk
perwakilan di Ibu Kota Daerah Tingkat I untuk a. menyebarkan informasi dalam rangka
membantu pelaksanaan tugasnya. meningkatkan kesadaran atas hak dan
kewajiban dan kehati-hatian konsumen
(2) Pembentukan perwakilan sebagaimana dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut b. memberikan nasihat kepada konsumen
dengan keputusan Ketua Badan Perlindungan yang memerlukannya;
Konsumen Nasional. c. bekerja sama dengan instansi terkait
dalam upaya mewujudkan perlindungan
Pasal 41 konsumen;

Dalam pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan d. membantu konsumen dalam


Konsumen Nasional berkerja berdasarkan tata memperjuangkan haknya, termasuk
kerja yang diatur dengan keputusan Ketua menerima keluhan atau pengaduan
Badan Perlindungan Konsumen Nasional. konsumen;
e. melakukan pengawasan bersama
Pasal 42 pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas untuk kepentingan perlindungan konsumen
lembaga perlindungan konsumen swadaya dan telah melaksanakan kegiatan sesuai
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat dengan anggaran dasarnya;
(3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d. pemerintah dan/atau instansi terkait
apabila barang dan/atau jasa yang
BAB X
dikonsumsi atau dimanfaatkan
PENYELESAIAN SENGKETA
mengakibatkan kerugian materi yang besar
Bagian Pertama
dan/atau korban yang tidak sedikit.
Umum
(2) Gugatan yang diajukan oleh sekelompok
konsumen, lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat atau pemerintah
Pasal 45 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilan
(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat umum.
menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang
bertugas menyelesaikan sengketa antara (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian
konsumen dan pelaku usaha atau melalui materi yang besar dan/atau korban yang tidak
peradilan yang berada di lingkungan peradilan sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
umum. huruf d diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat Bagian Kedua


ditempuh melalui pengadilan atau di luar Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para
pihak yang bersengketa.
Pasal 47

(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan


Penyelesaian sengketa konsumen di luar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
pengadilan diselenggarakan untuk mencapai
menghilangkan tanggungjawab pidana
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu
untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau
(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian tidak akan terulang kembali kerugian yang
sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan diderita oleh konsumen.
melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil
Bagian Ketiga
oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang
Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
bersengketa.
Pasal 48
Pasal 46
Penyelesaian sengketa konsumen melalui
(1) Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha
pengadilan mengacu pada ketentuan tentang
dapat dilakukan oleh:
peradilan umum yang berlaku dengan
memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45.
a. seorang konsumen yang dirugikan atau
ahli waris yang bersangkutan;
BAB XI
b. sekelompok konsumen yang
BADAN PENYELESAIAN SENGKETA
mempunyai kepentingan yang sama;
KONSUMEN
c. lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat yang memenuhi Pasal 49
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau
yayasan, yang dalam anggaran dasarnya (1) Pemerintah membentuk badan penyelesaian
menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan sengketa konsumen di Daerah Tingkat II
didirikannya organisasi tersebut adalah
untuk penyelesaian sengketa konsumen di (3) Pengangkatan dan pemberhentian kepala
luar pengadilan. sekretariat dan anggota sekretariat badan
penyelesaian sengketa konsumen ditetapkan
(2) Untuk dapat diangkat menjadi anggota oleh Menteri.
badan penyelesaian sengketa konsumen,
seseorang harus memenuhi syarat sebagai Pasal 52
berikut :
Tugas dan wewenang badan penyelesaian
a. warga negara Republik Indonesia; sengketa konsumen meliputi:
b. berbadan sehat;
a. melaksanakan penanganan dan
c. berkelakuan baik;
penyelesaian sengketa konsumen, dengan
d. tidak pernah dihukum karena kejahatan; cara melalui mediasi atau arbitrase atau
konsiliasi;
e. memiliki pengetahuan dan pengalaman b. memberikan konsultasi perlindungan
di bidang perlindungan konsumen; konsumen;
f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga c. melakukan pengawasan terhadap
puluh) tahun. pencantuman klausula baku;

(3) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat d. melaporkan kepada penyidik umum
(2) terdiri atas unsur pemerintah, unsur apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam
konsumen, dan unsur pelaku usaha. Undang-undang ini;
e. menerima pengaduan baik tertulis
(4) Anggota setiap unsur sebagaimana maupun tidak tertulis, dari konsumen
dimaksud pada ayat (3) berjumlah sedikit- tentang terjadinya pelanggaran terhadap
dikitnya 3 (tiga) orang, dan sebanyak-banyaknya perlindungan konsumen;
5 (lima) orang.
f. melakukan penelitian dan pemeriksaan
sengketa perlindungan konsumen;
(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota
badan penyelesaian sengketa konsumen g. memanggil pelaku usaha yang diduga
ditetapkan oleh Menteri. telah melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
Pasal 50
h. memanggil dan menghadirkan saksi,
saksi ahli dan/atau setiap orang yang
Badan penyelesaian sengketa konsumen
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1)
Undang-undang ini;
terdiri atas :
i. meminta bantuan penyidik untuk
a. ketua merangkap anggota; menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
b. wakil ketua merangkap anggota; ahli, atau setiap orang sebagaimana
dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang
c. anggota. tidak bersedia memenuhi panggilan badan
penyelesaian sengketa konsumen;
Pasal 51
j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai
surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen
penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
sekretariat. k. memutuskan dan menetapkan ada atau
tidak adanya kerugian di pihak konsumen;
(2) Sekretariat badan penyelesaian sengketa
konsumen terdiri atas kepala sekretariat dan l. memberitahukan putusan kepada
anggota sekretariat. pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
m. menjatuhkan sanksi administratif putusan badan penyelesaian sengketa
kepada pelaku usaha yang melanggar konsumen.
ketentuan Undang-undang ini.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud
Pasal 53 pada ayat (1) dan ayat (3) tidak dijalankan oleh
pelaku usaha, badan penyelesaian sengketa
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan konsumen menyerahkan putusan tersebut
tugas dan wewenang badan penyelesaian kepada penyidik untuk melakukan penyidikan
sengketa konsumen Daerah Tingkat II diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
dalam surat keputusan menteri. yang berlaku.

Pasal 54 (5) Putusan badan penyelesaian sengketa


konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Untuk menangani dan menyelesaikan
sengketa konsumen, badan penyelesaian (6) merupakan bukti permulaan yang cukup bagi
sengketa konsumen membentuk majelis. penyidik untuk melakukan penyidikan.

(2) Jumlah anggota majelis sebagaimana Pasal 57


dimaksud pada ayat (1) harus ganjil dan sedikit-
dikitnya 3 (tiga) orang yang mewakili semua Putusan majelis sebagaimana dimaksud dalam
unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Pasal 54 ayat (3) dimintakan penetapan
ayat (3), serta dibantu oleh seorang panitera. eksekusinya kepada Pengadilan Negeri di
tempat konsumen yang dirugikan.
(3) Putusan majelis bersifat final dan mengikat.
Pasal 58
(4) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai
pelaksanaan tugas majelis diatur dalam surat (1) Pengadilan Negeri wajib mengeluarkan
keputusan menteri. putusan atas keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) dalam
Pasal 55 waktu paling lambat 21 (dua puluh satu) hari
sejak diterimanya keberatan.
Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib
mengeluarkan putusan paling lambat dalam (2) Terhadap putusan Pengadilan Negeri
waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para
gugatan diterima. pihak dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari dapat mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Pasal 56

(3) Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib


(1) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
mengeluarkan putusan dalam waktu paling
kerja sejak menerima putusan badan
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak menerima
penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana
permohonan kasasi.
dimaksud dalam Pasal 55 pelaku usaha wajib
melaksanakan putusan tersebut.
BAB XII
PENYIDIKAN
(2) Para pihak dapat mengajukan keberatan
kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14
Pasal 59</b
(empat belas) hari kerja setelah menerima
pemberitahuan putusan tersebut.
(1) Selain Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil
(3) Pelaku usaha yang tidak mengajukan
tertentu di lingkungan instansi pemerintah
keberatan dalam jangka waktu sebagaimana
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
dimaksud pada ayat (2) dianggap menerima
di bidang perlindungan konsumen juga diberi
wewenang khusus sebagai penyidik Bagian Pertama
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Sanksi Administratif
undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
Pasal 60
(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) Badan penyelesaian sengketa konsumen
berwenang: berwenang menjatuhkan sanksi administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar
a. melakukan pemeriksaan atas Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20,
kebenaran laporan atau keterangan Pasal 25, dan Pasal 26.
berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perlindungan konsumen; (2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua
atau badan hukum yang diduga ratus juta rupiah).
melakukan tindak pidana di bidang
perlindungan konsumen; (3) Tata cara penetapan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
c. meminta keterangan dan bahan bukti
lebih lanjut dalam peraturan perundang-
dari orang atau badan hukum
undangan.
sehubungan dengan peristiwa tindak
pidana di bidang perlindungan
konsumen; Bagian Kedua
Sanksi Pidana
d. melakukan pemeriksaan atas
pembukuan, catatan, dan dokumen lain Pasal 61
berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perlindungan konsumen;
Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap
e. melakukan pemeriksaan di tempat pelaku usaha dan/atau pengurusnya.
tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti serta melakukan penyitaan Pasal 62
terhadap barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
tindak pidana di bidang perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
konsumen; Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal
15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf
f. meminta bantuan ahli dalam rangka
c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana
pelaksanaan tugas penyidikan tindak
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
pidana di bidang perlindungan
tahun atau pidana denda paling banyak Rp
konsumen.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil
(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal
hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat
16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f
Polisi Negara Republik Indonesia.
dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun atau pidana denda paling
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rupiah).
menyampaikan hasil penyidikan kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat
(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan
Polisi Negara Republik Indonesia.
luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
kematian diberlakukan ketentuan pidana
BAB XIII yang berlaku.
SANKSI
Pasal 63

Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman
tambahan, berupa:

a. perampasan barang tertentu;


b. pengumuman keputusan hakim;
c. pembayaran ganti rugi;
d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian
konsumen;
e. kewajiban penarikan barang dari peredaran;
atau
f. pencabutan izin usaha.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64

Segala ketentuan peraturan perundang-


undangan yang bertujuan melindungi konsumen
yang telah ada pada saat Undang-undang ini
diundangkan, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-undang ini.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 65

Undang-undang ini mulai berlaku setelah 1


(satu) tahun sejak diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai