Oleh : Kelompok 3
2018
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
2. Apa saja jenis-jenis kepemilikan barang ?
3. Bagaimana kerangka hukum dan kelembagaan yang mengatur dalam
pengololaan barang ?
1.3 Tujuan
Tujuan pada laporan ini adalah :
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
Secara garis besar, dewasa ini terdapat 3 jenis ideologi hukum perencanaan
yang telah dikembangkan. Ketiga ideologi tersebut adalah Private Interest Idelogy ,
Public Interest Ideology , dan Public Paraticipation Ideology . Ketiga jenis ideologi
tersebut dikembangkan oleh Patrick McAuslan pada tahun 1980. Ideologi yang
berkembang pertama kali adalah Private Interest Ideology.Ideologi ini sangat
menjunjung tinggi pengakuan atas hak milik pribadi. Di negara–negara penganut dari
konsep ideologi ini setiap warga negara memiliki tingkatan kepastian hukum yang
optimal karena dengan kemampuan mereka secara personal mereka dapat memiliki
ruang yang sesuai dengan kondisi finansial ataupun kondisi artifisial lainnya dari warga
tersebut.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan bertambahnya populasi serta
kebutuhan manusia, maka sangat dirasakan bahwa ideologi tersebut sudah tidak
relevan lagi. Orang menjadi terkekang dalam pemenuhan kebutuhannya karena
berbenturan dengan hak milik orang lain. Maka dari itu, berkembanglah Public Interest
Ideology. Ideologi ini menekankan kepada pemenuhan kepentingan publik/bersama
dengan mengesampingkan hak dan kepentingan perseorangan. Dalam prakteknya,
ideologi ini justru dijadikan sarana kesewang-wenangan penguasa dalam melakukan
pembangunan dengan dalih pemenuhan kebutuhan public. Di Indonesia sendiri
terindikasi mencampurkan penerapan ideologi ini dalam proses pembangunan dengan
adanya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Karena ketidaksempurnaan dua ideologi
diatas, maka muncullah sebuah ideologi baru yang merupakan jalan tengah terhadap
masalah yang timbul dari dua ideologi diatas. Ideologi ini bernama Public
Participation Ideology. Dalam ideologi ini, masyarakat berhak menentukan bersama
pemerintah arah dari pembangunan suatu wilayah. Bentuk implementasi ideologi ini di
5
Indonesia antara lain adanya Izin Mendirikan Bangunan yang membedakan antara hak
milik dan hak bangun; konsensus antara masyarakat (DPR/DPRD) dengan pemerintah
(eksekutif) dalam penyusunan RTRW dan peraturan perundang-undangan; dan
pembedaan jenis kepimilikan barang.
Sebagai salah satu implementasi dan tindak lanjut dari penerapan ideologi
ketiga, maka dibuatlah aturan mengenai jenis kepemilikan barang. Kepemilikan barang
sendiri terbagi menjadi tigas jenis, yaitu barang publik, barang privat, dan barang
negara. Barang Publik adalah barang yang pemanfaatan dan penggunaannya dapat
dilakukan dan dinikmati oleh semua orang dengan cuma-cuma tanpa ada batasan
pemakaian. Pemanfaatan barang publik oleh suatu orang sebisa mungkin tidak
mengganggu pemanfaatan barang tersebut oleh orang lain. Selanjutnya dikenal pula
istilah barang public sempurna. Barang publik sempurna (pure public goods) adalah
barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh
anggota masyarakat. Barang public memiliki dua sifat, yaitu non-rivalry dan non-
excludable. Non-rivalry artinya pemanfaatan barang publik tidak bersaing dan tidak
mengurangi jatah/kesempatan orang lain yang juga memanfaatkan barang publik yang
sama. Non-excludable artinya tidak ada seorang pun yang secara sah diatas hukum
berhak menguasai kepemilikan atas barang publik. Contoh dari barang publik adalah
cahaya matahari, air, dan pertahanan nasional.
Barang Privat adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana
titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Eksklusivitas
kepemilikan menjadi faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik.
Barang privat memiliki sifat antara lain rivalry, excludable, dan scarcity. Rivalry
artinya pemanfaatan suatu barang privat akan mengurangi atau menghilangkan
kesempatan orang lain untuk memanfaatkan barang yang sama. Excludable artinya
adanya suatu pengakuan atas kepemilikan seseorang terhadap suatu barang. Dan yang
terakhir adalah scarcity adalah kemungkinan adanya kelangkaan ketersediaan suatu
barang privat. Akibat dari kelangkaan tersebut menciptakan suatu mekanisme harga
dalam pemanfaatan barang privat. Kelangkaan dan ketersediaan dalam jumlah yang
diskrit atau terbatas inilah yang menimbulkan kedua sifat sebelumnya. Contoh dari
6
barang privat antara lain perhiasan, kepemilikan tanah, dan barang elektronik.
Sedangkan definisi barang milik negara menurut UU no.1 tahun 2004 adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan yang
sah. Barang milik daerah adalahsemua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan yang sah. Sumber perolehan sah tersebut antara lain
dana hibah, sumbangan, pelaksanaan kontrak, barang akibat putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum yang sah, dan barang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Contoh dari barang milik negara/ barang milik daerah antara
lain kendaraan dinas dan rumah dinas.
Ketiga jenis kepemilikan barang memiliki pengelolaan yang berbeda-beda. Hal
ini diatur dalam undang-undang serta peraturan yang berlaku di Indonesia lainnya.
Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa sumber hukum yang mendukung penjelasan
mengenai kerangka hukum dan kelembagaan.
Pengelolaan barang milik negara diatur dalam UU Nomor 1 tahun 2004 Bab VII dan
Bab VIII dan pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) PP No.6/2006. Berdasarkan kedua sumber
ini, pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi: perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, pengahapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian. Seluruh unsur pengelolaan ini disusun dan dibuat beralur. Kemudian
berkenaan dengan pejabat pengelolanya, barang milik negara bisa dibagi menjadi dua,
yaitu barang milik negara (BMN) dan barang milik daerah (BMD). Untuk pejabat dan
pengelola BMN adalah menteri keuangan. Sedangkan pemegang kekuasaan pengelola
barang milik daerah adalah gubernur/bupati/walikota. Kemudian mengenai pengelola
barang milik daerah, diserahkan kepada sekretaris daerah.
Barang milik publik secara implisit telah dijelaskan dalam pasal 33 ayat 3 UUD
1945. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
bagi kemakmuran rakyat. Jika bersandar pada prinsip ini, maka barang publik
sepenuhnya diatur pengelolaannya oleh pemerintah. Untuk barang privat,
7
pengelolaannya diserahkan kepada tiap individu. Untuk perlindungan berkenaan
dengan barang ini tentunya pemerintah menyediakan aparat pemerintah sebagai bentuk
perlindungan terhadap barang pribadi. Hal ini sebagai perwujudan dan konsep hukum
yang paling mendasar, yaitu untuk melindungi hak-hak individu.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Ideologi hukum yang sampai saat ini pernah ada di dunia menurut Patrick
McAuslan ada tiga, yaitu private interest ideology, public interest ideology, dan public
participation ideology. Ketiga ideologi ini muncul sesuai dengan tuntutan zaman,
dimulai dari private interest, public interest, dan kemudian muncul public participation
ideology. Indonesia sendiri sampai saat ini menggunakan public participation ideology
sebagai ideologi perencanaan negara. Implementasi dari ideologi ini seharusnya dapat
dilihat dari sistem hukum yang terbentuk dalam pengelolaan ketiga jenis kepemilikan
barang. Namun, sampai saat ini belum terlihat kesinambungan yang jelas antara
ideologi yang dipakai terhadap perencanaan, khususnya pada kasus aplikasi
pengelolaan jenis kepemilikan barang.
Dalam perencanaan dilandasi oleh ideologi hukum dan sistem hukum yang
berlaku. Perbedaan ideologi inilah yang membuat berbedanya perencanaan antar
negara. Selain itu ideologi pulalah yang akan memengaruhi sistem hukum yang berlaku
pada suatu negara.
9
DAFTAR PUSTAKA
• Bram, Deni. Ideologi Penataan Ruang dan Masa Depan Jakarta. 2013.
Universitas Indonesia.
• Karim, Mahdi. Hukum dan Perencanaan. 2011. Perencanaan Wilayah dan
Kota, Institut Teknologi Bandung.
• http://filsafatdanhukum.blogspot.co.id. Pengertian ideologi dan ideologi
hukum perencanaan. Diakses pada 16 Februari 2018 pukul 22.00 WIB.
10