Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH AKTA PERTANAHAN

(Tentang Konflik Tanah Ulayat Didesa Badang)

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Elita Rahmi, S.H.,M.Hum

DISUSUN OLEH :

M.KHOIRUR ROZIQ

FAKULTAS HUKUM

PRODI MAGISTER KENOTARIATAN

UNIVERSITAS JAMBI
A. ANALISIS KASUS HAK ULAYAT.

Konflik kehutanan di indonesia marak sekali terjadi biasanya dikarenakan

adanya pluralisme hukum antara pemerintah dan masyarakat. Legal pluralisme

merumakan suatu dimana dua atau lebih sistem hukum berinteraksi dalam

kehidupan sosial. Karena hal ini pada akhirnya masyarakat dan pemerintah saling

klaim terhadap kepemilikan tanah/hutan. Seperti halnya yang terjadi antara

masyarakat Desa Badang Tanjung Jabung Barat dengan PT. DAS

B. KONFLIK AGRARIA MASYARAKAT DESA BADANG DENGAN

PT.DAS

1. Desa Badang Kabupaten Tanjung Jabung Barat mendatangi kantor BPN

Tanjabbar gyna menuntut kepastian tentang perpanjangan HGU milik PT.Das

2. masuarakat menuntut kepastian terkait kejelasan tanah Ulayat Desa Badang

seluas 2.963 hektar yang masuk dalam HGU PT Dasa Anugerah Sejati

(PT.DAS)

3. Jika memang tanah Ulayat masyarakat Desa Badang tersebut masuk dalam

HGU PT. DAS maka masyarakaat menuntut untuk perpanjangan HGU PT.

DAS tersebut karena selama ini tidak pernah ada kesepakatan apapun antara

masyarakat Desa Badang Dengan pihak PT. DAS

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada prinsipnya hak Ulayat masyarakatt hukum adat telah mendapat

tempat yang terhormat dalam hukum tanah nasional (UUPA). Hanya dalam

rangka kegiatan pembangunan yang demikian giatnya kedudukan hak Ulayat ini

semakin termarginalkan. Dengan demikian sekalipun secara hukum hak


masyarakat adat dilindungi namun sering tersingkir karena kepentingan kelompok

yang bersekongkol dengan kekuasaan.

Menurut hemat saya dalam penyelesaian sengketa ini pemerintah Tanjung

Jabung Barat dan BPN Tanjung Jabung Barat haruslah mulai mendengan keluhan

dan aspirasi masyarakat serta mengecek kembali jangan sampai hak-hak

masyarakat adat tersebut dilalaikan hingga tergusur tanpa kepastian dan

perlindungan sehingga antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat adat

haruslah saling duduk dan berdialog mencari jalan tengah dalam peneyelesaian

sengketa ini.

Anda mungkin juga menyukai