Fungsi Konstitusi (oleh Prof Yuliandri Guru Besar Ilmu Perundang-undangan Fakultas
Hukum Universitas Andalas)
Berdasarkan definisinya, konstitusi memiliki berbagai macam fungsi yang berdampak
besar pada kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Berikut adalah fungsi dari
adanya sebuah konstitusi
1. Alat pengatur hubungan kekuasaan antar masyarakat dalam suatu negara.
2. Sebagai penentu serta pembatas kekuasaan pemerintah.
3. Mengatur hubungan kekuasaan antar pemerintah dengan masyarakat.
4. Sebagai sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Mengemban fungsi penyalur kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli atau
rakyat kepada pemerintah.
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu.
7. Sebagai simbol rujukan identitas serta keagungan kebangsaan.
8. Memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengendalikan masyarakat.
Konstitusi di Indonesia (oleh Prof Yuliandri Guru Besar Ilmu Perundang-undangan Fakultas
Hukum Universitas Andalas)
1. Konstitusi Tertulis
Konstitusi tertulis adalah dokumen yang memuat aturan pokok suatu negara, meliputi
sistem pemerintahan dan tatanan kehidupan masyarakat bernegara. Berikut adalah
beberapa konstitusi tertulis yang pernah digunakan oleh Indonesia:
- UUD 1945
- Undang-Undang Dasar RIS
- Undang-Undang Dasar Sementara
- UUD 1945 Hasil Amandemen
Pada 12 Februari 2020 Presiden Jokowi resmi mengajukan omnibus law ke Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR Rl). Melalui Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian bersama Menteri terkait lainnya, Surat Presiden Nomor: R−06/Pres/02/2020
tanggal 7 Februari 2020 perihal Rancangan Undang-Undang tentang Cipta Kerja (RUU Cipta
Kerja) kepada Ketua DPR Rl yang disertai dokumen (hard copy) Naskah Akademik dan
RUU Cipta Kerja.
Pada tanggal 2 November 2020 RUU tentang Cipta Kerja ini diundangkan menjadi
UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) dan hal ini tentu saja
menimbulkan reaksi baik pro maupun kontra, dari kalangan masyarakat selaku pemohon
yang merasa dirugikan hak konstitusionalnya dengan disahkan dan diundangkannya UU
Cipta Kerja ini, sehingga Pemohon tersebut melakukan uji formil ke Mahkamah Konstitusi
(MK), agar MK membatalkan UU Cipta Kerja tersebut.
UU Cipta Kerja bertentangan dengan syarat formil pembentukan undang-undang
dalam tahap perencanaan. UU Cipta Kerja bertentangan dengan asas keterbukaan. UU Cipta
Kerja tidak melalui pelibatan publik yang luas dalam prosesnya hanya melibatkan segelintir
pihak saja. Bahkan draf RUU yang disampaikan kepada publik simpang siur alias
kontroversial otentisitasnya.
Mahkamah Konstitusi juga menyatakan pembentukan UU Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai ‘tidak dilakukan perbaikan dalam waktu
2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan'. Menyatakan UU Cipta Kerja masih tetap berlaku
sampai dengan dilakukan perbaikan pembentukan sesuai dengan tenggang waktu
sebagaimana yang telah ditentukan dalam putusan. Jadi sekalipun UU Cipta Kerja ini sudah
dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi akan tetapi didalam putusan
tersebut tidak secara tegas membatalkan keberlakuan UU Cipta Kerja sehingga menimbulkan
multi tafsir atau keambiguan terkait putusan mahkamah tersebut.