Anda di halaman 1dari 43

PERSPEKTIF LINGKUNGAN HIDUP:

Pemahaman Manusia
terhadap Alam/Lingkungan Hidup

Kuliah 2
PL 2101 Lingkungan dan Sumber Daya Alam

iwank@pl.itb.ac.id
Pokok bahasan
1. Pendahuluan
2. Persepsi terhadap lingkungan/alam
3. Pandangan thd SDA: Malthusian vs Ricardian
4. Biofilia: Sikap manusia thd alam
5. Cara pandang Sains dan Persoalan/Krisis
lingkungan
6. Cara pandang terhadap lingkungan:
– Cara pandang Konvensional
– Cara pandang Hijau/Green
Persepsi thd Lingkungan
• Apa yang dapat dipahami tentang lingkungan adalah
lingkungan menurut persepsi kita (perceived
environmental), bukan lingkungan yang sesungguhnya.
• Filter yang membatasi pemahaman manusia thd
lingkungan (Jean, 1974 dalam Popper, 1996).
– masa pra-modern: filter itu adalah cara pandangan agama,
atau kultural (animisme, kosmologi)
– masa modern (abad ke 17) filter itu adalah cara pandang sains
yang menjadi sumber `otoritas', atau 'kebenaran' mengenai
dunia yg kita kenali saat ini.
– masa pasca modern (post modern) filter itu merupakan
integrasi antar berbagai perspektif pemikiran terhadap hubungan
manusia dan lingkungannya.
Filter

E PE Man

Pra-modern: Agama, budaya


Modern: Sains , teknologi
Pasca-modern: Integrasi perspektif
thd lingkungan
Keterkaitan antara manusia dan alam
BIOFILIA,
Sikap Manusia terhadap Alam
• Biofilia adalah ikatan atau kesenangan manusia terhadap
alam dan spesies lainnya sebagai bawaan alami manusia

• "...kecenderungan manusia menyukai alam sebagai bawaan


alamiah manusia dalam berafiliasi melalui proses yang terjadi
dengan alam seperti ketergantungannya dengan kehidupan
dan benda yang menjadi sumber kehidupan (misalnya,
ekosistem) yang semuanya itu merupakan lingkungan yang
asli dan bukan buatan manusia...” (Kellert, 1993)

• Biofilia mendeskripsikan nilai dasar tentang alam dan


adaptasional dalam perkembangan manusia.
 Walaupun nilai-nilai dasar ini berakar dari biologi manusia,
nilai-nilai ini lebih menajam dengan adanya pengaruh
pengalaman, pelajaran, dan budaya.
Sembilan Definisi Biofilia
(Kellert,1993; 2002)
1. Estetika: cenderung dengan daya tarik fisik dan
keindahan alam.
2. Dominionistis: hasrat menguasai dan mengontrol
alam.
3. Humanistis: keterkaitan emosional dengan alam.
4. Naturalistik: eksplorasi dan menemukan sesuatu di
alam.
5. Moralistis: hubungan moral dan spiritual dengan alam.
6. Negatif: takut dan menjauh dari alam.
7. Saintifik: sifat ingin mengetahui atau memahami
tentang alam.
8. Simbolistik: alam sebagai sumber komunikasi dan
imajinasi.
9. Utilitarian: alam sebagai sumber untuk mendapatkan
fisik dan materi.
Hubungan Timbal-balik
Manusia dan Lingkungan
4 Teori/Model:
1. Teori Dominasi/determinisme lingkungan
pada kehidupan manusia
2. Teori Kemungkinan lingkungan
3. Teori Ekologi budaya
4. Model Sistem ekologi: sosiosistem dan
ekosistem
Budaya
Lingkungan Manusia

Model /teori Environmental determinism (Dominasi Lingkungan)


Pembentukan kebudayaan manusia yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan (iklim, topografi, lokasi geografi, dan SDA)
Model/Teori Environmental possibilism:
Faktor-faktor lingkungan sbg faktor pembatas
dalam perkembangan kebudayaan manusia
Cultural ecology model:
Tidak semua kebudayaan manusia dapat dijelaskan. Beberapa inti
kebudayaan manusia (teknologi, ekonomi, populasi, organisasi sosial)
mempunyai peranan signifikan dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
SOSIOSISTEM EKOSISTEM

Model Interaksi Ecosystem – Sosio-System:


Manusia dengan sistem sosialnya secara terus menerus
melakukan intearksi timbal-balik dengan ekosistem secara
terintegrasi
Pandangan terhadap SDA
Pandangan konservatif/pesimis
(Perspektif Malthusian)
• Resiko akan terkurasnya SDA menjadi perhatian utama
• SDA harus dimanfaatkan secara hati-hati karena adanya faktor
ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi terhadap SDA
untuk generasi mendatang.
• Pandangan ini berakar dari pemikiran Malthus
(1879, Principle of Population).
• SDA yang terbatas tidak akan mampu mendukung
pertumbuhan penduduk yang cenderung tumbuh secara
eksponensial.
• Produksi dari SDA akan mengalami apa yang disebut sebagai
diminishing return  output per kapita akan mengalami
kecenderungan yang menurun sepanjang waktu.
• Ketika proses ini terjadi, standar hidup juga akan menurun
sampai ke tingkat subsisten yang pada gilirannya akan
memengaruhi reproduksi manusia.
Pertumbuhan penduduk, SDA dan
SDA
subsistensi
Populasi

C
Level
subsistensi
SDA

Populasi

Hukum Tahun
Malthus
Populasi cenderung bertambah menurut deret ukur (geometris)
Produksi pangan (SDA) cenderung bertambah menurut deret hitung
(aritimatik)
Pandangan Eksploitatif
(Perspektif Ricardian)

• SDA dianggap sbg mesin pertumbuhan yang mentransformasikan


sumber daya ke dalam man made capital yang akan menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi di masa mendatang.
• Keterbatasan suplai dari SDA untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
dapat disubstitusikan dengan intensifikasi atau ekstensifikasi
• Jika sumber daya menjadi langka, hal ini akan tercermin dalam dua
indikator ekonomi: meningkatnya baik harga output maupun
biaya ekstraksi per-satuan output.
– Meningkatnya harga output (biaya per satuan) akan menurunkan
permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh SDA
– Peningkatan harga output menimbulkan insentif kepada produsen SDA
untuk berusaha meningkatkan suplai.
– Karena ketersediaan SDA yang terbatas, kombinasi dampak harga dan
biaya akan menimbulkan insentif untuk mencari sumber daya substitusi
dan peningkatan daur ulang.
– Kelangkaan juga akan memberikan insentif untuk mengembangkan
inovasi (pencarian deposit baru, peningkatan efisiensi produksi, dan
peningkatan teknologi daur ulang) sehingga dapat mengurangi tekanan
terhadap pengurasan sumber daya alam.
Cara pandang Sains thd Alam (1)
• Berbagai fenomena dewasa ini seperti:
– Perubahan iklim
– Kerusakan, kemerosotan/kepunahan keanekaragaman
hayati
– Peningkatan intensitas dan cakupan kawasan bencana
(banjir, kekeringan, kebakaran hutan)
– Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
– Peningkatan alih fungsi kawasan hutan

 menunjukkan aktivitas manusia yang eksploitatif


telah memberikan pengaruh/tekanan/dampak yang
besar terhadap lingkungan/alam

 ketidakseimbangan antara tingkat kebutuhan


dibandingkan dengan ketersediaan sumber daya alam,
yang secara nyata menimbulkan tekanan yang
mengancam kesejahteraan dan kualitas hidup manusia.
• Secara global, perkembangan aktivitas manusia
telah mengubah lingkungan dalam berbagai bentuk:
penipisan lapisan ozon, penebangan hutan tropis, hujan
asam, dan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfir yang kemudian mengubah iklim global.

• Krisis ekologis menunjukkan kepada kita adanya


keterkaitan pelbagai aspek kehidupan secara global.
– Penebangan atau pembakaran hutan tropis di Kalimantan
berdampak langsung ke negara tetangga, berdampak pula thd
fenomena pemanasan global yang dirasakan oleh seluruh dunia.
– Penipisan lapisan ozon tidak hanya berdampak buruk kepada
warga negara AS dan Eropa sebagai wilayah, melainkan
berdampak global terhadap kesehatan lingkungan dunia.
• Krisis ekologis tidak dapat diisolasi semata persoalan
suatu negara atau persoalan ekonomi dan teknologi
belaka
• Krisis ekologis yang merupakan isu global melibatkan
cara pandang manusia modern terhadap alam.
 disadari sejak tahun 1975 ketika Club of Roma dalam
Limits of Growth, mengingatkan malapetaka akan
mengancam peradaban manusia jika cara-pandang
manusia modern thd ekosistem tidak berubah atau
diubah

• Krisis lingkungan global dapat dilacak pada cara


pandang manusia modern selama ini yang yang
bersifat mekanistik-linier, Cartesian dan Newtonian.
– Pandangan ini di satu sisi berhasil mengembangkan sains dan
teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, namun di sisi
lain mereduksi kompleksitas kehidupan manusia itu sendiri.
– Pandangan yang mekanistik terhadap alam telah melahirkan
pencemaran di udara, air, tanah yang mengancam balik
kehidupan manusia.
– Penekanan yang berlebihan pada metode ilmiah eksperimental
dan rasional analitis telah menimbulkan sikap-sikap yang anti-
ekologis.
Cara pandang Sains thd Alam (2)
• Secara umum Sains melihat manusia dan alam adalah
terpisah dan manusia memiliki kemampuan untuk
menguasai alam bagi kepentingan manusia.
– Sains membantu memecahkan misteri yang dimiliki alam.
– Namun menurut pandangan sejarah alam, sesungguhnya alam
memiliki kaidah-kaidah yang tidak seluruhnya atau tidak akan
mungkin dimengerti manusia.
– Kelangsungan hidup manusia tergantung pada kemitraannya
dengan alam; dan alam memberikan ‘pelayanan’ yang tidak
seluruhnya dimengerti manusia.
• Dikaitkan dengan berbagai persoalan lingkungan,
bahkan sering disebut sebagai krisis ekologis, menjadi
sangat relevan membicarakan kembali tentang cara
menghargai lingkungan.
Krisis Lingkungan
dan Cara Pandang Antroposentrisme
• Krisis lingkungan global yang kita alami dewasa ini
bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam
pemahaman thd keseluruhan ekosistem.
 kesalahan pola perilaku manusia yang bersumber dari kesalahan
cara pandang : manusia keliru memandang alam dan keliru
menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya.
 awal dari semua bencana lingkungan yang kita alami sekarang.
• Cara pandang/etika antroposentrisme, yang
memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta,
dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara
alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan
kepentingan dan kebutuhan hidup manusia.
– Manusia dianggap berada di luar, di atas dan terpisah dari alam.
– Manusia dipahami sebagai penguasa atas alam yang boleh
melakukan apa saja.
– Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif
tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya
yang dianggap tidak mempunyai nilai pada diri sendiri.
Antroposentrisme:
merupakan kesalahan cara pandang Barat
• Manusia dipahami hanya sebagai makhluk sosial (social animal),
yang eksistensi dan identitas dirinya ditentukan oleh komunitas
sosialnya.

• Etika hanya berlaku bagi komunitas sosial manusia.


– Norma dan nilai moral hanya dibatasi keberlakuannya bagi manusia.
– Hanya manusia yang merupakan pelaku moral, yaitu makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk bertindak secara moral berdasarkan
akal budi dan kehendak bebasnya.
– Etika tidak berlaku bagi makhluk lain di luar manusia.

• Cara pandang atau paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi


modern yang Cartesian dengan ciri utama mekanistis-
reduksionistis.
pemisahan yang tegas antara alam sebagai obyek ilmu
pengetahuan dan manusia sebagai subyek.
 ada pemisahan yang tegas antara fakta dan nilai.
Antroposentris:
memandang manusia sbg pusat
dari sistem alam semesta.
• Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik
secara langsung atau tidak langsung.
• Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya
– Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat
perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya
akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi
kepentingan manusia.
– Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia.
 Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
• Adakah prinsip-prinsip berpikir ekologis yang
dapat memandu pemahaman kita tentang
lingkungan, bumi atau alam, serta bekerja
dengannya?

– Pemikiran ekologis (ecological thought)


menempatkan ekologi sebagai paradigma saintifik
baru dan ekologi sebagai sistem nilai baru?
– Ekologi sebagai sistem nilai baru menurut Hayward
(1994) mengajarkan tentang hidup harmonis
dengan alam, lebih dari sekedar antroposentrik,
serta pengakuan terhadap nilai-nilai intrinsik makhluk
selain manusia.
2 Cara pandang thd lingkungan
• Secara dikotomis kita dapat membagi dua cara
pandang manusia terhadap lingkungannya:
– Kelompok konvensional
– Kelompok hijau (Green): mempunyai cara pandang ekologis
yang sangat berbeda/berlawanan dengan cara pandang
konvensional
• Perbedaan cara pandang thd:
– alam
– manusia lain
– sains dan teknologi
– produksi dan ekonomi
– politik.
• Keseluruhan cara pandang ini menempatkan pemikiran
ekologis pada kelompok green pada dasarnya sudah
menjadi suatu isme baru: Environmentalism.
Cara pandang thd Alam
Konvensional Green
• Manusia dan alam • Manusia adalah
terpisah bagian dari alam
• Manusia harus
• Alam dapat dan
menghargai dan
harus dieksploitasi melindungi alam utk
dan didominasi utk kepentingan alam itu
kepentingan sendiri
manusia • Manusia harus
mengikuti hukum
alam (DDL)
Cara pandang thd Manusia
Konvensional Green:
• Manusia, secara naluriah, • Manusia, secara
agresif dan kompetitif naluriah, ingin
• Masyarakat mengorganisir bekerjasama
diri secara berhirarki • Hirarki sosial adalah
• Dapat mengukur status tidak alamiah, tidak
sosial dari kepemilikan diinginkan dan dapat
harta benda dihindari
• Cara berpikir logis dan • Kualitas hidup spiritual
rasional adalah lebih lebih penting daripada
absah dan dapat kepemilikan material.
dipercaya daripada emosi • Emosi dan intuisi juga
dan intuisi penting dan absah
seperti bentuk
pengetahuan lainnya
Cara pandang thd Sains & Teknologi
Konvensional Green
• Sains dan teknologi dapat • Kita tidak dapat bergantung pada sains
menyelesaikan persoalan dan teknologi untuk menyelesaikan
lingkungan hidup, sehingga kita persoalan lingkungan hidup
harus berinovasi terus
• Kemajuan teknologi ditentukan • Kita dapat mengubah masyarakat dan
oleh perubahan sosial dan ekonomi. Teknologi harusnya
ekonomi ‘membantu’ kita bukan ‘master’
• Teknologi ‘tinggi’ seperti (c. • Teknologi tepat guna, atau menengah
reaktor nuklir) menunjukkan atau yg kepemilikannya demokratik (ex.
kemajuan Solar, angin, dll.) menunjukkan
• Manusia menyelesaikan kemajuan
persoalan melalui analisis – • Kita dapat menyelesaikan persoalan
membaginya menjadi komponen melalui sintesa – memandang semua
• Manusia memahami alam bagian secara kesatuan dan berkaitan
dengan mengenali materi pada satu dengan lainnya
tingkat terkecil dan gaya yang
mengontrolnya • Kita harus mengamati secara holistik.
Cara pandang thd
Produksi dan Ekonomi (1)
Konvensional Green:
• Terpenting adalah • Hanya memproduksi barang
penciptaan modal untuk dan jasa yg dibutuhkan
produksi barang / jasa masyarakat, tidak perduli
• Menurunkan ongkos apakah menguntungkan atau
produksi barang / jasa tidak
dibandingkan harga jual – • Efisiensi ekonomi harus
makin efisien diukur dari lapangan kerja yg
• Pertumbuhan ekonomi, diciptakan
seperti apapun, adalah baik • Pertumbuhan ekonomi yang
• Untuk memaksimasi membabibuta tidak baik,
pertumbuhan, maka perkecil karena terus menggunakan
penggunaan materi yg SDA yang terbatas dan
didaurulang, dan kurangi menciptakan polusi
kontrol polusi • Semua produksi harus
menggunakan materi secara
minimal, mendaur-ulang
Carapa pandang thd
Produksi dan Ekonomi (2)
Konvensional Green
• Negara membangun melalui • Dimensi waktu utk
perdaganan antar negara perencanaan ekonomi
harusnya jangka panjang
• Lebih efisien memproduksi • Relasi perdagangan antar
barang secara massal negara harus dikurangi –
• Lebih efisien untuk tujuan seharusnya adalah
memekanisasi dan self sustaining
mengotomatisasi produksi • Lebih efisien untuk
• Kesempatan kerja penuh memproduksi barang secara
adalah kondisi ideal sedikit melalui kontrol lokal
• Lebih efisien jika tenaga kerja
ikut serta dalam sistem
produksi
• Setiap orang dapat bekerja
Cara pandang thd Politik
Konvensional Green
• Kelompok hijau ingin • Menciptakan masyarakat yg
kita kembali ke zaman memiliki relasi dengan alam
‘batu’ • Kita semua adalah ahli yg
• Keputusan penyelesaian bisa ikut serta dalam
persoalan LH serahkan menyelesaikan persoalan LH
kepada ahlinya • Cara terbaik adalah
• Cara terbaik adalah demokrasi langsung
demokrasi perwakilan • Negara seharusnya paling
• Pemusatan pemerintah tidak berpengaruh terhadap
akan tetap diperlukan hidup sehari-hari
Apa itu Enviromentalisme?
• Gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat
lingkungan hidup (pro-lingkungan)
• Gerakan environmentalis berusaha dengan segala cara
tanpa kekerasan, mulai dari aksi jalanan, lobi politik,
hingga pendidikan publik, untuk melindungi kekayaan
alam dan ekosistem.
• Kaum environmentalis peduli pada isu-isu: pencemaran,
gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim,
rekayasa genetik pada produk-produk makanan.
• Gerakan environmentalisme saat ini telah
bermetamorfosa menjadi gerakan antikorporasi dan
anti-globalisasi/kapitalisme global).
Environmentalisme
• Andrew Vincent (1993) menyebutkan
tipologi ENVIRONMENTALISME, menjadi
dua, didasarkan pada:
– sistem nilai (hak, obligasi, kewajiban moral)
– kegunaan (utility) dan kebaikan (good)

• Environmentalisme ( Etika Lingkungan)


– Antroposentrisme
– Biosentrisme
– Ecosentrisme
Siapa kaum environmentalis?
• Seseorang atau sekelompok orang yang
mendukung setiap tujuan gerakan lingkungan
hidup.
• Secara politik dikategorikan sebagai Greens
atau Kelompok/Kaum Hijau
• Kaum environmentalis memiliki pandangan
yang kuat atas isu-isu lingkungan hidup dan
mengamalkan nilai-nilainya sebagai aktivis,
relawan, akademisi dan profesional
Spektrum Environmentalisme
BIOSENTRISME/
ANTROPOSENTRISME EKOSENTRISME

Evolutionary Eco-naturalisme

Kearifan Lokal
Human Ecology
Pembangunan Berkelanjutan
Animal Rights
Third World Development

Wise use movement Deep Ecology


Free market environmentalism Earth First!
Antroposentrisme
• Antroposentrisme memandang manusia sebagai pusat
dari sistem alam semesta.
 Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik
secara langsung atau tidak langsung.

• Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya


– Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat
perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya
akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi
kepentingan manusia.
– Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam tidak
mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
• Dalam antroposentrisme nilai dan prinsip moral hanya
berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan/
kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan
paling penting.
• Bagi teori antroposentrisme, etika hanya berlaku bagi
manusia sehingga segala tuntutan mengenai perlunya
kewajiban dan tanggung jawab moral manusia
terhadap lingkungan hidup dianggap sbg tuntutan
yg berlebihan, tidak relevan dan tidak pada tempatnya.
• Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap
lingkungan semata-mata demi memenuhi
kepentingan sesama manusia.
 Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam hanya
merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung
jawab moral terhadap sesama manusia, bukan
merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung jawab
moral manusia terhadap alam itu sendiri.
Antroposentrisme vs Biosentrisme (1)

• Manusia sbg titik • Alam memiliki peran


referensi dalam independen dalam
pemikiran mengenai menciptakan ‘sistem nilai’
bumi. • Kepedulian manusia thd
• Kepedulian manusia alam tidak dapat diukur
thd alam ditentukan oleh kegunaannya bagi
oleh kegunaannya manusia melainkan
bagi manusia kearifan manusia thd
keberadaannya.
Antroposentrisme vs Biosentrisme (2)
• Spesies bukan • Spesies bukan
manusia hanya manusia juga memiliki
memiliki kesempatan hak untuk hidup
hidup di bumi jika (biotik)
diketahui • Gaia: Bumi adalah
kegunaannya untuk organisme hidup dan
manusia bersifat self regulating
• Manusia dapat • Manusia bergantung
mengatur bumi pada Bumi
Biosentrisme
• Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia
yang mempunyai nilai.
 Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri
lepas dari kepentingan manusia.
• Setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai
dan berharga pada dirinya sendiri (nilai intrinsik, bukan
nilai instrumental seperti dalam Antroposentrisme)
• Biosentrisme menganggap serius setiap kehidupan
dan makhluk hidup di alam semesta.
 Karena semua makhluk hidup bernilai pada dirinya
sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan
kepedulian moral.
 Alam perlu diperlakukan secara moral, terlepas dari
apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.
Ekosentrisme  Deep Ecology
• Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori
etika lingkungan biosentrisme.
• Jika pada biosentrisme, etika diperluas untuk
mencakup komunitas biosentrisme, pada
ekosentrisme etika diperluas untuk mencakup
komunitas ekologis seluruhnya, baik yang
hidup maupun tidak.
– Secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda
abiotis lainnya saling terkait satu sama lain.
– Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya
dibatasi pada makhluk hidup, tapi juga berlaku
terhadap semua realitas ekologis.
Deep Ecology (DE)
• DE menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada
manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya
dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan
lingkungan.
• Etika DE tidak mengubah sama sekali hubungan antara
manusia dengan manusia, namun manusia dan
kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu
yg lain.
• DE memusatkan perhatian kepada semua spesies,
termasuk spesies bukan manusia.
• Etika lingkungan hidup yang dikembangkan DE dirancang
sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan.
– prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus
diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret.
– gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari
sekadar sesuatu yang instrumental dan ekspansionis.
PRINSIP DEEP ECOLOGY
1

Sumber : Devall and Sessions 1985


Bahan Bacaan
• Attfield, Robin. Etika Lingkungan Global. 2010. Kreasi Wacana,
Yogyakarta.
• Capra, F. 2004. The Hidden Connections : Strategi Sistemik
Melawan Kapitalisme Baru. Yogyakarta: Jalasutra
• Fauzi, A. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori
dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
• Heriyanto, Husain, 2003. Paradigma Holistik: Dialog Filsafat, Sains,
dan Kehidupan menurut Shadra dan Whitehead. Jakarta: Teraju
• Mangunjaya, Fachruddin M., 2006. Hidup Harmonis dengan Alam.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
• Keraf, Sonny, 2010. Etika Lingkungan Hidup. Kompas, Jakarta
• Popper, David, 1996. Modern Environmentalism: An Introduction.
London: Routledge
• Walhi. 2008. Menjadi Environmentalis Itu Mudah: Panduan bagi
Pemula

Anda mungkin juga menyukai