Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Negara; MEMUTUSKAN:
Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 24, dan Pasal 25 Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun PERUBAHAN KEDUA ATAS
1945;
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986
2. Undang-Undang . . . TENTANG
4. Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara 11. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan
Republik Indonesia Tahun 1945. terhadap badan atau pejabat tata usaha negara dan
5. Pengadilan Khusus adalah pengadilan yang diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan
mempunyai
12. Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara
kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan
yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang
memutus perkara tertentu yang hanya dapat dibentuk
yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya
dalam salah satu lingkungan badan peradilan yang
yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
berada di bawah Mahkamah Agung yang diatur dalam
2. Ketentuan Pasal 9A diubah sehingga Pasal 9A
undang-undang. berbunyi
dan pemberhentian serta tunjangan hakim ad hoc Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
tercela, jujur, adil, profesional, bertakwa dan berakhlak e. melakukan verifikasi terhadap pengaduan
mulia, serta berpengalaman di bidang hukum. sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf d;
(2) Hakim wajib menaati Kode Etik dan Pedoman f. meminta keterangan atau data kepada Mahkamah
Perilaku
Agung dan/atau pengadilan;
Hakim.
g. melakukan pemanggilan dan meminta keterangan
Pasal 13C
dari hakim yang diduga melanggar Kode Etik dan
(1) Dalam melakukan pengawasan hakim sebagaimana
Pedoman Perilaku Hakim untuk kepentingan
dimaksud dalam Pasal 13A ayat (2), Komisi Yudisial
pemeriksaan; dan/atau
melakukan koordinasi dengan Mahkamah Agung.
h. menetapkan keputusan berdasarkan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b. b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(1) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
a. menaati norma dan peraturan perundangundangan; f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak
c. menjaga kerahasiaan keterangan atau informasi dan paling tinggi 40 (empat puluh) tahun;
(2) Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim menjalankan tugas dan kewajiban; dan
sebagaimana
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Komisi Yudisial
melakukan kejahatan berdasarkan putusan
dan Mahkamah Agung.
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
(3) Pelaksanaan . . .
tetap.
-7-
(2) Untuk . . .
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
-8-
(1) tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam
(2) Untuk dapat diangkat menjadi ketua atau wakil ketua
memeriksa dan memutus perkara.
pengadilan tata usaha negara hakim harus
(4) Ketentuan mengenai pengawasan eksternal dan
berpengalaman paling singkat 7 (tujuh) tahun sebagai
pengawasan internal hakim diatur dalam undangundang.
hakim pengadilan tata usaha negara.
Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, yakni Pasal 14A yang berbunyi sebagai berikut:
dan ayat (2) disisipkan 2 (dua) ayat yakni ayat (1a) dan sebagai berikut:
ayat
Pasal 20
(1b) sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut:
(1) Ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan
diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya sebagai berikut:
a. dipidana penjara karena melakukan kejahatan Dalam hal ketua atau wakil ketua pengadilan
diberhentikan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
dengan hormat dari jabatannya karena atas permintaan
memperoleh kekuatan hukum tetap;
sendiri secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam
b. melakukan perbuatan tercela; Pasal
c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas 19 ayat (1) huruf a, tidak dengan sendirinya
diberhentikan
pekerjaannya terus menerus selama 3 (tiga) bulan;
sebagai hakim.
d. melanggar sumpah atau janji jabatan;
11. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 22 disisipkan 1
e. melanggar larangan sebagaimana dimaksudkan
(satu)
dalam Pasal 18; dan/atau
ayat, yakni ayat (1a) sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai
f. melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
berikut:
(2) Usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
Pasal 22
ayat
(1) Ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan sebelum
(1) huruf a diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung
diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana
kepada Presiden.
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b, huruf c,
(3) Usul pemberhentian dengan alasan sebagaimana
huruf d, huruf e, dan huruf f, dapat diberhentikan
dimaksud pada ayat (1) huruf b diajukan oleh
sementara dari jabatannya oleh Ketua Mahkamah
Mahkamah Agung dan/atau Komisi Yudisial.
Agung.
(4) Usul pemberhentian dengan alasan sebagaimana
(1a) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e
pada ayat (1) dapat diusulkan oleh Komisi Yudisial.
diajukan oleh Mahkamah Agung.
(2) Terhadap pemberhentian sementara sebagaimana
(5) Usul . . .
dimaksud pada ayat (1) berlaku juga ketentuan
- 11 -
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2).
(5) Usul pemberhentian dengan alasan sebagaimana
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf f diajukan oleh Komisi
pada ayat (1) berlaku paling lama 6 (enam) bulan.
Yudisial.
12. Ketentuan . . .
(6) Sebelum Mahkamah Agung dan/atau Komisi
Yudisial - 12 -
mengajukan usul pemberhentian karena alasan 12. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga Pasal 25
berbunyi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan
sebagai berikut:
ayat (5), hakim pengadilan mempunyai hak untuk
Pasal 25
membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim.
(1) Kedudukan protokol hakim pengadilan diatur sesuai
(7) Majelis Kehormatan Hakim sebagaimana dimaksud
ketentuan peraturan perundang-undangan
pada ayat (6) diatur sesuai dengan peraturan
(2) Selain mempunyai kedudukan protokoler, hakim
perundang-undangan.
pengadilan berhak memperoleh gaji pokok, tunjangan,
10. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga Pasal 21
berbunyi biaya dinas, pensiun dan hak-hak lainnya.
(3) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 14. Ketentuan Pasal 29 huruf b dihapus sehingga Pasal
29
berupa:
berbunyi sebagai berikut:
a. tunjangan jabatan; dan
Pasal 29
b. tunjangan lain berdasarkan peraturan
perundangundangan. Untuk dapat diangkat menjadi panitera pengadilan tinggi
(4) Hak-hak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tata usaha negara, seorang calon harus memenuhi syarat
a. rumah jabatan milik negara; a. syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a,
(5) Hakim pengadilan diberikan jaminan keamanan c. berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagai
dalam
wakil panitera, 5 (lima) tahun sebagai panitera muda
melaksanakan tugasnya.
pengadilan tinggi tata usaha negara, atau 3 (tiga) tahun
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok,
tunjangan sebagai panitera pengadilan tata usaha negara.
dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan bagi 15. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga Pasal 30
berbunyi
ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan diatur
sebagai berikut:
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
13. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga Pasal 28
berbunyi Untuk dapat diangkat menjadi wakil panitera pengadilan
sebagai berikut: tata usaha negara, seorang calon harus memenuhi syarat
Untuk dapat diangkat menjadi panitera pengadilan tata a. syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a,
usaha negara, seorang calon harus memenuhi syarat huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f; dan
a. warga negara Indonesia; panitera muda atau 4 (empat) tahun sebagai panitera
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; pengganti pengadilan tata usaha negara.
c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 16. Ketentuan Pasal 31 huruf b dihapus sehingga Pasal
31
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
berbunyi sebagai berikut:
d. berijazah . . .
Pasal 31 . . .
- 13 -
- 14 -
d. berijazah sarjana hukum;
Pasal 31
e. berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagai
Untuk dapat diangkat menjadi wakil panitera pengadilan
wakil panitera, 5 (lima) tahun sebagai panitera muda
tinggi tata usaha negara, seorang calon harus memenuhi
pengadilan tata usaha negara, atau menjabat sebagai
syarat sebagai berikut:
wakil panitera pengadilan tinggi tata usaha negara; dan
a. syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a,
f. mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f;
tugas dan kewajiban.
b. dihapus;
c. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun sebagai Untuk dapat diangkat menjadi panitera pengganti
panitera muda, 5 (lima) tahun sebagai panitera pengadilan tata usaha negara, seorang calon harus
pengganti pengadilan tinggi pengadilan tata usaha memenuhi syarat sebagai berikut:
negara, 3 (tiga) tahun sebagai wakil panitera pengadilan a. syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a,
tata usaha negara, atau menjabat sebagai panitera huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f; dan
pengadilan tata usaha negara. b. berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagai
17. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga Pasal 32 pegawai negeri pada pengadilan tata usaha negara.
berbunyi
20. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga Pasal 35
sebagai berikut: berbunyi
tata usaha negara, seorang calon harus memenuhi syarat Untuk dapat diangkat menjadi panitera pengganti
sebagai berikut: pengadilan tinggi tata usaha negara, seorang calon harus
a. syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, memenuhi syarat sebagai berikut:
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f; dan a. syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a,
b. berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun sebagai huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f; dan
panitera pengganti pengadilan tata usaha negara. b. berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagai
18. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga Pasal 33 panitera pengganti pengadilan tata usaha negara atau 8
berbunyi
(delapan) tahun sebagai pegawai negeri pada pengadilan
sebagai berikut:
tinggi tata usaha negara.
Pasal 33
21. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga Pasal 36
Untuk dapat diangkat menjadi panitera muda pengadilan berbunyi
tinggi tata usaha negara, seorang calon harus memenuhi sebagai berikut:
- 15 - a. wali;
3 (tiga) tahun sebagai panitera muda, 5 (lima) tahun d. pejabat peradilan lainnya.
sebagai panitera pengganti pengadilan tata usaha 22. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan 2 (dua)
pasal,
negara, atau menjabat sebagai wakil panitera pengadilan
yakni Pasal 38A dan Pasal 38B, yang berbunyi sebagai
tata usaha negara.
berikut:
19. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga Pasal 34
berbunyi Pasal 38A
c. sakit jasmani atau rohani secara terus menerus; e. berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
d. telah berumur 60 (enam puluh) tahun bagi panitera, sebagai juru sita pengganti; dan
wakil panitera, panitera muda, dan panitera pengganti f. mampu secara rohani dan jasmani untuk
e. telah berumur 62 (enam puluh dua) tahun bagi (2) Untuk dapat diangkat menjadi juru sita pengganti,
panitera,
seorang calon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
wakil panitera, panitera muda, dan panitera pengganti
a. syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pengadilan tinggi tata usaha negara; dan/atau
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f; dan
f. ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.
b. berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
Pasal 38B
sebagai pegawai negeri pada pengadilan tata usaha
Panitera, wakil panitera, panitera muda, dan panitera
negara.
pengganti pengadilan diberhentikan tidak dengan hormat
24. Ketentuan Pasal 41 dihapus
dengan alasan:
25. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga Pasal 42
a. dipidana penjara karena melakukan kejahatan berbunyi
(1) Untuk dapat diangkat menjadi juru sita, seorang calon tugas dan kewajiban.
harus memenuhi syarat sebagai berikut: 26. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga Pasal 43
berbunyi
a. warga negara Indonesia;
sebagai berikut:
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Pasal 43
Untuk dapat diangkat menjadi wakil sekretaris dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a), ketua pengadilan
pengadilan
tinggi tata usaha negara di daerah hukumnya
tinggi tata usaha negara, seorang calon harus memenuhi
melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di
syarat-syarat sebagai berikut :
tingkat pengadilan tata usaha negara dan menjaga agar
a. syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
peradilan diselenggarakan dengan seksama dan
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf f; dan
sewajarnya.
b. berpengalaman paling singkat 4 (empat) tahun di
(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana
bidang administrasi peradilan. dimaksud
27. Di antara Pasal 51 dan Pasal 52 disisipkan 1 (satu) pada ayat (1) dan ayat (1a) ketua pengadilan dapat
pasal
memberikan petunjuk, teguran, dan peringatan.
yakni Pasal 51A yang berbunyi sebagai berikut:
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat
Pasal 51A (1a), dan ayat (2) tidak boleh mengurangi kebebasan
(1) Pengadilan wajib memberikan akses kepada hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
berkaitan dengan putusan dan biaya perkara dalam 29. Di antara Pasal 107 dan Pasal 108 disisipkan 1 (satu)
pasal
proses persidangan.
yakni Pasal 107A yang berbunyi sebagai berikut:
(2) Pengadilan wajib menyampaikan salinan putusan
Pasal 107 A
kepada para pihak dalam jangka waktu paling lambat
(1) Dalam memeriksa dan memutus perkara, hakim harus
14 (empat belas) hari kerja sejak putusan diucapkan.
bertanggung jawab atas penetapan dan putusan yang
(3) Apabila pengadilan tidak melaksanakan ketentuan
dibuatnya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
(2) Penetapan dan putusan sebagaimana dimaksud pada
ketua pengadilan dikenai sanksi sebagaimana diatur
ayat (1) harus memuat pertimbangan hukum hakim
dalam peraturan perundang-undangan.
yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang
28. Ketentuan Pasal 52 ayat (1) diubah dan diantara ayat
(1) tepat dan benar.
dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a) 30. Ketentuan Pasal 116 diubah, sehingga Pasal 116
berbunyi
sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai berikut:
sebagai berikut:
Pasal 52 . . .
Pasal 116 . . .
- 19 -
- 20 -
Pasal 52
Pasal 116
(1) Ketua pengadilan melakukan pengawasan atas
(1) Salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh
pelaksanaan tugas hakim.
kekuatan hukum tetap, dikirimkan kepada para pihak
(1a)Ketua Pengadilan selain melakukan pengawasan
dengan surat tercatat oleh panitera pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga mengadakan
setempat atas perintah ketua pengadilan yang
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan perilaku
mengadilinya dalam tingkat pertama selambatlambatnya
panitera, sekretaris, dan juru sita di daerah hukumnya. dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja.
(2) Selain tugas melakukan pengawasan sebagaimana (2) Apabila setelah 60 (enam puluh) hari kerja putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum dengan peraturan perundang-undangan.
tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima 31. Ketentuan Pasal 135 diubah sehingga Pasal 135
berbunyi
tergugat tidak melaksanakan kewajibannya
sebagai berikut:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf
Pasal 135
a, keputusan tata usaha negara yang disengketakan itu
(1) Untuk dapat diangkat sebagai hakim ad hoc,
tidak mempunyai kekuatan hukum lagi. seseorang
(3) Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat Pasal 14 ayat (1) kecuali huruf d, huruf e, dan huruf h.
(9) huruf b dan huruf c, dan kemudian setelah 90 (2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(sembilan puluh) hari kerja ternyata kewajiban tersebut (1) huruf c tidak berlaku bagi hakim ad hoc.
tidak dilaksanakan, maka penggugat mengajukan (3) Tata cara pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2)
permohonan kepada ketua pengadilan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
dimaksud pada ayat (1), agar pengadilan
memerintahkan tergugat melaksanakan putusan 32. Di antara Pasal 144 dan Aturan Tambahan ditambah
4
pengadilan tersebut.
(empat) pasal yakni Pasal 144A, Pasal 144B, Pasal 144C,
(4) Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan
dan Pasal 144D yang berbunyi sebagai berikut:
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
Pasal 144A
hukum tetap, terhadap pejabat yang bersangkutan
(1) Dalam menjalankan tugas peradilan, peradilan tata
dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah
usaha negara dapat menarik biaya perkara.
uang paksa dan/atau sanksi administratif.
(2) Penarikan biaya perkara sebagaimana dimaksud pada
(5) Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan
ayat (1) wajib disertai dengan tanda bukti pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan pada
yang sah.
media massa cetak setempat oleh panitera sejak tidak
(3) Biaya perkara sebagaimana pada ayat (1) meliputi
terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada
biaya
ayat (3).
kepaniteraan dan biaya proses penyelesaian perkara.
(6) Di samping diumumkan pada media massa cetak
(4) Biaya kepaniteraan sebagaimana dimaksud pada ayat
setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ketua
(3), merupakan penerimaan negara bukan pajak yang
pengadilan harus mengajukan hal ini kepada Presiden
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
sebagai pemegang kekuasaan pemerintah tertinggi
perundang-undangan.
untuk memerintahkan pejabat tersebut melaksanakan
(5) Biaya proses penyelesaian perkara sebagaimana
putusan pengadilan, dan kepada lembaga perwakilan
dimaksud pada ayat (3) dibebankan pada pihak atau
rakyat untuk menjalankan fungsi pengawasan.
para pihak yang berperkara yang ditetapkan oleh
(7) Ketentuan . . .
Mahkamah Agung.
- 21 -
(6) Pengelolaan . . .
(7) Ketentuan mengenai besaran uang paksa, jenis sanksi
- 22 -
administratif, dan tata cara pelaksanaan pembayaran
(6) Pengelolaan dan pertanggungjawaban atas biaya
uang paksa dan/atau sanksi administratif diatur
perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), NOMOR 51 TAHUN 2009
peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 5 TAHUN 1986
mempunyai kekuatan hukum tetap.
TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
(3) Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana
I. UMUM
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tahun 1945 menentukan
Pasal II bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka yang
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya
Agar . . .
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
- 23 -
hukum dan keadilan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1. penguatan pengawasan hakim, baik pengawasan
Tahun 1945 tersebut internal oleh Mahkamah
telah membawa perubahan penting terhadap Agung maupun pengawasan eksternal atas perilaku
penyelenggaraan kekuasaan hakim yang
kehakiman sehingga membawa konsekuensi perlunya dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam menjaga dan
pembentukan atau menegakkan
perubahan seluruh perundang-undangan di bidang kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim;
kekuasaan kehakiman.
2. memperketat persyaratan pengangkatan hakim, baik
Pembentukan atau perubahan perundang-undangan hakim pada
tersebut dilakukan
Pengadilan Tata Usaha Negara maupun hakim pada
dalam usaha memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman Pengadilan Tinggi
yang merdeka dan
Tata Usaha Negara antara lain melalui proses seleksi
bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk hakim yang
menyelenggarakan peradilan
dilakukan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif
guna menegakkan hukum dan keadilan. serta harus
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan melalui proses atau lulus pendidikan hakim;
Tata Usaha Negara
3. pengaturan mengenai pengadilan khusus dan hakim ad
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang hoc.
Nomor 9 Tahun 2004
4. pengaturan mekanisme dan tata cara pengangkatan dan
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun pemberhentian
1986 tentang
hakim;
Peradilan Tata Usaha Negara, merupakan salah satu
undang-undang yang 5. kesejahteraan hakim;
mengatur lingkungan peradilan yang berada di bawah 6. transparansi putusan dan limitasi pemberian salinan
Mahkamah Agung. putusan;
Perubahan kedua yag dilakukan atas Undang-Undang 7. transparansi biaya perkara serta pemeriksaan
Nomor 5 Tahun 1986 pengelolaan dan
tentang Peradilan Tata Usaha Negara meletakkan dasar pertanggungjawaban biaya perkara;
kebijakan bahwa
8. bantuan hukum; dan
segala urusan mengenai Peradilan Tata Usaha Negara,
9. Majelis Kehormatan Hakim dan kewajiban hakim
baik menyangkut
untuk menaati Kode
teknis yudisial maupun non yudisial yaitu urusan
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
organisasi, administrasi,
Perubahan secara umum atas Undang-Undang Nomor 5
dan finansial di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Tahun 1986 tentang
Perubahan . . .
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah
-2- dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang
Perubahan penting lainnya atas Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara pada dasarnya
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah dengan untuk mewujudkan penyelenggaraan Kekuasaan
Kehakiman yang merdeka
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 dan peradilan yang bersih serta berwibawa, yang
tentang Peradilan Tata Usaha Negara antara dilakukan melalui
Pasal I Angka 4 . . .
Angka 1 -4-
Pasal 1 Angka 4
Pasal 9A Huruf a
“Pengawasan internal” atas tingkah laku hakim agung yang ditentukan dan melalui proses seleksi yang
Angka 8 -6-
perkara secara baik dan benar tanpa adanya tekanan Cukup jelas.
Angka 14 Angka 22
Angka 15 Angka 23 . . .
Pasal 30 -8-
Angka 16 Pasal 39 B
Pasal 32 Huruf b
Angka 18 Huruf c
Angka 25 Angka 30
Ayat (7)
Cukup jelas.
Angka 31
Pasal 135
Cukup jelas.
Angka 32
Pasal 144A
Cukup jelas.
Pasal 144B
Cukup jelas.
Pasal 144C
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pasal 144D
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.