Email : Jihanamirahayuni21@gmail.com
Abstrak
Everyone desperately needs land for their survival in the world. An imbalance between land
and the rapidly increasing number of people often occurs in Indonesia, this causes land
disputes. Land disputes can be resolved through mediation, but unfortunately, there are
several obstacles that often occur in the mediation process, so that mediation does not go
well. The issues that will be discussed are what obstacles arise in the process of resolving
land disputes through mediation, as well as what are the right solutions to overcome
obstacles to resolving land disputes through mediation. This research uses normative legal
research, which is a literature study that originates from secondary data. Secondary data is
in the form of library data originating from various literature that has relevance to the
research that the author will adopt. The research results obtained are problems that often
occur in the process of resolving land disputes, one of which is the absence of the parties and
the solution that can be provided is in the form of virtual-based mediation.
A. PENDAHULUAN
Bumi memiliki sumber daya alam yang tidak memiliki batas dan
terkandung di dalamnya. Sumber daya tersebut dapat disebut juga dengan Agraria.
Agraria merupakan ruang atau sebuah kesatuan dari seluruh permukaan
bumi. Sumber daya Agraria meliputi tanah beserta kesuburan tanah di
dalamnya, hutan, sumber air bawah tanah laut dan segala jenis air permukaannya.
Dari sekian banyak unsur penting yang harus ada dalam kehidupan manusia
salah satunya adalah tanah. Mengapa dikatakan hal tersebut karenakan,
tanah memiliki peran dalam kelangsungan hidup manusia di dunia.Pasal 4 ayat 1
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-pokok Agraria
(yang selanjutnya disebut dengan UUPA), tanah merupakan permukaan bumi.
Di Indonesia, masyarakat memiliki hak atas kepemilikan suatu tanah. Kemudian
Pasal 9 ayat 2 menyatakan, baik laki-laki maupun Wanita, tiap-tiap warga
negara Indonesia, mempunyai kesempatan yang sama baik bagi diri sendiri
maupun keluarganya untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk
mendapat manfaat dan hasilnya. Tanah memiliki banyak fungsi, apabila
tanah digunakan secara maksimal, maka tanah dapat mensejahterakan hidup
masyarakat di suatu negara yaitu Indonesia. Namun sayangnya, pada praktik di
lapangan yang terjadi sering sekali ditemui sebuah ketidakseimbangan antara
lahan tanah dengan jumlah masyarakat yang semakin bertambah pesat. Kurangnya
lahan menjadi suatu masalah yang banyak terjadi di Indonesia. Hal ini
menyebabkan, konflik atau sengketa tanah menjadi suatu hal yang sudah biasa di
Indonesia.
Sengketa atau konflik merupakan bentuk aktualisasi atas perbedaan
kepentingan diantara kedua belah pihak atau lebih (Sutiyoso, 2006). Suatu situasi
dimana kedua belah pihak atau lebih dihadapkan pada perbedaan kepentingan, tidak
akan berkembang menjadi suatu sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya
memendam perasaan tidak puas atau keprihatinannya. Sebuah situasi berubah atau
berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan
menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya, secara langsung maupun tidak
langsung kepada pihak penyebab kerugian atau pihak lain (Usman, 2002).
Munculnya sengketa yang berkepanjangan mendorong umat manusia mencari
jalan penyelesaian yang humanist, mudah, dan adil, dimana kedua belah pihak tidak
merasa dirugikan (win-win solution). Namun kenyataannya, mekanisme hukum
kontinental yang ada selama ini tidak mampu mengakomodir keinginan manusia,
sehingga hampir setiap permasalahan sengketa yang diselesaikan melalui pengadilan
cenderung menguntungkan satu pihak (win and lose solution) dan juga mahal.
Berbagai penelitian dan inovasi dilakukan banyak pakar hukum untuk
mengekspresikan beragam model penyelesaian sengketa sebagai cita-cita yang luhur
untuk mencapai perdamaian, antara lain sebagai berikut:
“Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam
masyarakat. Selain memiliki nilai ekonomis yang dapat dicadangkan sebagai
sumber pendukung kehidupan manusia di masa mendatang, tanah
mengandung aspek spiritual dalam lingkungan dan kelangsungan hidupnya.
Tanah merupakan tempat pemukiman, tempat melakukan kegiatan manusia
bahkan sesudah matipun masih memerlukan tanah (Chulaemi, 1992).
Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan suatu
pihak (orang atau badan hukum) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan
hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya
dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku” (Murad, 1991: 22).
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu teknik pengumpulan data dalam
melakukan penelitian. Metode sangat penting, guna memberikan pedoman
untuk menganalisa, mengumpulkan, membandingkan atau memahami sesuatu hal
yang akan diteliti pada proses penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian
Normatif, dimana kajianya berpusat pada studi pustaka yang bersumber dari data
sekunder dimana berupa data kepustakaan yang berasal dari berbagai
literatur yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, sehingga nanti
dapat menjawab terkait problematika penyelesaian sengketa tanah.