Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI

ISU EKONOMI REGIONAL : AREA PERDAGANGAN BEBAS

Disusun Oleh :

May Frida (22116144)

Sabilla Atwinda (22116154)

Dira Fendira Rizky (22116168)

I Gede (221161)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Makalah .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
2.1 Spesialisasi dan Perdagangan.................................................................................... 5
2.1.1 Metodelogi ISP .................................................................................................. 8
2.2 Distribusi Pendapatan ............................................................................................. 11
2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Distribusi Pendapatan ................................ 11
2.3 Teori Perdagangan Internasional ............................................................................ 13
2.4 Penetapan Tarif dan Kuota dalam Perdagangan Bebas........................................... 15
2.4.1 Penetapan Tarif ................................................................................................ 15
2.4.2 Penetapan Kuota .............................................................................................. 17
2.5 Area dan Perjanjian dalam Perdagangan Bebas...................................................... 18
2.5.1 Kawasan Perdagangan Bebas Indonesia (Indonesian Free Trade Zone).... 19
2.5.2 Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area, AFTA) .. 19
2.5.3 Kawasan Perdagangan Bebas Dunia................................................................ 20
2.6 Contoh Kasus dalam Perdagangan Bebas............................................................... 29
2.6.1 Contoh Kasus dan penyelesaiannya................................................................. 29
1. Kasus :........................................................................................................................ 29
Penyelesaian :.................................................................................................................... 29
2. Kasus :........................................................................................................................ 29
Penyelesaian :.................................................................................................................... 30
Argentina akhirnya melakukan penyesuaian aturannya mengenai safeguard. ................. 30
3. Kasus :........................................................................................................................ 30
Penyelesaiaan :.................................................................................................................. 30
Contoh Kegiatan Perdagangan Bebas........................................................................... 31
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 32
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 34

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan
teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan
lingkungan usaha.Negara yang terkena efek globalisasi berarti akan secara terbuka
melakukan perdagangan bebas. Bentuk dari perdagangan bebas ini adalah
Perdagangan internasional . Negara yang melakukan pedagangan internasional
secara terbuka melakukan perdagangan dengan Negara – Negara intenasional.
Seperti hal nya Indonesia yang juga melakukan perdagangan bebas atau
perdagnagan internasional. Bentuk perdagnagan internasioanl ini dapat berupa
perdagangan dalam bentuk barang maupun jasa. Kegiatan ekspor – impor
merupakan kegiatan dari perdagangan internasional. Hasil dari ekspor – impor ini
menjadi salh satu penyumbang pendapatan nasioanl Negara.

Negara sedang berkembang maupun Negara maju juga melakukan


kegiatan ekspor impor ini.Namun , di Negara berkembang dan negara miskin
sekalipun impor lebih mendominasi dari perdagnagan internasional ini. Hasil dari
ekspor – impor ini akan juga memperngaryhi neraca pembayaran dan neraca
perdagangan sekaligus. Kelebihan permintaan akan impor justru akan mematikan
produk dalam negari. Apalagi untuk Negara berkembang , harga untuk barang –
barang luar negeri dijual sangat murah. Tujuannya adalah tidak lain untuk
menekan perekonomian domestic. Oleh sebab itu , peemrintah perlu mengamil
kebijakan tersendiri khususnya untuk transaksi internasional.

Salah satunya adalah dengan menentukan kebijakan tariff. Untuk membuat


kebijakan atas tariff , pemerintah perlu melakukan kesepakatan- kesepakatan
dengan Negara – Negara pengimpor maupun pengekspor di luar Indonesia
khusunya. Yaitu dengan menggabungkan diri kedalam Integrasi Regional.
Intergrasi Regional merupakan integrasi ekonomi beberapa Negara untuk

2
mengurangi hambatan perdagangan , kebijakan tariff dan mengatur pergerakan
sumber daya diantara Negara – Negara anggota integrasi tersebut.

Melalui integrasi regional ini yang terlibat dalam perdagangtan


internasional, suatu Negara dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk
negaranya dalam menghadapi berbagai bntuk dampak , rintangan maupun
keuntungan dalam perdagangan internasional. Selain ekspor – impor , hasil lain
yang diperoleh dari integrasi regional ekonomi ini adalah cara untuk mengatasi
permasalhan bidang eknomi maupun politik suatu Negara. Integrasi Regional
terdiri atas kerja sama bilateral dan multilateral. Kerja sama bilateral merupakan
kerja sama negara – negara dalam satu kawasan , seperti Negara - negara
ASEAN. Dan kerja sama multilateral merupakan kerjsa sama Negara – Negara
luar wilayah territorial seperti kerja sama dengan Negara Eropa – Amerika ,
Asean – Eropa dan lain –lain. Yang mana masing – masing bentuk kerja sama ini
di bentuk untuk mengatur kegiatan ekonomi dan kestabilan neraca perdagangan
Negara – Negara anggota. Selain itu , tujuan lain dari kerja sama ini adalah
Negara maju membantu Negara berkembang maupun negara miskin terbelakang
dalam menagatasi krisis dan pemasalahan lain yang berkaitan dengan ekonomi.

Oleh sebab itu , keikutsertaan suatu Negara ke dalam bentuk Integarsi


Reional ini sangatlah pneting karena akan sangat mempengaruhi perekonomian
suatu Negara khusunya Negara – Negara angggota yang tergabung dalam
Integrasi Regional tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana metodelogi spesialisasi dan perdagangan?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi distribusi pendapatan?
3. Bagaimana teori perdagangan internasional?
4. Bagaimana penetapan tarif dan kuota dalam perdagangan bebas?
5. Apa saja zona dalam perdagangan bebas?
6. Apa saja perjanjian dalam perdagangan bebas?
7. Apa contoh kasus dari perdagangan bebas?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metodelogi spesialisasi dan perdagangan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi distribusi
pendapatan.
3. Untuk mengetahui teori perdagangan internasional.
4. Untuk mengetahui penetapan tarif dan kuota dalam perdagangan bebas.
5. Untuk mengetahui zona dalam perdagangan bebas.
6. Untuk mengetahui perjanjian dalam perdagangan bebas.
7. Untuk mengetahui contoh kasus dalam perdagangan bebas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Spesialisasi dan Perdagangan


Uang merupakan benda yang digunakan manusia sebagai alat pembayaran
yang sah dan telah disepakati. Perekonomian berdasarkan tingkat kemajuannya
dapat dibedakan menjadi perekonomian subsisten dan perekonomian modern.
Sukirno (2000) menyatakan bahwa dalam perekonomian subsisten peranan
uang tidaklah terlalu penting. Perekonomian subsisten merupakan kegiatan
ekonomi yang masih primitif. Perekonomian subsisten tidak menggunakan uang
atau dikenal dengan sistem barter. Perdagangan ini merupakan perdagangan
dalam skala yang sangat terbatas, hanya sebagian kecil produksi masyarakat yang
diperdagangkan. Perekonomian subsisten unit produksi terutama berasal dari
keluarga petani tradisional yang menggunakan cara bercocok tanam dan alatnya
masih sangat sederhana. Untuk itu jarang sekali terdapat surplus produksi yang
dapat dijual ke pasar karena tingkat produktivitasnya relatif rendah dan hanya
cukup untuk memberi kehidupan yang sangat sederhana. Kegiatan ekonomi
lainnya yang terpenting adalah berburu dan menangkap ikan. Sedangkan produksi
barang industri masih sangat terbatas.
Dalam perdagangan subsisten terjadi dua keadaan dimana (1) sesorang
ingin menukar barang yang diproduksinya dengan barang lain. (2) seseorang
lainnya memproduksi barang yang diinginkan oleh orang pertama dan bersedia
menukarkan barang tersebut dengan yang dihasilkan oleh orang pertama. Dengan
demikian perdagangan secara barter menimbulkan syarat harus terdapat dua
keinginan yang saling bersesuaian atau bisa disebut double coincidence of wants
(kesesuaian ganda dari keinginan). Syarat inilah yang menyebabkan perdagangan
secara barter tidak dapat dilaksanakan seluas perdagangan yang dilakukan secara
perekonomian modern dimana mengguanakan uang sebagai alat tukar menukar.
Dengan adanya uang, langkah yang harus dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu barang menjadi lebih sederhana. Langkah yang perlu dilakukan
hanyalah menjual hasil produksinya di pasar kemudian menggunakan uang yang

5
diperolehnya untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Dengan demikian
syarat double coincidence of wants bukan lagi syarat untuk mewujudkan
perdagangan.
Suatu perekonomian yang menggunakan uang sebagai perantara dalam
kegiatan tukar menukar atau perdagangan disebut dengan istilah perekonomian
uang. Hampir seluruh perekonomian masyarakat dunia digolongkan sebagai
perekonomian uang. Namun pentingnya uang dalam tiap masyarakat tidaklah
sama. Di negara maju, uang sangatlah penting peranannya sedangkan di daerah
yang masih menganut perekonomian subsisten uang tidaklah penting peranannya.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin maju suatu perekonomian, semakin
penting peranan uang dalam perekonomian tersebut. Dan semakin maju
perekonomian semakin penting kegiatan perdagangannya.
Dalam perekonomian yang lebih maju penggunaan uang memungkinkan
terjadinya spesialisasi yaitu setiap orang tidak lagi menghasilkan barang atau jasa
yang diperlukannya tetapi mengkhususkan kepada barang atau jasa yang dapat
dihasilkan dengan efisien atau sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Gambar Spesialisai Dan Perdagangan Dalam Perekonomian Uang


Sumber : Sukirno, 2000

6
Bagan diatas menggambarkan contoh sederhana dari spesialisasi dan
perdagangan dalam perekonomian uang. Seorang petani, tukang kayu, dan tukang
jahit tidak perlu menghasilkan semua barang yang mereka inginkan. Yang mereka
lakukan adalah melakukan spesaialisasi dalam memproduksi barang yang mereka
hasilkan secara paling efisien. Maka petani menghasilkan bahan makanan, tukang
kayu menghasilkan perabotan, dan tukang jahit menghasilkan pakaian. Adanya
uang menyebabkan syarat kesesuaian ganda dari keinginan tidak berlaku dalam
proses perdagangan.
Dapat dilihat walaupun tukang kayu memerlukan makanan yang
dihasilkan oleh petani tetapi tidak perlu memproduksi pakaian yang dibutuhkan
oleh petani, perdagangan masih dapat berlangsung. Tukang kayu akan
menggunakan uang yang diperolehnya untuk mendapatkan makanan yang
diinginkannya. Uang yang diperoleh petani dari penjualan makanan akan
digunakan untuk membeli pakaian dari tukang jahit. Seterusnya tukang jahit uang
menginginkan perabot dengan mudah mendapatkannyadari tukang kayu karena
uang yang diterima dari petani dapat dibayarkan kepada tukang kayu.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa (1) wujud uang sebagai
alat untuk tukar menukar akan melancarkan kegiatan perdagangan. (2) kegiatan
perdagangan yang bertambah lancar memberikan rangsangan kepada masyarakat
untuk melakukan spesialisasi sesuai keahlian mereka.
Wujud spesialisasi yang tinggi merupakan suatu ciri penting dari
perekonomian modern. Semakin tinggi perkembangan ekonomi maka semakin
tinggi pula spesialisasi sebaliknya, tanpa spesialisasi perekonomian tidak akan
mencapai taraf perkembangan yang tinggi. Spesialisasi berkembang sebagai
akibat dari penggunaan uang dan dari perkembangan perdagangan. Perdagangan
yang bertambah luas dan efisien menimbulakan spesialisai yang lebih baik.
Selanjutnya spesialisasi yang lebih baik tersebut akan mempercepat
perkembangan ekonomi. Berikut pentingnya spesialisasi terhadap perkembangan
ekonomi

7
1. Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor produksi
Dalam spesialisasi seorang pekerja atau tenaga ahli akan digunakan pada kegiatan
yang sesuai dengan keahliannya. Ia tidak perlu lagi mengerjakan semua pekerjaan
yang diperlukan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Ini berarti pula bahwa
suatu daerah atau Negara tidak perlu lagi menghasilkan seluruh barang yang
dibutuhkannya tetapi cukup melakukan spesialisasi dalam kegiatan yang paling
menguntungkan Negara atau wilayah tersebut, dengan cara ini berbagai faktor
produksi akan digunakan dengan lebih efisien.

2. Mempertinggi efisiensi memproduksi


Efisiensi memproduksi yang semakin tinggi tersebut dikenal sebagai” Economies
of Scale atau skala ekonomi, Maksudnya apabila produksi ditingkatkan, misalnya
menjadi dua kali lipat, biaya produksi tidak akan meningkat sebesar peningkatan
produksi yang berlaku (dua kali lipat dalam contoh ini). Berarti biaya produksi
bertambah rendah. Di samping itu spesialisasi menghemat penggunaan peralatan
produksi.

3. Mendorong perkembangan teknologi,


Spesialisasi menyebabkan pasaran berbagai barang menjadi bertambah luas, untuk
beberapa kegiatan tertentu, hal tersebut berarti produksi harus ditambah dengan
cepat, untuk memenuhi kebutuhan ini para pengusaha akan berusaha
menggunakan teknologi produksi yang lebih baik dan lebih tinggi
produktivitasnya.

2.1.1 Metodelogi ISP

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis posisi atau


tahapan perkembangan suatu produk. ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk
suatu jenis produk, Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir.
Secara matematika, ISP dapat dirumuskan sebagai berikut:

8
Di mana X dan M masing-masing adalah ekspor dan impor, serta i dan a masing-
masing adalah barang jenis i dan negara a. Secara implisit, indeks ini
mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik
dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik, atau sesua dengan
teori perdagangan internasional, yaitu teori net of surplus, dimana ekspor dari
suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik.
Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya
positif diatas 0 sampai 1, maka komoditi bersangkutan dikatakan mempunyai
daya saing yang kuat atau negara yang bersangkutan cenderung sebagai
pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada
permintaan domestik). Sebaliknya, daya saingnya rendah atau cenderung sebagai
pengimpor (suplai domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya
negatif dibawah 0 hingga -1. Kalau indeksnya naik berati daya saingnya
meningkat, dan begitu juga sebaliknya.

Indeks ISP tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat


pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan yang terbagi ke dalam 5 tahap
sebagai berikut :

1. Tahap Pengenalan
Ketika suatu industri (forerunner) disuatu negara (sebut A) mengekspor
produk-produk baru dan industri pendatang belakangan (latercomer) di
negara B impor produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP
dari industri latercomer ini adalah -1,00 sampai -0,50.

9
2. Tahap Subtitusi Impor
Nilai indeks ISP naik antara - 0,51 sampai 0,00. Pada tahap ini, industri di
negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, dikarenakan
tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya.
Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang
bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan
dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini
negara B lebih banyak mengimpor daripada mengekspor.

3. Tahap Pertumbuhan
Nilai indeks ISP naik antara 0,01 SAMPAI 0,80, dan industri di negara B
melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan
ekspornya. Di pasar domestik, penawaran untuk komoditi tersebut lebih
besar daripada permintaan.

4. Tahap Kematangan
Nilai indeks berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00. Pada tahap ini produk
yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut teknologi
yang dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara net
exporter.

5. Tahap kembali mengimpor


Nilai indeks ISP kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00. Pada tahap ini
industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri
dari negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan
dalam negeri.

10
1. Tahap
Pengenalan
2. Tahap
Subtitusi
Impor
3. Tahap
Pertumbuha
n
4. Tahap
kematangan
5.Tahap
kembali
mengimpor
Kurva ISP sesuai Teori Siklus Produk

2.2 Distribusi Pendapatan

2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Distribusi Pendapatan


Perdagangan internasional dapat saling menguntungkan bagi bangsa-
bangsa terlibat di dalamnya. Namun sepanjang sejarah, pemerintah telah
melindungi sektor ekonomi dari persaingan impor. Model Ricardian tidak hanya
menunjukkan bahwa semua negara memperoleh keuntungan dari perdagangan,
tetapi bahwa setiap individu dibuat lebih baik off sebagai akibat dari perdagangan
internasional, karena perdagangan tidak mempengaruhi distribusi pendapatan.
Ada dua alasan utama mengapa perdagangan internasional memiliki efek
yang kuat pada distribusi pendapatan. Pertama, sumber daya tidak dapat bergerak
segera atau costlessly dari satu industri yang lain. Kedua, industri berbeda dalam
faktor-faktor produksi menuntut: Perubahan dalam campuran barang yang
diproduksi negara, biasanya akan mengurangi permintaan untuk beberapa faktor
produksi, sementara meningkatkan permintaan bagi orang lain.

11
2.2.1.1 Asumsi Model
Perekonomian output manufaktur tergantung pada seberapa banyak modal
dan tenaga kerja yang digunakan dalam sektor tersebut. Hubungan ini diringkas
oleh fungsi produksi yang memberitahu kita kuantitas manufaktur yang dapat
diproduksi diberi input modal dan tenaga kerja. Fungsi produksi untuk
manufaktur dapat diringkas secara aljabar sebagai
QM = QM (K, LM)
QM = output perekonomian manufaktur,
K = modal ekonomi, dan
LM = angkatan kerja yang bekerja di manufaktur.

2.2.1.2 Faktor Khusus


Dalam model yang dikembangkan dalam bab ini, di asumsikan bahwa ada
dua faktor produksi, yaitu tanah dan modal. Di negara maju, lahan pertanian
hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan nasional. Ketika para ekonom
menerapkan model faktor spesik ekonomi seperti dari Amerika Serikat atau
Perancis, mereka biasanya berpikir kekhasan faktor bukan sebagai kondisi
permanen tetapi sebagai masalah waktu
Olivier Blanchard dan Lawrence Katz, "Evolusi Daerah," Brookings
Papers on Economic, 1991. Dimana QF adalah output perekonomian makanan, T
adalah pasokan perekonomian tanah, dan LF adalah angkatan kerja yang
ditujukan untuk produksi pangan. Bagi perekonomian secara keseluruhan, tenaga
kerja yang dipekerjakan harus sama dengan L tenaga kerja total pasokan.

2.2.1.3 Kemungkinan Produksi


Model faktor spesifik mengasumsikan bahwa masing-masing faktor
spesifik dan tanah dapat digunakan hanya dalam satu sektor, memproduksi dan
makanan. Jadi untuk menganalisis kemungkinan produksi perekonomian, kita
hanya perlu untuk bertanya bagaimana campuran perekonomian perubahan output
sebagai tenaga kerja bergeser dari satu sektor ke sektor yang lain. Hal ini dapat
dilakukan grafis, pertama dengan mewakili fungsi produksi dan kemudian dengan

12
menempatkan mereka bersama-sama untuk mendapatkan garis batas
kemungkinan produksi.
Semakin besar input tenaga kerja untuk persediaan modal yang diberikan,
semakin besar menjadi output. Dalam model Ricardian, di mana tenaga kerja satu-
satunya faktor produksi, produksi perbatasan adalah garis lurus karena biaya
kesempatan dari memproduksi dalam hal Produksi manufaktur dan makanan
ditentukan oleh alokasi tenaga kerja.

2.3 Teori Perdagangan Internasional


Perhatikan bahwa ketika menelusuri PP kita menggeser tenaga kerja dari
makanan ke sektor manufaktur. Jika kita menggeser satu orang jam kerja dari
makanan untuk memproduksi, bagaimanapun, ini masukan tambahan akan
meningkatkan output di sektor itu dengan produk marjinal tenaga kerja dalam
manufaktur, MPLM. Untuk peningkatan memproduksi output dengan satu unit,
maka, kita harus meningkatkan masukan tenaga kerja dengan \ IMPLM jam.
Sementara itu, setiap unit input tenaga kerja bergeser dari produksi pangan akan
menurunkan. Kita sekarang telah menunjukkan bagaimana output ditentukan,
mengingat alokasi tenaga kerja. Berikutnya langkah adalah dengan bertanya
bagaimana ekonomi pasar menentukan alokasi tenaga kerja.
 Harga, Upah, Tenaga Kerja dan Alokasi
Permintaan tenaga kerja di masing-masing sektor tergantung pada harga
output dan tingkat upah. Pada gilirannya, tingkat upah tergantung pada
permintaan gabungan untuk tenaga kerja oleh makanan dan manufaktur. Dengan
harga memproduksi dan makanan bersama dengan tingkat upah, kita dapat
menentukan kerja setiap sektor dan output.
Upah terbit di tingkat proporsi yang sama dengan harga, begitu nyata
tingkat upah, rasio tingkat upahdengan harga barang, tidak akan terpengaruh.
Dengan jumlah kerja yang sama digunakan dalam setiap sektor, menerima tingkat
upah yang sama nyata, pendapatan riil pemilik modal dan pemilik tanah juga tetap
sama. Jadi setiap orang dalam posisi yang sama persis seperti sebelumnya. Hal ini
menggambarkan suatu prinsip umum: Perubahan dalam tingkat harga keseluruhan

13
tidak memiliki efek nyata, yaitu, melakukan tidak mengubah besaran fisik dalam
perekonomian. Apa yang terjadi pada alokasi tenaga kerja dan distribusi
pendapatan ketika harga-harga makanan dan memproduksi perubahan? Perhatikan
bahwa setiap perubahan harga dapat dibagi menjadi dua bagian: perubahan
proporsional sama di kedua PM dan PF, dan perubahan hanya dalam satu harga.
 Relatif Harga dan Distribusi Pendapatan
Sejauh ini kita telah meneliti aspek-aspek berikut dari model faktor-faktor
tertentu:
1. penentuan kemungkinan produksi yang diberikan sumber daya ekonomi dan
teknologi
2. penentuan alokasi sumber daya, produksi, dan harga relatif dalam pasar
ekonomi.
Sebelum beralih ke efek dari perdagangan internasional kita harus
mempertimbangkan efek perubahan harga relatif pad. Dengan demikian upah riil
mereka dalam hal memproduksi, w / PM, jatuh, sementara upah riil mereka dalam
hal makanan, w / PF, naik. Mengingat informasi ini, kita tidak bisa mengatakan
apakah para pekerja lebih baik atau lebih buruk, ini tergantung pada kepentingan
relatif dari manufaktur dan makanan di konsumsi pekerja, pertanyaan yang kita
tidak akan mengejar lebih lanjut. Pemilik modal, bagaimanapun, adalah pasti
lebih baik. Tingkat upah riil dalam hal memproduksi telah jatuh, sehingga
keuntungan pemilik modal dalam hal apa yang mereka hasilkan meningkat.
Artinya, pendapatan dari pemilik modal akan meningkat lebih dari
proporsional dengan kenaikan AM. Sejak PM pada gilirannya telah meningkat
relatif terhadap PF, pendapatan kapitalis telah jelas meningkat di baik dari segi
barang. Sebaliknya, pemilik tanah adalah off pasti lebih buruk. Mereka
kehilangan karena dua alasan: Yang nyata upah dalam hal makanan naik,
meremas pendapatan mereka, dan kenaikan harga memproduksi mengurangi daya
beli dari pendapatan yang diberikan.
 Tingkat Internasional Perdagangan Model Faktor Spesifik
Sekarang kita tahu bagaimana model faktor spesifik bekerja untuk
ekonomi tunggal, kita dapat mengubah untuk analisis perdagangan internasional.

14
Bayangkan bahwa kedua negara, Jepang dan Amerika, perdagangan satu sama
lain, mari kita memeriksa dampak dari perdagangan pada kesejahteraan mereka.
Untuk perdagangan berlangsung, kedua negara harus berbeda dalam harga relatif
manufaktur yang akan menang jika tidak ada perdagangan.
Dengan demikian kedua negara akan memiliki kurva permintaan yang
relatif sama. Kita karena itu akan fokus pada perbedaan dalam pasokan relatif
sebagai sumber perdagangan internasional. Mengapa pasokan relatif berbeda?
Negara-negara bisa memiliki teknologi yang berbeda, sebagai dalam model
Ricardian. Sekarang model kami memiliki lebih dari satu faktor produksi,
 Sumber dan Pasokan Relatif
Hubungan dasar antara sumber daya dan pasokan relatif sangat mudah:
Sebuah negara dengan banyak modal dan tidak banyak lahan akan cenderung
menghasilkan rasio yang tinggi dari manufaktur untuk makanan pada setiap harga
yang diberikan, sedangkan negara dengan banyak lahan dan modal tidak banyak
akan melakukan mundur. Pertimbangkan apa yang akan terjadi jika salah satu
negara yang mengalami peningkatan menyediakan sumber daya tertentu. Pada
setiap harga yang diberikan dari memproduksi dan makanan, peningkatan
permintaan tenaga kerja manufaktur akan menggeser ekuilibrium dari titik 1 ke
titik 2. Lebih banyak pekerja akan ditarik ke dalam manufaktur sektor dari sektor
makanan. Output manufaktur akan naik, karena dua alasan: Ada akan lebih
banyak pekerja di sektor ini dan mereka akan mempunyai modal lebih untuk
bekerja dengan. Makanan output akan turun karena input tenaga kerja berkurang.
Jadi pada suatu harga relatif tertentu memproduksi, output relatif manufaktur akan
meningkat. Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa peningkatan penyediaan
modal akan menggeser kurva penawaran relatif ke kanan.

2.4 Penetapan Tarif dan Kuota dalam Perdagangan Bebas

2.4.1 Penetapan Tarif


Tarif (bea) adalah suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah
pabean. Pungutan tarif diadakan untuk membatasi kebebasan perdagangan dan
mengisi kas negara, dengan alasan untuk melindungi industri-industri yang baru

15
tumbuh. Jenis-jenis tarif, di antaranya terdiri atas tarif bea ekspor, bea transito,
dan bea impor.
a. Bea ekspor, dikenakan terhadap barang yang diangkut ke negara lain. Di
Indonesia, pemerintah menetapkan tarif ekspor sebesar 0% tujuannya tidak lain
untuk meningkatkan ekspor, agar harga barang ekspor dapat bersaing dengan
produk sejenis di luar negeri.
b. Bea transito, dikenakan terhadap barang yang melalui wilayah suatu negara
dengan ketentuan barang tersebut tujuan akhirnya adalah negara lain. Contoh
ekspor tekstil dari Indonesia ke Jepang, diangkut melalui Singapura.
c. Bea impor, dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dari negara lain.

Berdasarkan Kurva 1, kebijakan tarif dapat dijelaskan sebagai berikut.


Sebelum tarif diberlakukan, harga berada pada titik OP, produksi dalam negeri
pada titik OQ1, jumlah permintaan pada titik OQ4, dan jumlah yang harus diimpor
adalah Q1Q4.

Jika negara mengenakan tarif impor terhadap suatu barang, akan


berpengaruh pada hal-hal sebagai berikut.
a. Pengaruh tarif terhadap harga berdampak pada naiknya harga barang yang
dikenakan tarif, yaitu dari OP menjadi OP1 (Price Effect).

16
b. Pengaruh tarif terhadap konsumsi mengakibatkan berkurangnya konsumsi
masyarakat yang ditunjukkan oleh daerah DEF
atau OQ4 menjadi OQ3 (Consumption Effect).
c. Pengaruh tarif terhadap produksi dalam negeri mengakibatkan bertambahnya
produksi dalam negeri, yaitu dari titik OQ1 menjadi OQ2 atau daerah ABC
(Protective/Import Substitution Effect).
d. Pengaruh tarif terhadap pendapatan negara mengakibatkan bertambahnya
pendapatan negara yang ditunjukkan kotak (b) atau daerah BCED (Revenue
Effect).
e. Pengaruh tarif terhadap redistribusi mengakibatkan bertambahnya ekstra
pendapatan yang dibayar konsumen dalam negeri kepada produsen dalam negeri.
Besarnya pengaruh ini ditunjukkan oleh daerah (a) atau
titik PP1BA (Redistribution Effect).

2.4.2 Penetapan Kuota


Kuota merupakan kebijakan dalam perdagangan internasional dengan cara
membatasi terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan keluar (kuota ekspor).
Selain untuk melindungi produk dalam negeri, kuota juga bertujuan memperbaiki
kondisi neraca pembayaran.

2.4.2.1 Kuota Impor


Kuota impor terdiri atas empat macam, yaitu absolut atau unilateral quota,
negotiated atau bilateral quota, tariff quota, dan mixing quota.
1) Absolut atau unilateral quota, adalah kuota yang besar/kecilnya ditentukan
sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain.
2) Negotiated atau bilateral quota, adalah kuota yang besar/kecilnya ditentukan
berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.
3) Tariff quota, adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk jumlah tertentu,
barang diizinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu, tambahan impor masih
diizinkan, tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

17
4) Mixing quota, adalah membatasi penggunaan bahan mentah yang diimpor
dalam proporsi tertentu dalam produksi barang akhir.

2.4.2.2 Kuota Ekspor


Seperti halnya kuota impor, kuota ekspor juga dapat dibatasi jumlahnya
dengan tujuan:
1) mencegah barang-barang yang penting jatuh atau berada di tangan musuh;
2) menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup;
3) mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai
stabilisasi harga.

2.5 Area dan Perjanjian dalam Perdagangan Bebas

Sebuah zona perdagangan bebas atau zona pemrosesan ekspor adalah


satu atau beberapa negara di mana bea dan kuota dihapuskan dan kebutuhan akan
birokrasi direndahkan dalam rangka menarik perusahaan-perusahaan dengan
menambahkan insentif untuk melakukan usaha di sana.

Kebanyakan zona-zona ini berada di dunia ketiga. Mereka adalah zona


istimewa di mana beberapa halangan perdagangan normal seperti
bea ekspor atau impor ditiadakan, birokrasi biasanya direndahkan, dan perusahaan
yang didirikan di sana dapat diberikan diskon pajak ("tax break") sebagai insentif
tambahan. Biasanya, zona-zona ini ditetapkan di bagian yang kurang berkembang
di negara tersebut, karena diharpkan zona tersebut akan menarik para pengusaha
dan mengurangi kemiskinan dan pengangguran dan stimulasi ekonomi di wilayah
tersebut. Zona-zona ini seringkali digunakan oleh perusahaan multinasional untuk
mendirikan pabrik-pabrik untuk memroduksi barang (seperti pakaian atau sepatu).

18
2.5.1 Kawasan Perdagangan Bebas Indonesia (Indonesian Free Trade
Zone)
Sebuah kawasan perdagangan dan pelabuhan yang berada dalam wilayah
Indonesia yang diperlakukan kebijakan melalui penghapusan atas rejim bea dan
cukai berikut halangan non-tarif serta pajak pada perdagangan internasional dalam
hal kepabean diberlakukan sama sebagaimana produk sektor produksi lokal
bilama dijual di dalam negeri kebijakan ini berguna untuk mengurangi atau
menghilangkan keseluruhan hambatan perdagangan di mana barang dapat
mendarat, masuk, ditangani, diproduksi atau dilakukan penjualan ulang, dan
direekspor tanpa intervensi kepabean hanya berlaku pada perdagangan
internasional.
Pada saat sekarang kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas yang berada di
wilayah Indonesia terdapat di Batam, Sabang, Bintan dan Karimun

2.5.2 Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area,


AFTA)
Sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai sektor produksi lokal di
seluruh negara ASEAN. Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN
memiliki enam anggota, iaitu, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura
dan Thailand.
Vietnam bergabung pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja
pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh negara ASEAN. Keempat
pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA
untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk
memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA.

19
2.5.3 Kawasan Perdagangan Bebas Dunia

2.5.3.1 Uni Eropa


Uni Eropa adalah sebuah organisasi antar pemerintah dan supranuasional
yang terdiri dari negara-negara Eropa yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27
negara anggota. Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian
Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan perjanjian Maastricht) pada 1992.
Badan ini memiliki 4 institusi utama, yaitu : Dewan Uni Eropa, Parlemen Eropa,
Pengadilan Eropa, dan Komisi Eropa. Tiap institusi memiliki presiden sendiri, dan
memiliki peran dan tanggung jawab tertentu. Uni Eropa memili beberapa negara,
yaitu : Swedia, Finlandia, Latvia, Lituania, Polandia, Denmark, Jerman, Belanda,
Belgia, Luxemburg, Irlandia, Britania Raya, Prancis, Portugal, Spanyol, Italia,
Malta, Austria, Slovenia, Rep. Ceko, Slowakia, Hongaria, Yunani, Siprus,
Bulgaria, dan Rumania.
Hubungan perdagangan antara negara-negara Eropa terus berkembang dan
diperkirakan telah mencapai peningkatan dua kali lipat berkat dihilangkannya
berbagai hambatan perdagangan yang ada selama ini. Lebih dari separuh
peningkatan perdagangan tersebut merupakan perdagangan intra-industri.
Pembentukan Uni Eropa tersebut juga meningkatkan perdagangan antara negara-
negara anggota dengan pihak luar non-anggota. Adapun peningkatan perdagangan
eksternal Uni Eropa tersebut dikarenakan :

– Tumbuhnya perekonimoian Uni Eropa secara keseluruhan secara drastic


sehingga meningkatkan permintaannya terhadap impor atas berbagai produk
industry dari negara-negara luar bukan anggota.

– Turunnya tingakat tariff untuk berbagai produk industry impor di berbagai


negara berkat tercapainya kesepakatan penting seri perundingan multilateral
dalam kerangka GAAT. Akan tetapi di sisi lain, pembentukan Uni Eropa ternyata
juga mengakibatkan diversi perdagangan khususnya dalam komoditi pertanian,
terutama produk-produk musiman seperti biji-bijian yang biasa diimpor dari

20
Amerika Serikat.
Keuntungan-keuntungan kesejahteraan yang bersifat statis dari dibentuknya Uni
Eropa itu diperkirakan mencapai 1 hingga 2 persen GDP, sedangkan keuntungan
dinamisnya diperkirakan mencapai hingga 5,3 persen. Masyarakat internasional
senantiasa memberi perhatian besar pada perkembangan Uni Eropa, karena
sampai sejauh ini merupakan satu-satunya bentuk integrasi ekonomi berskala
besar yang terus maju, dan yang paling maju. Bila ditinjau dari segi ekonomi, Uni
Eropa yang bersatu akan menjadi pesaing kuat bagi Amerika Serikat.

Akhir-akhir ini dikatakan bahwa Uni Eropa menjadi biang keladi kebuntuan
pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal ini dikarenakan Uni Eropa
belim bersedia memotong tarif impor pertanian demi melindungi petaninya.
Negara-negara kaya dianggap sebagai pihak yang berupaya mengeksploitasi
negara miskin.

2.5.3.2 Assosiasi perdagangan bebas Eropa (EFTA)

Asosiasi ini didirikan pada 3 mei 1960 sebagai sebuah alternative bagi negara-
negara Eropa yang memilih untuk tidak bergabung dengan Masyarakat Ekonomi
Eropa (sekarang bernama Uni Eropa).

AFTA dibentuk untuk pertama kalinya pada 4 Januari 1960 di Stockholm oleh 7
negara. Sekarang hanya terdiri dari negara Iceland, Norway, Switzerland, dan
Liechtenstein. Pada tahu 1961 EFTA telah berhasil mewujudkan perdagangan
bebas untuk produk-produk industry, namun sampai sejauh ini EFTA belum
mencapai kemajuan yang cukup berarti dalam penghapusan hambatan-hambatan
perdagangan untuk produk pertanian. Tidak seperti UE, EFTA masih
membebaskan para anggota dalam merumuskan kebijakan perdagangan
nasionalnya terhadap negara-negara luar bukan anggota.

Timbulnya defleksi perdagangan (trade deflection) akibat dipertahankannya

21
kebijakan nasional masing-masing negara anggota yang berkenaan dengan
hambatan perdagangan terhadap negara luar yang bukan anggota. Pada tahun
1973 Inggris dan Denmark melepaskan keanggotaanya dalam EFTA, dan
selanjutnya bersama Irlandia kedua negara itu bergabung kedalam Uni Eropa.

Tindakan yang sama dilakukan juga oleh portugal pada tahun 1986, sementara itu
Islandi justru bergabung kedalam EFTA pada tahun 1970, dan Finlandia
mengubah statusnya dari negara Asosiasi menjadi anggota penuh pada tahun
1982, disusul oleh Lichtestein yang merupakan wilayah pabean Swiss pada tahun
1991. Jadi jumlah anggota EFTA tetap tujuh negara dan kini bermarkas di
Jenewa.
Perkembangan penting terjadi pad 1 Januari 1994, ketika EFTA bergabung di Uni
Eropa untuk membentuk kawasan Kawasan Ekonomi Eropa(EEA, European
Economic Area) yakni suatu persekutuan pabean yang lebih besar lagi, yang
diharapkan akan dapat memperlancar arus perdagangan barang dan jasa serta
pergerakan modal dan tenaga kerja diantara 17 negara anggota Uni Eropa dan
EFTA(Swiss yang sejak semula menentang fakta pembentukan EEA pada bulan
Desember 1992 menyatakan diri tidak akan bergabung, sedangkan Linchtenstein
mengikuti jejak swiss karena ia tidak mungkin bergabung jika Swiss tidak
bersedia).
Dengan terbentuknya EEA, maka terciptalah sebuah perekonomian gabungan
yang lebih besar lagi dari Eropa. Potensi pasarnyapun lebih besar, karena wilayah
EEA dihuni oleh 370 juta manusia. Austria, Finlandia, Norwegia, dan Swedia
bahkan diperkirakan akan melepaskan keanggotannya dalam EFTA dan
bergabung sebagai anggota penuh Uni Eropa pada tahun 1995.

22
2.5.3.3 Latin Amerikan Free Trade Association (LAFTA-ALALC)

Begitu banyak perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat sebelum


terbentuknya kawasan perdagangan bebas Mercosur ini. Pada tahun 1960, the
Latin American Free Trade Association (LAFTA-ALALC) dibentuk dengan
Montevideo Traety yang melibatkan Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Ekuador,
Meksiko, Paraguay, Uruguay, Venezuela37.
Tujuan utama dari pembentukan LAFTA-ALAC ini adalah untuk memciptakan
sebuah kawasan perdagangan pertanian yang memiliki ketentuanketentuan khusus
dengan tarif preferensi khusus, promosi dan regulasi. Mengapa kesepakatan ini
hanya mengatur komoditas pertanian? Ide dari pembentukan LAFTA-ALC adalah
untuk menghindari perdangangan dalam sektor pertanian dari prinsip-prinsip
kompetisi klasik yaitu dengan penerapan pajak dan trade-barrier lainnya.
Namun LAFTA-ALAC ini tidak terlalu berhasil. Negara-negara di Andean seperti
Bolivia, Chili, Ekuador dan Peru menarik diri dari kesepakatan ini. Mereka
beragumentasi bahwa kuantitas dan kualitas perdagangan yang terlalu jauh
perbedaannya dengan negara-negara besar seperti Argentina dan Chili membuat
hasil dan manfaat perdagangan tidak terlalu besar bagi negara-negara di Andean
ini. Negara-negara di Andean ini pun membentuk Perjanjian Cartagena yang akan
menciptakan sebuah harmonisasi kebijakan-kebijakan ekonomi di negara-negara
anggota.
Seiring dengan perkembangan perjanjian Cartagena, Brasil dan Argentina mulai
memikirkan format perdagangan baru yang dapat saling menguntungkan di antara
negara-negara di Amerika Selatan khususnya Brasil dan Argentina sebagai dua
negara dengan dominant power40 di kawasan tersebut. Berawal dari pembentukan
High-Level Joint Commitee yang tersusun atas elit-elit politik dan bisnis yang
merepresentasikan Brasil dan Argentina. Komite ini akan menganalisa prospek
pembentukan kerjasama ekonomi khusus antara kedua negara tersebut. Pada
tanggal 30 Juni 1986 Joint Commitee ini mengeluarkan Argentine-Brazilian
Integration Act yang berisi program kerjasama dan integrasi ekonomi antara
Argentina dan Brasil.

23
Sebenarnya begitu banyak kelompok penekan yang menginginkan penguatan
institusi LAFTA-ALAC ketimbang penguatan hubungan bilateral Argentina-
Brasil. Namun apabila melihat perkembangan LAFTA-ALAC yang lambat
dengan mekanisme perdagangan yang sulit dan tidak dapat mengakomodasikan
kepentingan Argentina maka hal yang wajar apabila Argentina mengambil
keputusan untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Brasil.

Selain itu, para pembuat kebijakan di Argentina terinspirasi oleh model kerjasama
Jerman-Perancis yang mengilhami pembentukan Uni Eropa. Brasil dan Argentina
yang memiliki pendapatan GDP relatif tinggi dan jumlah populasi serta ukuran
geografis menjadikan kedua negara ini sebagai dominant power. Keberhasilan
perdagangan bebas antara kedua negara ini akan menarik negara-negara lain di
kawasan ini untuk bergabung dengan mereka. Dan memang strategi ini relatif
berhasil. Uruguay dan Paraguay akhirnya bergabung dengan Argentina dan Brasil
membentuk kawasan perdagangan bebas.

Melihat kemajuan yang luar biasa dari kerjasama perdagangan ini akhirnya pada
tahun 26 Maret 1991, Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay menandatangani
Treaty of Asunción dengan tujuan utamanya yaitu membentuk sebuah pasar
bersama di antara keempat negara tersebut42. Untuk membentuk pasar bersama
ini maka terdapat empat instrumen yang terdapat di Treaty of Asunción yang
harus dilaksanakan yaitu:
1. Liberalisasi perdagangan berupa pengurangan tarif secara progresif
dan penghapusan non-tariff barriers.

2. Koordinasi bertahap untuk kebijakan ekonomi bersama.

3. Pembentukan common external tariff.

Pada tahun 1991 sampai tahun 1994 merupakan masa transisi yaitu periode bagi
keempat negara tersebut untuk menerapkan ketiga kebijakan yang terdapat di

24
Treaty of Asunción. Pada tanggal 17 Desember 1994 masing-masing kepala
pemerintahan dari Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay menandatangani
perjanjian akhir di Oure Preto, Brasil. Dari perjanjian ini, kawasan perdagangan
bebas beroperasi pada 1 Januari 1995 dengan common external tariff sebesar 85%
dari kuantitas produksi negara tersebut. Terciptalah sebuah kawasan perdagangan
bebas di Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay.

Sebagai badan penyelesaian sengketa, di dalam Treaty of Asunción dibentuk


Common Market Group dan Council of the Common Market. Council of the
Common Market menyerupai European Commission yang menjadi institusi
penting dalam pengambilan keputusan. Badan ini terdiri dari menteri ekonomi
perdagangan dari keempat negara tersebut. Sedangkan Common Market Group
merupakan badan yang ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan keputusan-
keputusan yang telah dihasilkan oleh Council of the Common Market.

Untuk proses penyelesaian sengketa perdagangan antara negara-negara anggota


Mercosur, setiap negara diberikan waktu dan ruang untuk saling bernegosiasi
terlebih dahulu. Apabila gagal maka perundingan dilanjutkan ke Pengadilan
Arbitrase yang dibentuk Council of the Common Market. Apabila telah
diputuskan, Common Market Group akan menjamin pelaksanaan keputusan
pengadilan tersebut.

2.5.3.4 North American Free Trade Agreement (NAFTA)

NAFTA merupakan suatu bentuk organisasi kerjasama perdagangan bebas


negara-negara Amerika Utara: Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Pada
hakekatnya NAFTA telah terbentuk sejak tahun 1988, karena sejak tahun tersebut
telah dimulai kerjasama pedagangan bebas antara Amerika Serikat dan Kanada.
Pada saat itu kerjasama ekonomi antara Kanada dan Amerika tersebut masih
bersifat bilateral, dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian Kanada yang
semakin memburuk diakibatkan meningkatnya pengangguran dan banyaknya

25
perusahaaan-perusahaan Kanada yang memindahkan investasi ke Amerika
Serikat.
Pada dasarnya NAFTA merupakan organisasi yang menjanjikan kemudahan bagi
negara-negara persertanya di bidang ekonomi, mulai dari diberikannya
pembebasan tarif bea masuk bagi komoditi-komoditi tertentu hingga adanya
perlakuan adil terhadap penanam modal asing yang akan menanamkan modalnya
di masing-masing negara peserta.

NAFTA didirikan pada tanggal 12 Agustus 1992 di Washington DC oleh wakil-


wakil dari pemerintahan Kanada serta pemerintahan tuan rumah yaitu Amerika
Serikat. Dan diresmikan pada tanggal 1 Januari 1994.

Saat masih direncanakan, NAFTA adalah topik yang sering diperdebatkan


diantara ketiga negara. Saat Presiden George Bush (yang berperan utama pada
perencanaan) dan Presiden Bill Clinton (yang membantu mempromosikan dan
mengimplementasikan NAFTA) mendukung perjanjian, milyuner Texas Roos
Perot dan politikal Pat Buchanan menentangnya. Banyak yang berfikir NAFTA
akan menyebabkan hilangnya pekerjaan di Amerika karena kebanyakan perusahan
berpindah ke utara dengan alasan murahnya tenaga kerja dan deregulasi pasar,
serta meningkatnya ekploitasi tenaga kerja dan pelanggaran hak asasi manusia.
Alasan lain adalah membantu menyelesaikan masalah ekonomi Meksiko dan
ketiga negara akan mendapat keuntungan dengan meningkatnya perdagangan.

Pakar lingkungan berpendapat dengan meningkatnya perdagangan akan


berdampak pula pada berkembangnya industri di Rio Grande yang akan
menyebabkan masalah polusi semakin bertambah. Pendukung NAFTA malah
berpendapat bahwa dengan diimplementasikannya perjanjian ini akan lebih
mudah mengatur dan memonitor polusi sepanjang perbatasan.

NAFTA menghilangkan semua batas-batas nontarif bagi perdagangan sektor


pertanian antara Amerika dan Meksiko. Ketentuan-ketentuan agrikultural

26
Amerika-Kanada (FTA, Free Trade Agreement) berdampak sejak 1989
digabungkan dengan NAFTA. Dengan ketentuan ini semua tarif pada
perdagangan sektor pertanian antara Kanada dan Amerika dicakup oleh tariff-rate
quotas (TRQ’s) dihapus sejak 1 Januari 1998.
Meksiko dan Kanada mencapai kesepakatan NAFTA bilateral yang terpisah pada
akses pasar bagi produk-produk sektor pertanian. Perjanjian Kanada-Meksiko
menghilangkan hampir semua tarif baik secara langsung atau selama 5, 10, 15
tahun. Tarif kedua negara tersebut berdampak pada perdagangan susu, ayam,
telur, dan gula.

2.5.3.5 Council of Mutual Economic Assistance (CMEA)

Integrasi ekonomi di Eropa Timur dan Uni Soviet diawali dengan dibentuknya
CMEA atau COMECON (Council of Mutual Economic Assistance) pada tahun
1949 oleh Uni Soviet. Dewan ini mencakup negara-negara komunis seperti
Bulgaria, Chekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, Rumania, Mongolia,
lalu Kuba, Korea Utara, dan Vietnam yang bergabung beberapa saat kemudian.
Tujuan didirikannya CMEA ini adalah untuk memisahkan diri dari perdagangan
Barat dan menciptakan kemandirian ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, tujuan
pokok lainnya adalah menutup kesenjangan dalam keseimbangan material
(material balance).
a. Transaksi Dagang Antar Anggota CMEA

Transaksi Internasional antar anggota CMEA diatur dan dikendalikan oleh


pemerintah melalui perusahaan dagang milik pemerintah (state trading
companies) yang masing-masing menguasai sektor industri tertentu. Dalam sistem
tersebut, barang yang boleh diekspor dan diimpor ditentukan oleh pemerintah
dimana barang yang boleh diimpor adalah barang yang tidak dapat diproduksi
dalam negeri.
Sistem seperti ini mengakibatkan harga-harga tidak ditentukan oleh kekuatan
pasar namun ditentukan oleh pemerintah. Perekonomian seperti itu disebut dengan

27
perekonomian yang terencana secara terpusat (centrally planned economies).
Centrally planned ecomonies mengutamakan kemandirian dancenderung
menganggap perdagangan yang bebas dan terbuka yang bebas dan sifat negatif.
Namun, perekonomian ini juga tetap mengambil manfaat dari perdagangan
tersebut dalam mengatasi kesenjangan dalam keseimbangan material.

b. Perjanjian Bilateral

Perdagangan antar anggota CMEA didasarkan pada perjanjian bilateral (bilateral


agreements). Transaksi dilakukan secara borongan (bulk purchasing) dimana
suatu Negara membeli suatu komoditi dalam jumlah tertentu selama satu atau
beberapa tahun dari salah satu mitra dagangnya dengan harga yang tetap. Hal
tersebut diterapkan karena dapat memudahkan pelaksanaan perencanaan jangka
panjang.
Praktek perjanjian bilateral yang sering dilakukan dalam CMEA adalah
perdagangan barter (barter trade) dan perdagangan seimbang (counter trade).
Perdagangan barter dilakukan dengan cara menukarkan komoditi/barang dengan
berang lain tanpa perantara uang. Sedangkan perdagangan seimbang diakukan
dengan cara melakukan penyeimbangan antara nilai komoditi yang diekspor dan
komoditi yang diimpor dengan tujuan agar tidak tercipta surplus ataupun defisit
(besarya nilai komoditi yang diekspor harus sama besar dengan nilai komoditi
yang diimpor.

c. Restrukturisasi

Pada tahun 1989, CMEA mulai runtuh. Apalagi dengan bubarnya Uni Soviet pada
tahun 1991. Hal itu diakibatkan serangkaian kegagalan perekonomian akibat
lemahnya sistem perencanaan terpusat yang selama ini diterapkan CMEA.
Sekarang, Negara-negara bekas anggota CMEA itu tengah berupaya
merestrukturisasi perekonomian mereka menuju perdagangan internasional yang

28
didasarkan pada mekanisme pasar. Pengembangan yang dilakukan Negara-negara
tersebut antara lain :

– Pembebasan tingkat harga dan upah dari kuasa pemerintah.


– Program swastanisasi perekonomian secara keseluruhan.
– Menerapkan perekonomian bebas dan terbuka (penerapan mekanisme pasar).
– Pembetukan keseluruhan kerangka kerja hukum dan institutional yang
diperlukan untuk memperlancar penerapan perekonomian pasar.

2.6 Contoh Kasus dalam Perdagangan Bebas

2.6.1 Contoh Kasus dan penyelesaiannya


1. Kasus :
Indonesia pernah menjadi negara yang digugat oleh negara anggota WTO
lainnya, yaitu Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pada saat itu
permasalahannya adalah kebijakan Indonesia dalam program Mobil
Nasional yang dianggap telah memberikan kemudahan bagi industri mobil
nasional merupakan bentuk diskriminasi dan dengan demikian telah
melanggar ketentuan WTO yang terkait dan Persetujuan Trade Related
Investment Measures(TRIMs). .

Penyelesaian :
Dalam tahap DSB (Dispute Settlement Body) yang merupakan
penjelmaandari Dewan Umum atau General Council (GC), Panel yang
terdiri dari para ahli yang bertugas menelaah kasus atau keputusan pada
tingkat banding, memutuskan agar Indonesia menyesuaikan peraturannya
agar selaras dengan peraturan WTO.

2. Kasus :
Indonesia juga memiliki pengalaman menjadi pihak ketiga (third party)
bersama dengan beberapa anggota WTO dalam sengketa antara Uni Eropa
menghadapi Argentina (tergugat) dimana dalam kasus ini Argentina

29
dianggap melakukan diskriminasi dengan menetapkan tindakan safeguard
berupa pembatasan impor produk alas kaki (footwear) yang berasal dari
beberapa negara anggota WTO4, termasuk Indonesia yang merupakan
eksportir utama produk alas kaki ke Argentina merasa dirugikan karena
dikenakan tambah-an bea masuk (specific duty) sedang-kan negara-negara
Mercosur (Brazil, Uruguay, Paraguay) tidak dikenakan tindakan safeguard.

Penyelesaian :
Argentina akhirnya melakukan penyesuaian aturannya mengenai safeguard.

3. Kasus :
Di samping itu, Indonesia bersama-sama dengan beberapa anggota WTO
lainnya yaitu Canada, Mexico, Jepang, Brasil, India, Thailand, Chile, Korea
Selatan dan European Union menggugat Amerika Serikat dalam kasus US –
Continued Dumping and Subsidy Offset Act of 2000” (US – CDSOA).
Dalam kasus tersebut Indonesia bersama dengan negara lainnya
menganggap kebijakan yang diterapkan Amerika Serikat dalam US –
CDSOA bertentangan dengan prinsip-prinsip yang disepakati dalam
Agreement WTO tentang anti dumping (Anti Dumping Agreement/AD
Agreement) dan anti subsidi (Subsidy and Countervailing Measures
Agreement/ASCM Agreement).

Penyelesaiaan :
Kasus ini kemudian dibawa ke sidang Panel pada tahun 2001. Dalam
keputusannya Panel merekomendasikan kepada DSB untuk meminta AS
agar menyesuaikan peraturannya dengan persetujuan-persetujuan WTO
dengan cara mencabut kebijakan US – CDSOA. Terhadap keputusan Panel
tersebut, AS mengajukan banding ke Appelate Body. Dalam keputusannya
di tahun 2003, Appelate Body juga merekomendasikan AS agar melakukan
penyesuaian dengan mengadakan perubahan kebijakan terkait dengan US –
CDSOA atau yang juga dikenal dengan Byrd Amendment agar konsisten

30
dengan ketentuan WTO. Hal ini dilakukan karena Appelate Body juga
memutuskan bahwa Byrd Amendment tidak konsisten dengan persetujuan-
persetujuan WTO.

Contoh Kegiatan Perdagangan Bebas

1). perjanjian antara negara negara amerika utara North America Free Trade Area
(NAFTA) yang kalau tidak salah beranggotakan amerika serikat kanada dan
mexico (meskipun mexsiko itu adalah negara amerika tengah namun politiknya
menjurus ke amerika )

2).perjanjian antara negara negara amerika tengah Central America Free Trade
area (CAFTA) yang beranggotakan ex savador ,guatemala dll

3). perjanjian antar negara asean AFTA (ASEAN Free Trade Area) perjanjian
antar anggota asean jadi antar anggota harus membebaskan biaya perdagangan
antar sesama anggota

4). perjanjian antara asean dengan china (asean china free trade area) “kalau tidak
salah namanya” yaitu dimana setiap produk yang di export ke china akan ada
bebas bea masuk dan begitu juga sebaliknya ke neagara anggota asean

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis


posisi atau tahapan perkembangan suatu produk. ISP ini dapat
menggambarkan apakah untuk suatu jenis produk, Indonesia cenderung
menjadi negara eksportir atau importir. Secara matematika, ISP dapat
dirumuskan sebagai berikut:

2. Dua alasan utama mengapa perdagangan internasional memiliki efek yang


kuat pada distribusi pendapatan. Pertama, sumber daya tidak dapat
bergerak segera atau costlessly dari satu industri yang lain. Kedua, industri
berbeda dalam faktor-faktor produksi menuntut: Perubahan dalam
campuran barang yang diproduksi negara, biasanya akan mengurangi
permintaan untuk beberapa faktor produksi, sementara meningkatkan
permintaan bagi orang lain.
3. Tarif (bea) adalah suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah
pabean. Pungutan tarif diadakan untuk membatasi kebebasan perdagangan
dan mengisi kas negara, dengan alasan untuk melindungi industri-industri
yang baru tumbuh. Jenis-jenis tarif, di antaranya terdiri atas tarif bea
ekspor, bea transito, dan bea impor.
4. Kuota merupakan kebijakan dalam perdagangan internasional dengan cara
membatasi terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan keluar (kuota
ekspor). Selain untuk melindungi produk dalam negeri, kuota juga
bertujuan memperbaiki kondisi neraca pembayaran.

32
5. Sebuah zona perdagangan bebas atau zona pemrosesan ekspor adalah
satu atau beberapa negara di mana bea dan kuota dihapuskan dan
kebutuhan akan birokrasi direndahkan dalam rangka menarik perusahaan-
perusahaan dengan menambahkan insentif untuk melakukan usaha di sana.

33
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulantugasnovan.blogspot.co.id/2015/10/tugas-zona-perdagangan-
bebas.html

Parthiana, I Wayan, Hukum Perjanjian Internasional Bagian 1, Bandung, PT.


Mandar Maju, 2002.

http://www.academia.edu/5373323/Makalah_Hukum_Perjanjian_Internasional

34

Anda mungkin juga menyukai