Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Hukum Progresif dalam Penyelesaian Konflik Agraria

Setiyo Utomo

Fakultas Hukum Universitas Mulawarman


Email: setiyoutomo@fh.unmul.ac.id

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menganalisa konflik agraria yang secara terus menerus berlangsung
dengan memberikan rekomendasi dalam pendekatan paradigma hukum progresif sehingga hak-
hak masyarakat dapat terlindungi.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif dengan melakukan beberapa analisa perbandingan pendekatan kasus (case approach) dan
pendekatan perbandingan (comparative approach) dari berbagai sengketa agraria yang belum
terselesaikan. Temuan utamanya adalah ledakan konflik agraria yang semakin meluas hingga
konflik agraria yang tidak terselesaikan. Penyelesaian sengketa konflik agraria dapat terselesaikan
apabila hukum itu bekerja sebagaimana tujuan dari hukum tersebut sehinggatitik utama terhadap
pemahaman penyelesaian konflik agraria adalah tingkat kesadaran terhadap akses atau pemilikan
rakyat atas tanah adalah hak dasar setiap manusia, yang harus dipenuhi Negara sesuai amanah
konstitusi. Penerapan hukum progresif diharapkan dapat menjadi rekomendasi terhadap upaya
penyelesaian konflik agraria yang lebih mengedepankan hak asasi manusia terutama dalam aspek
kehidupan yang bertumpu pada lingkungan berupa tanah sebagai penunjang untuk meningkatkan
kesejahteraan.
Kata Kunci: Konflik agraria, reforma agraria, hukum progresif

Abstract

This article aims to analyse ongoing agrarian conflicts by providing recommendations in a


progressive legal paradigm approach so that people's rights can be protected. This study uses a
normative juridical approach by conducting several comparative analyses of the case approach
and the comparative approach of various unresolved agrarian disputes. The main finding of this
research is the explosion of increasingly widespread agrarian conflicts until unresolved agrarian
conflicts. Settlement of agrarian conflict disputes can be resolved if the law works as its purposes.
Hence, the main point of understanding the resolution of agrarian conflicts is people awareness
toward access or land ownership of as the fundamental right of every human being, which the
State must fulfil according to the mandate of the constitution. The application of progressive law
is expected to help resolving agrarian conflicts that prioritize human rights by considering
environmental aspects to improve the people welfare through land ownership.
Keywords: Agrarian conflict, agraria reform, progressive law

Sejarah Artikel PENDAHULUAN


Dikirim: 22 Juli 2020 Konflik agraria yang belum tersele-
Direview: 11 November 2020 saikan hingga saat ini tentunya menjadi
Diterima: 23 Desember 2020
tanggung jawab negara dalam memberikan
Diterbitkan: 27 Desember 2020
ruang keadilan dan kesejahteraan bagi

33
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

seluruh masyarakat. Sumber konflik agraria tetap harus menegakkan hukum yang tidak
akibat ketimpangan dalam penguasaan, hanya berdiri sendiri namun memiliki
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan hubungan timbal balik yang erat dengan
tanah bagi masyarakat sebagai contoh masih masyarakat. Dampak dari konflik agraria
banyak masyarakat yang tidak memiliki ini berakibat pada rasa keadilan dan
lahan sama sekali, namun pada Kenya- kepastian hukum yang diharapkan masya-
taannya terdapat beberapa orang yang rakat menjadi tidak terpenuhi, sehingga
memiliki lahan dengan sebaran luas yang menambah persoalan baru yang dampak-
melebihi batas, maka dari itu diperlukan nya justru memperburuk keadaan. Untuk
penataan kembali struktur terhadap tujuan itulah dalam proses penyelesaian sengketa
dari tanah tersebut. konflik agraria harus dapat menge-
Ketidakadilan dalam kepemilikan depankan prinsip-prinsip Hak Asasi
tanah bagi masyarakat akan memberikan Manusia (HAM), yang tidak hanya menge-
celah terhadap beberapa kelompok tertentu depankan legal formal hukum semata
untuk melakukan tindakan yang tidak repre- untuk menyelesaikan konflik atas peram-
sentatif untuk mendapatkan lahan dari pasan tanah miliki masyarakat.
masyarakat. Timbulnya konflik berangkat Permasalahan terkait dengan sumber
dari kondisi kemajemukan struktur masya- daya agraria adalah salah satu sektor yang
rakat dan konflik merupakan fenomena yang secara jelas menunjukkan adanya kete-
sering terjadi sepanjang proses kehidupan gangan sosial tersebut. Beberapa penelitian
manusia. Dari sudut mana pun kita melihat sebelumnya juga sudah mengkaji beberapa
konflik, bahwa kanflik tidak bisa dipisah- kasus dalam konflik agraria seperti seng-
kan dari kehidupan sosial.1 keta lahan antara masyarakat adat dengan
Salah satu untuk mengurangi kon- PT Barat Selatan Makmur Investindo
flik agraria, pemerintah telah melak- (BSMI) di Mesuji, Lampung, sengketa
sanakan percepatan reforma agraria dengan agraria di bidang pertambangan emas
menata aset dan akses. Pelaksanaan antara masyarakat Pape dengan PT Sumber
reforma agraria tentunya untuk kesejah- Mineral Nusantara (SMN) di Bima, Nusa
teraan masyarakat yang lebih berkeadilan Tenggara Barat, sengketa agraria di PTPN
dalam kepemilikan lahan secara merata. II di Sumatera Utara,2 merupakan bagaian
Keadaan atas ketersediaan tanah yang beberapa kasus konflik agraria. Ledakan
terbatas jumlahnya tidak seimbang dengan konflik agraria yang semakin banyak
kebutuhan manusia. Kondisi inilah yang tentunya juga dipengaruhi dengan pemba-
memicu timbulnya konflik agraria di ngunan secara besar-besaran. Konflik
Indonesia. Tahapan penyelesaian yang agraria yang tak kunjung selesai inilah
dilaksanakan oleh beberapa pihak yang memberikan pertanyaan berbagai pihak
bersengketa tentunya berbeda-beda sehing- bagaimana peran pemerintah dalam
ga putusan mengenai konflik agraria ini mengupayakan sengketa konflik agraria
antara masyarakat dan beberapa
1
Dedi Sumanto, “Konflik Sosial
2
Masayarakat Dalam Perspektif Sosiologi Hukum Mukmin Zakie, “Konflik Agraria Yang
Islam,” Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum Dan Tak Pernah Reda,” Legality: Jurnal Ilmiah Hukum
Konstitusi 3, no. 1 (2020): 83–97. 24, no. 1 (2017): 40–55.

34 Setiyo Utomo
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

perusahaan maupun pemerintahan dalam yang semakin kompleks.3 Dampak sosial


memenuhi keadilan dan kesejahteraan dari konflik agraria menimbulkan terjadi-
masyarakat. Penyelesaian kasus ini ten- nya penurunan tingkat kepercayaan masya-
tunya harus dapat memperhatikan putusan rakat kepada pemerintah berkenaan pelak-
yang bersifat mutlak, namun harus benar- sanaan tata ruang. Selama konflik
benar menjamin terpenuhinya hak-hak berlangsung ruang atas suatu wilayah dan
masyarakat yang merasakan kerugian, atas tanah yang menjadi objek konflik
yaitu pemenuhan kembali hak-hak yang biasanya berada dalam keadaan status quo
diinginkan agar masyarakat merasa bahwa sehingga ruang atas tanah yang bersang-
Hak Asasi Manusia benar-benar terlin- kutan tidak dapat dimanfaatkan.4
dungi, terutama dalam pemenuhan atas Selain itu, dimensi konflik pertana-
kepemilikan tanah sebagai sumber han antara pemegang hak atas tanah yang
kehidupan. berhadapan dengan Pemerintah dan pengu-
Dalam perspektif HAM, peran saha cenderung mengalami perubahan
pemerintah dalam menjalankan kewajiban sebagai akibat konfigurasi tanah yang
harus menghormati, melindungi, dan selalu berubah, berdampak pada timbulnya
memenuhi hak-hak rakyat karena ini banyak benturan kepentingan yang terus
merupakan bagian kewajiban yang bersifat berkembang dengan beragam modus dan
manusiawi dengan tidak melakukan tinda- pola, sehingga diperlukan metode pende-
kan diskriminasi atas kekuasaan dalam katan penyelesaian sengketa yang dapat
menegakkan hukum. Sebagaimana teori memberikan keadilan dan kepastian hukum
yang digagas oleh Roscoe Pound tentang bagi masyarakat di satu sisi dan
law is a tool of social engineering bahwa pengusahan di sisi lain.5
hukum sebagai alat kontrol social. Tindak Berdasarkan latar belakang di atas,
penyelesaian dalam konflik agraria yang maka penelitian gagasan konseptual ini
selalu mengedepankan kekerasan tidak tentunya melihat perkembangan yang terjadi
akan menemukan titik temu dalam penye- di masyarakat berdasarkan penelitian
lesaian. Bekerjanya hukum di masyarakat sebelumnya terkait sebaran konflik agraria
dapat dipelajari baik dari perspektif ilmu antara masyarakat, perusahaan hingga peme-
hukum atau ilmu sosial, maupun rintah itu sendiri, konflik agraria ini juga
kombinasi diantara keduanya. bersumber dari konteks struktural yaitu
Eksistensi tanah sampai kapanpun beberapa kebijakan pertanahan warisan
akan menjadi sumber daya paling penting Orde Baru, yang pada masa reformasi
bagi kehidupan masyarakat yang bertumpu sekarang masih dijalankan oleh Pemerintah.
pada tanah. Untuk itulah tanah yang
3
jumlahnya tidak akan pernah bertambah Ria Casmi Arrsa, “Indikasi Kriminalisasi
Pembela HAM Dalam Sengketa Agraria,” Jurnal
namun berlawanan dengan jumlah manusia Yudisial 7, no. 1 (2014): 53–69.
yang terus bertambah, seiring dengan 4
Herlina Ratna Sambawa Ningrum,
kebutuhan keinginan dan hasrat akan tanah “Analisis Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa
Atas Tanah Berbasis Keadilan,” Jurnal
Pembaharuan Hukum 1, no. 2 (2014): 219–27.
5
Husen Alting, “Konflik Penguasaan Tanah
Di Maluku Utara: Rakyat versus Penguasa Dan
Pengusaha,” Jurnal Dinamika Hukum 13, no. 2
(2013): 266–82.

Penerapan Hukum Progresif 35


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

Kebijakan yang terus bertambah tanpa terjadi sehingga harus adanya upaya
melihat keadaan sosial masyarakat ini akan perlidungan hukum atas para pejuang
memberikan ketimpangan atas kebijakan agraria untuk mendapatkan keadilan.
tersebut sehingga pelu adanya pendekatan Kemajuan suatu negara tentunya juga
yang lebih memanusiakan manusia. Sehing- diiringi dengan perkembangan perenca-
ga penelitian ini mencoba untuk memberikan naan pembangunan jangka panjang sehing-
gagasan konseptual dengan pendekatan ga perlu adanya pemikiran yang member-
hukum progresif dalam menyelesaikan kan perlindungan bagi masyarakat yang
konflik agraria yang tidak kunjung selesai. terkena dampak dari suatu kemajuan
Permasalahan yang dibahas dalam pembangunan tersebut.
artikel ini adalah: Pertama, latar belakang Seperti dikutip dari beberapa data
terjadinya konflik agraria di Indonesia, yang dirangkum oleh WALHI bahwa
kedua, pendekatan hukum progresif dalam terdapat beberapa Sengketa konflik agraria
menyelesaikan konflik agraria. yang terjadi hingga saat ini di tahun 2020
Artikel ini adalah gagasan konseptual yaitu:6
dengan menggunakan metode penelitian 1. Konflik Agraria pada Kriminalisasi
normatif. Pendekatan yang digunakan pen- masyarakat Desa Penyang dan
dekatan kasus (case approach) dan masyarakat Desa Tanah Putih,
pendekatan perbandingan (comparative Kalimantan Tengah dan PT. Ham-
approach). Data yang digunakan adalah data paran Masawit Bangun Persada
sekunder yang terdiri dari bahan hukum guna Konflik antara warga dan
sekunder. perusahaan terjadi sejak tahun
2006. Tanah warga seluas 117
PEMBAHASAN hektar dirampas oleh perusahaan.
Tinjauan beberapa Kasus Konflik Tanah ini berada di luar HGU dan
Agraria di Indonesia IUP perusahaan;
Konflik agraria yang terjadi di 2. Konflik agraria bermula dari
Indonesia pada akhirnya memberikan perampasan lahan warga dengan
dampak secara berkepanjangan baik secara kedok jual beli. Tanah seluah
sosial maupun ekonomi. Berbagai polemik 180,36 hektar dibeli PT. Artha
penyelesaian konflik agraria yang terjadi di Prigel dari oknum masyarakat
lapangan tak kunjung selesai ini dengan harga total dua puluh lima
menyebabkan masyarakat kecil selalu juta rupiah.
mendapatkan tindakan yang menimbulkan 3. Pembakaran Tanaman Mangrove
rasa ketidakadilan. Warga Penerima Izin Perhutanan
Konflik agraria yang terjadi selalu Sosial, Sumatera Utara. Berdasar
mengalami peningkatan dan memberikan
6
narasi bahwa negara belum mampu WALHI, “Konflik Dan Kekerasan Pada
mengelola manajemen terhadap konflik Pejuang Lingkungan Dan Agraria Terus Terjadi Di
Masa Pandemi Korona | WALHI,” 03 April 2020,
agraria untuk dapat terselesaikan secara 2020, https://www.walhi.or.id/konflik-dan-
tepat waktu. Pada kenyataannya tindakan kekerasan-pada-pejuang-lingkungan-dan-agraria-
terus-terjadi-di-masa-pandemi-korona. diakses
diskriminatif terhadap masyarakat sering tanggal 19 Juli 2020.

36 Setiyo Utomo
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

kan Keputusan Menteri Lingku- Konflik agraria yang terjadi di tahun


ngan Hidup dan Kehutanan, 2020 tentunya belum secara penuh terdata
Kelompok Tani Nipah di Desa secara nasional, namun konflik agraria dapat
Kwala Serapuh, Kecamatan Tan- dilihat dengan kasus yang terjadi di tahun
jung Pura, Kabupaten Langkat 2019 sebagaimana dalam catatan akhir tahun
mendapat izin swakelola penu di 2019 yang dirangkum oleh Konsorsium
kawasan hutan produksi seluas Pembaharuan Agraria (KPA) bahwa telah
242 hektar di ekosistem mang- terjadi 279 letusan konflik agraria dengan
rove. Mirisnya, adanya legalitas luasan wilayah konflik mencapai 734.239,3
perizinan tidak membuat mereka hektar. Jumlah masyarakat terdampak
mendapat perlindungan. konflik agraria tahun ini sebanyak 109.042
4. Konfik agraria di Desa Genteng KK yang tersebar di 420 desa, di seluruh
Kecamatan Sukasari Kabupaten provinsi di tanah air. Dibandingkan situasi
Sumedang terjadi karena adanya konflik agraria tahun lalu, yaitu 410 letusan
perbedaan kepentingan dalam konflik, maka terjadi penurunan jumlah
penggunaan lahan antara masya- letusan konflik agraria di tahun ini. Namun,
rakat lokal dengan Perum apabila dilihat dari eskalasi kekerasan
Perhutani.7 penanganan konflik agraria, jumlah korban
5. Kasus konflik antara PT. Hevea dan masyarakat yang ditangkap karena
Indonesia (Hevindo) yang berada di mempertahankan haknya atas tanah, maka
Kecamatan Nanggung, Kabupaten KPA mencatat di tahun ini ada peningkatan
Bogor, Jawa Barat dengan masya- yang menghawatirkan dalam hal kebrutalan
rakat sekitar terutama masyarakat aparat di wilayah-wilayah konflik agraria.9
petani. Konflik karena keterbatasan Terjadinya beberapa kriminalisasi
jumlah lahan milik masyarakat, terhadap masyarakat yang bersengketa
sementara kebutuhan masyarakat dengan beberapa perusahaan dengan
semakin meningkat, baik fungsi mengantongi izin usaha selalu mengede-
maupun manfaat lahan tersebut pankan tindakan yang tidak memberikan
bagi masyarakat. Akhirnya masya- arah dalam perspektif HAM. Perkembangan
rakat melakukan aksi pendudukan konflik agraria yang tak kunjung adanya
lahan-lahan tersebut di berbagai penyelesaian tentunya akan berpengaruh
lokasi HGU. Meskipun sebagian terhadap hadirnya hukum di Indonesia yang
besar cara yang digunakan belum memberikan keadilan bagi masyarakat.
berujung pada tindakan-tindakan Dalam setiap kebijakan yang diberikan oleh
radikal.8 pemerintah untuk masyarakat tentulah harus
dapat berlaku efektif yang memberikan
7
Wandi Adiansah, Nurliana Cipta Apsari,
keadilan. Penyelesaian konflik agraria yang
and Santoso Tri Raharjo, “Resolusi Konflik Agraria mengedepankan legal formal juga harus
Di Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten
Sumedang,” Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik 1,
no. 1 (2019): 1–10. Kabupaten Bogor,” Jurnal Kolaborasi Resolusi
8
Meiliani Puji Suharto and Gigin K Basar, Konflik 1, no. 1 (2019): 55–64.
9
“Konflik Agraria Dalam Pengelolaan Tanah Konsorsium Pembaruan Agraria, “Catatan
Perkebunan Pada Pt Hevea Indonesia (Pt Hevindo) Akhir Tahun 2018 Konsorsium Pembaruan
Dengan Masyarakat Kecamatan Nanggung Agraria,” Kpa. or. Id, Diakses Pada 16 (2019).

Penerapan Hukum Progresif 37


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

melihat dalam perspektif sosial yang ada di mendapatkan perlidungan apabila terjadinya
masyarakat. Lawrence M Freidman menge- sengketa lahan. Sengeka lahan yang terjadi
mukakan adanya komponen-komponen yang tidak hanya merampas hak-hak masyarakat
terkandung dalam hukum yaitu : 10 untuk memiliki lahan namun berdampak
1. Komponen yang disebut dengan pada hak masyarakat untuk mendapatkan
struktur yaitu kelembagaan yang lingkungan yang nyaman.
diciptakan oleh sistem hukum Terjadinya pembangunan skala besar
seperti pengadilan negeri, pengadi- akan sangat merugikan masyarakat apabila
lan administrasi yang mempunyai para investor tidak mampu menjaga
fungsi untuk mendukung bekerja- lingkungan disekitar salah satunya
nya sistem hukum itu sendiri. lingkungan yang berdampak pada aktifitas
Komponen struktur ini memung- pertambangan maupun perkebunan. Tinda-
kinkan pemberian perlayanan dan kan pemerintahan dengan memberikan
penggarapan hukum secara teratur. upaya sistem ganti rugi tidak selalu berjalan
2. Komponen substansi yaitu berupa dengan baik hal ini diakibatkan hak-hak
norma-norma hukum baik itu pera- yang tidak terpenuhi. Penerbitan berbagai
turan-peraturan, keputusan keputu- aturan setiap tahun tidak memberikan penye-
san dan sebagainya yang semuanya lesaian secara efektif sehingga diperlukan
dipergunakan oleh penegak hukum kajian dalam persepektif pendekatan secara
maupun oleh mereka yang diatur. sosial yang ada di masyarakat.
3. Komponen hukum yang bersifat Upaya pemerintah dalam menyele-
kultural, yaitu terdiri ide-ide, sikap- saikan konflik agraria yang terjadi di
sikap, harapan dan pendapat ten- masyarakat selalu berujung kekecewaan
tang hukum. Kultur hukum ini kepada pemerintah karena lama waktu yang
dibedakan antara internal legal harus dikorbankan masyarakat untuk dapat
culture dan external legal culture memperoleh kepastian, namun masyarakat
adalah kultur hukum masyarakat masih memiliki kepercayaan yang tinggi
pada umumnya. kepada pemerintah. Sedapat mungkin peme-
rintah mengupayakan penyelesaian konflik
Konflik agraria di tahun 2020 dengan cara damai dibandingkan membuat
tentunya memberikan tantangan bagi peme- masyarakat harus mengajukan konflik ke
rintah dalam menyelesaikan permasalahan pengadilan. Hal ini untuk mengedepankan
konflik agraria yang tak kunjung selesai. musyawarah dan mufakat tanpa merusak
Pembangunan dengan skala besar tentunya tatanan masyarakat dan hubungan dengan
semakin menjadikan ruang terbuka bagi pemerintah.11
investor untuk mengembangkan usaha Berbagai proses penyelesaian konflik
dengan skala besar. Pengembangan usaha sudah masyarakat tempuh, mulai dengan
besar yang dilakukan investor akan
11
berdampak terhadap hak masyarakat untuk Senmei Wardhatul Nur, Nandang
Alamsah Deliarnoor, and Novie Indrawati Sagita,
“Merancang Penyelesaian Konflik Konsolidasi
10
Widhi Handoko, Kebijakan Hukum Tanah By Pass Di Kota Bukittinggi,” Moderat:
Pertanahan : Sebuah Refleksi Keadilan Hukum Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 6, no. 1 (2020):
Progresif (Yogyakarta: Thafa Media, 2014), hal 33. 43–63.

38 Setiyo Utomo
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

jalur politik atau non litigasi dengan cara menyelesaikan konflik agraria telah semakin
melakukan audiensi, negosiasi dan media- memperparah situasi hidup korban korban
si.12 Proses penyelesaian pada jalur litigasi dalam kasus-kasus konflik agraria, karena
sering menyebabkan komunitas kecil merasa masalah semakin terakumulasi dan telah
tidak mendapat ketidakadilan hal ini melewati lintas rezim penguasa.15 Kunci
dikarenakan penyelesaian selalu menge- utama untuk memahami pentingnya penye-
depankan aturan dalam pasal semata lesaian konflik agraria adalah sejauhmana
sehingga perlu dipertimbangkan setiap kita menyadari bahwa akses atau pemilikan
putusan yang dikeluarkan mampu dan harus rakyat atas tanah adalah hak dasar setiap
berani menunjukkan penegakan hukum manusia, yang harus dipenuhi Negara sesuai
progresif. amanat konstitusi.
Konflik agraria selalu menemui Penyelesaian konflik agraria harus
ketidakadilan dalam hal penguasaan dan didorong secara kerangka bahwa proses dan
pengelolaan tanah dikuasi oleh pemilik hasil penyelesaiannya tidak semata-mata
modal saja dari pada untuk kesejahteraan menyelesaikan konflik, tetapi bermuara dan
masyarakat. Tumpang tindih terkait izin berkontribusi pada agenda reforma agrarian
pemanfaatan ruang dalam suatu lokasi di untuk perbaikan struktur penguasaan,
daerah dan bahkan fungsi tanah untuk rakyat pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
seringkali tidak sesuai dengan fungsi tanah dan sumber daya alam yang selama ini
peruntukan yang sudah ditetapkan dalam sangat timpang.16
Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Untuk itu tinjauan berbagai kasus
sehingga munculah konflik agraria.13 konflik agraria haruslah sejalan dengan
Konflik terjadi di wilayah sebagaimana tujuan hukum yang memanusiakan manusia
pihak yang terlibat dan dampak yang bukan sebaliknya. Upaya penegakan hukum
semakin luas dan dalam. Kondisi tersebut progresif tentunya lebih mengedepankan
disebabkan antara lain oleh masih adanya hak-hak yang ada di masyarakat karena
ketimpangan distribusi lahan. Sengketa sejatinya hukum lahir dari ruang lingkup
dan/atau konflik tersebut bahkan telah terjadi sosial yang ada di masyarakat. Pendekatan
sejak puluhan tahun lalu.14 pada prinsip-prinsip kemanusiaan tentunya
Ketiadaan kelembagaan yang efektif akan menghasilkan suatu keadilan dan kese-
dan secara khusus bekerja untuk jahteraan masyarakat yang berada dalam
skala menengah ke bawah. Tindakan tegas
12
Muhammad Busyrol Fuad, “Quo Vadis dan upaya pemerintah dalam menekan
Pembaharuan Hukum Pertanahan Nasional: Urgensi tingkat penurunan konflik agraria dari tahun
Pembentukan Peradilan Khusus Pertanahan Dalam
Penyelesaian Konflik Agraria Yang Berkeadilan,” ke tahun sangatlah ditunggu oleh para
Lentera Hukum 4, no. 3 (2017): 191–204. pejuang agraria yang hanya bertumpu pada
13
Iskandar Wijaya, Sulsalman Moita, and
Tanzil Tanzil, “Model Penyelesaian Konflik
lahan yang digarap untuk kesejahteraan yang
Agraria Pada Masyarakat Transmigrasi Studi Desa berkeadilan.
Roda Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe
Selatan,” Gemeinschaft 2, no. 1 (2020).
14 15
Agus Riyanto and Padrisan Jamba, “Peran Konsorsium Pembaruan Agraria KPA-
Negara Dalam Penyelesaian Konflik Agraria (Studi Serikat Petani Indonesia et al., “Usulan
Kasus Kampung Tua/Nelayan Di Atas Hak Pembentukan Unit Kerja Presiden Untuk
Pengelolaan Badan Pengusahaan Batam),” Jurnal Penyelesaian Konflik Agraria,” n.d.
16
Selat 5, no. 1uan (2017): 105–22. Indonesia et al.

Penerapan Hukum Progresif 39


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

Penerapan Hukum Progresif Terhadap sesuai amanat Pancasila pada sila ke-5 yaitu
Konflik Agraria mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
Penyelesaian konflik agraria yang seluruh rakyat Indonesia. Pada pembentukan
belum terselesaikan menjadi tugas yang suatu kebijakan yang ideal juga diperlukan
menumpuk bagi pemerintah untuk member- adanya pengontrolan antara suatu kebijakan
kan rasa keadilan dan kesejahteraan masya- yang nyata pada konteks hukum yang
rakat. Hak-hak masyarakat untuk mendapat- berlaku di masyarakat. Sesuai dengan fungsi
kan kehidupan yang layak dalam berbagai hukum yaitu untuk melindungi kepentingan
ruang lingkup tentunya memberikan tang- yang ada di dalam masyarakat.
gung jawab bahwa ada hak asasi manusia Dalam penerapan hukum progresif
yang harus ditegakkan oleh suatu pemerintah sebagaiamana dalam Teori Law As A Tool
sebagai penyelenggaran setiap kebijakan. Of Sosial Engineering yang dikemukakan
Untuk itu terdapat upaya hukum yang oleh Roscoe Pound menyatakan bahwa pada
mengedepankan rasa kemanusiaan yang kenyataannya hukum yang terjadi pada
tidak bertumpu pada legal formal semata. masyarakat itu mengenai apa yang terjadi,
Pemikiran Hukum progresif merupakan untuk mengukur apakah sudah sesuai dengan
suatu pemikiran yang ingin mencari cara aturan yang ada sehingga teori ini lebih
mengatasi keterpurukan hukum secara lebih mengarah pada kenyataan yang ada dari
bermakna, dalam artian pengubahan secara pada fungsi hukum dan kedudukan hukum
lebih cepat, pembalikan yang mendasar, pada masyarakat. Sehingga teori ini dapat
pembebasan, terobosan dan lain-lain. Cara dihubungkan pada teori Bekerjanya Hukum
tersebut dilakukan dengan menekankan di Masyarakat, dimana hasil dari suatu
“hukum untuk manusia dan bukan sebalik- sistem kebijakan dalam penyelesaian konflik
nya manusia untuk hukum”, “berhukum agraria dipengaruhi oleh beberapa faktor
secara substansial tidak artifisial”, “ber- yaitu sosial, ekonomi dan budaya serta faktor
hukum secara holistik, tidak skeletonik”.17 lain dari bekerjanya hukum mulai dari
Tujuan akhir dari hukum progresif tahapan proses penyelesaian konflik agraria
adalah menuju ke arah yang lebih baik Penyelesaian konflik agraria menjadi
terutama dalam proses penyelesaian konflik bagian dalam perkembangan hukum di
agraria memberikan suatu kesimpulan atas Indonesia sehingga hukum lahir karena
konflik-konflik yang bersinggungan dengan bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk
masyarakat sehingga kebijakan (progresif) manusia dan masyarakatnya, maka dari
lebih berkeadilan dan memberikan dikenalnya filsafat hukum progresif yang
kesejahteraan bagi masyarakat. Cita-cita didalam hukum progresif mengandung arti
bangsa Indonesia dalam Undang-Undang bahwa hukum progresif bukan anti terhadap
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-undang dalam hukum positif,
1945 yaitu untuk mewujudkan negara yang namun hukum progresif tetap menjunjung
bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta tinggi aturan hukum namun tidak mau
terpasung oleh aturan itu apabila menemui
17
M Zulfa Aulia, “Hukum Progresif Dari kebuntuan legalitas formal dalam upaya
Satjipto Rahardjo: Riwayat, Urgensi, Dan menegakkan hukum. Hal yang sama dapat
Relevansi,” Undang: Jurnal Hukum 1, no. 1 (2018):
159–85.
juga diimpelementasikan dalam penyele-

40 Setiyo Utomo
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

saian konflik agraria yang harus melihat dapat menelaah konflik agraria secara
dalam perspektif rasa kemanusiaan (HAM). struktural yang terkait pokok permasalahan
Bekerjanya hukum di masyarakat konflik agraria tersebut. Sehingga adanya
terhadap status penyelesaian sengketa mem- penyelesaian konflik agraria untuk menda-
berikan keadilan bagi masyarakat di semua patkan hasil kajian yang berkeadilan untuk
golongan. Timbulnya konflik-konflik agraria masyarakat. Oleh Karena itulah dalam mela-
yang diakibatkan oleh tumpang tindih kukan pendekatan yang digunakan tidak
kebijakan distribusi lahan pada masa lalu, di normatif saja, melainkan dalam hal ini harus
mana lahan-lahan negara yang diberi izin menginventarisasi unsur-unsur penegakan
untuk dikelola, ternyata tidak seluruhnya hukum, sehingga faktor lingkungan sosial
merupakan lahan negara yang bebas tempat penegekan hukum tersebut dijalankan
kepemilikan konflik agraria terjadi akibat tidak dapat diabaikan.
ketidakjelasan status tanah dan tumpang Untuk sebagai rekomendasi dalam
tindih nya peraturan di lapangan. Penyele- kebijakan penyelesaian konflik agraria
saian konflik agraria merupakan salah satu Komite Nasional Pembaruan Agraria
agenda reforma agraria namun dalam (KNPA), yang terdiri dari Konsorsium
pelaksanaannya terdapat beberapa masalah Pembaruan Agraria (KPA) Komite Nasio-
yang dihadapi yaitu: ketimpangan pengua- nal Pembaruan Agraria (KNPA), Serikat
saan tanah negara yang diakibatkan adanya Petani Indonesia (SPI) Aliansi Masyarakat
faktor historis di masa lalu. Adat Nusantara (AMAN) Wahana Lingku-
Lahirnya beberapa kebijakan dari ngan Hidup Indonesia (WALHI), dan
pemerintahan yang salah satunya kebijakan beberapa tim yang lainnya memberikan
pemerintahan dalam pengelolaan terhadap rekomendasi bahwa Diperlukan sebuah
reforma agraria sebagaimana dalam unit kerja yang membantu dan menerima
Ketetapan Majelis Permusyawaran Rakyat penugasan dari Presiden RI untuk merea-
Republik Indonesia TAP MPR RI Nomor lisasikan janji Presiden Jokowi dan agenda
IX/MPRRI/2001 tentang Pembaruan Agraria Nawa Cita untuk menyelesaikan kasus-
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam secara kasus konflik agraria struktural yang kronis
spesifik membeikan aturan-aturan untuk dengan melibatkan petani, masyarakat
mengatasi masalah konflik agraria ini adat, nelayan, dan rakyat-rakyat, baik laki-
terhadap ketimpangan penguasaan tanah dan laki maupun perempuan, yang berada di
sumber daya alam, serta ekosistem pedesaan dan perkotaan.18 Orientasi kerja
lingkungan hidup yang sudah mulai ikut unit kerja presiden ini yang utama adalah
tercemar. konflik-konflik agraria bersifat struktural
Dalam penerapan Teori Law As Of dari laporan masyarakat yang diakibatkan
Tool Of Sosial Engineering yang melihat oleh keputusan pejabat publik. Unit kerja
pada unsur kenyataan hukum mengenai ini berada langsung di bawah Presiden
bekerjanya hukum di masyarakat serta dengan tingkat eselon Kepala unit kerja
sebagai alat untuk memperbaharui dalam hal yang setingkat dengan Menteri.19
merekayasa masyarakat sebagaimana dalam
18
penyelesaian konflik agraria harus dilakukan Indonesia et al., “Usulan Pembentukan
Unit Kerja Presiden Untuk Penyelesaian Konflik
secara tuntas. Kebijakan pemerintah dalam
Agraria.”
penyelesasian konflik agraria seharusnya 19
Indonesia et al.

Penerapan Hukum Progresif 41


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

Dalam hal proses memberikan PENUTUP


rekomendasi penegakan hukum tanpa me- Penerapan agenda reformasi agraria
nyinggung segi manusia yang menjalankan merupakan bagian dari perbaikan struktur
penegakkannya merupakah hal pembahasan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pe-
yang bersifat steril, sehingga penegakan manfaatan tanah namun penyelesaian konflik
hukum menjadi berisi apabila dikaitkan pada agraria belum sepenuhnya terselesaikan.
pelaksanaannya yang konkrit oleh manusia. Belum adanya pengaturan regulasi dalam
penegakan hukum pada hakikatnya mengan- penyelesaian reforma agraria yang mem-
dung nilai substansial keadilan. Namun berikan keadilan bagi masyarakat yang
kenyataannya, justru hukum modern yang bersengketa baik itu antara masyarakat dan
digunakan oleh pengadilan dalam memutus perusahaan, maupun masyarakat dengan
perkara konflik agraria tidak lagi menjadi pemerintah. Untuk itulah harus adanya
tempat mencari keadilan (searching of penyelesaian konflik agraria yang lebih
justice) dan menyediakan keadilan. mengedepankan rasa kemanusiaan. Penera-
Pendekatan hukum progresif menja- pan hukum progresif diharapkan mampu
lankan hukum yang tidak hanya sekedar memberikan rekomendasi terhadap penye-
menurut kata yang tertuang dalam peraturan, lesaian konflik agraria di Indonesia sehingga
melainkan dengan semangat dan makna kemajuan dari tahun ke tahun dalam
yang lebih mendalam. Penegakan hukum penyelesaian konflik agraria harus secara
apabila ingin menghasilkan hukum yang aktif diselesaikan oleh pemerintah. Hasil
baik, maka dibutuhkan kecerdasan spiritual, kajian dalam perpektif Hukum progresif
dengan kata lain penyelesaian konflik agraria memberikan pertimbangan hukum terhadap
ini harus mencari jalan lain daripada jalan perkara konflik agraria sebagaimana hukum
yang biasa dilakukan. Penerapan hukum progresif bertujuan untuk keadilan subs-
progresif tentunya akan melihat dari sisi tansial tanpa mengesampingkan ketentuan
kemanusiaan yang lebih mengedepankan hukum positif. Hal ini sesuai dengan fungsi
keadilan secara merata bagi masyarakat. hukum yaitu untuk melindungi kepentingan
Rekomendasi penerapan hukum yang ada di dalam masyarakat sebagaimana
progresif ini juga bagian kajian terhadap teori law as of tool of sosial engineering
pemerintah dalam menyelesaikan konflik yang melihat pada unsur kenyataan hukum
agraria yang lebih mengedepankan Hak mengenai bekerjanya hukum di masyarakat
Asasi Manusia (HAM). Penerapan hukum serta sebagai alat untuk memperbaharui
progresif dapat dijadikan pertimbangan (merekayasa) masyarakat terhadap penyele-
hukum terhadap perkara konflik agraria saian konflik agraria secara tuntas. Kajian
sebagaimana penerapan hukum progresif hukum progresif dengan mengedepankan
bertujuan pada keadilan secara substansial hak-hak masyarakat yang terintimidasi men-
tanpa mengesampingkan ketentuan hukum jadikan peluang bagi para penegak hukum
positif yang ada di Indonesia, Sehingga untuk menyelesaikan konflik agraria yang
konflik agraria yang terjadi antara lebih mengedepankan HAM terutama bagi
masyarakat, perusahaan maupun pemerintah masyarakat yang berada dalam golongan
terselesaikan dengan rasa keadilan yang menengah ke bawah.
berkelanjutan.

42 Setiyo Utomo
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.3998

DAFTAR PUSTAKA Kota Bukittinggi.” Moderat: Jurnal


Ilmiah Ilmu Pemerintahan 6, no. 1
Adiansah, Wandi, Nurliana Cipta Apsari, (2020):43–63.
and Santoso Tri Raharjo. “Resolusi Riyanto, Agus, and Padrisan Jamba. “Peran
Konflik Agraria Di Desa Genteng Kec Negara Dalam Penyelesaian Konflik
Sukasari Kabupaten Sumedang.” Agraria (Studi Kasus Kampung
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik 1, Tua/Nelayan Di Atas Hak Pengelolaan
no. 1 (2019):1–10. Badan Pengusahaan Batam).” Jurnal
Agraria, Konsorsium Pembaruan. “Catatan Selat 5, no. 1uan (2017): 105–22.
Akhir Tahun 2018 Konsorsium Suharto, Meiliani Puji, and Gigin K Basar.
Pembaruan Agraria.” Kpa. or. Id, “Konflik Agraria Dalam Pengelolaan
Diakses Pada 16 (2019). Tanah Perkebunan Pada PT Hevea
Alting, Husen. “Konflik Penguasaan Tanah Indonesia (PT Hevindo) Dengan
Di Maluku Utara: Rakyat versus Masyarakat Kecamatan Nanggung
Penguasa Dan Pengusaha.” Jurnal
Kabupaten Bogor.” Jurnal Kolaborasi
Dinamika Hukum 13, no. 2 (2013):
Resolusi Konflik 1, no. 1(2019):55–64.
266–82. Sumanto, Dedi. “Konflik Sosial Masayarakat
Arrsa, Ria Casmi. “Indikasi Kriminalisasi Dalam Perspektif Sosiologi Hukum
Pembela HAM Dalam Sengketa Islam.” Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum
Agraria.” Jurnal Yudisial 7, no. 1
Dan Konstitusi 3, no. 1 (2020): 83–97.
(2014): 53–69. WALHI. “Konflik Dan Kekerasan Pada
Aulia, M Zulfa. “Hukum Progresif Dari Pejuang Lingkungan Dan Agraria
Satjipto Rahardjo: Riwayat, Urgensi, Terus Terjadi Di Masa Pndemi Korona
Dan Relevansi.” Undang: Jurnal
| WALHI.” 03April 2020, 2020.
Hukum 1, no. 1 (2018): 159–85. https://www.walhi.or.id/konflik-dan-
Fuad, Muhammad Busyrol. “Quo Vadis kekerasan-pada-pejuang-lingkungan-
Pembaharuan Hukum Pertanahan dan-agraria-terus-terjadi-di-masa-
Nasional: Urgensi Pembentukan pandemi-korona.
Peradilan Khusus Pertanahan Dalam Wijaya, Iskandar, Sulsalman Moita, and
Penyelesaian Konflik Agraria Yang Tanzil Tanzil. “Model Penyelesaian
Berkeadilan.” Lentera Hukum 4, no. 3 Konflik Agraria Pada Masyarakat
(2017): 191–204. Transmigrasi Studi Desa Roda
Handoko, Widhi. Kebijakan Hukum Kecamatan Kolono Kabupaten
Pertanahan : Sebuah Refleksi Konawe Selatan.” Gemeinschaft 2, no.
Keadilan Hukum Progresif. 1 (2020).
Yogyakarta: Thafa Media, 2014. Zakie, Mukmin. “Konflik Agraria Yang Tak
Indonesia, Konsorsium Pembaruan Agraria
Pernah Reda.” Legality: Jurnal Ilmiah
KPA-Serikat Petani, Hidup Indonesia, Hukum 24, no. 1 (2017):40–55.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia, and Solidaritas Perempuan
SP-Aliansi Petani Indonesia. “Usulan
Pembentukan Unit Kerja Presiden
Untuk Penyelesaian Konflik Agraria,”
Ningrum, Herlina Ratna Sambawa. “Analisis
Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa
Atas Tanah Berbasis Keadilan.” Jurnal
Pembaharuan Hukum 1, no. 2
(2014):219–27.
Nur, Senmei Wardhatul, Nandang Alamsah
Deliarnoor, and Novie Indrawati
Sagita. “Merancang Penyelesaian
Konflik Konsolidasi Tanah By Pass Di

Penerapan Hukum Progresif 43

Anda mungkin juga menyukai