Kelompok 2
1. Dewi Sartika 12210324
2. Anggi Dwi Prananca 12210329
3. Nina Amelina 12210458
4. Siti Qoriah Ambarwati 12210533
5. Hilalah Hindun 12210461
6. Chelsea Dinda Azzahra 12210304
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
merupakan hasil kerja kelompok kami dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn), yang membahas tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggali berbagai sumber daya, referensi,
dan diskusi kelompok untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai tema
yang diangkat. Mata kuliah PKn memberikan wawasan yang luas mengenai konsep dan
nilai-nilai kewarganegaraan, hukum, serta kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat.
Makalah ini terdiri dari beberapa subtema, yang masing-masing membahas isu-isu
aktual yang terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kami berharap bahwa
makalah ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan wawasan yang bermanfaat bagi
pembaca, serta dapat menjadi bahan referensi yang relevan dalam memahami dinamika
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di era kontemporer.
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah
PKn yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses pembuatan makalah ini.
Serta kepada teman-teman kelompok yang telah bekerja sama dengan penuh dedikasi untuk
menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi tambahan sumbangsih pemikiran dan wawasan
dalam memahami dan menjalani peran sebagai warga negara yang baik dan bertanggung
jawab. Terima kasih
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang
sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan
kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM
pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah
tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu
juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur
Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
1
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
2
Mendukung Perkembangan Hukum dan Kebijakan :
➢ Meneliti perkembangan hukum dan kebijakan terkait HAM di tingkat lokal,
nasional, dan internasional.
➢ Memberikan rekomendasi konstruktif untuk perbaikan atau pembaharuan dalam
kerangka hukum dan kebijakan yang ada.
Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan HAM :
➢ Menganalisis efektivitas program-program pendidikan dan kesadaran HAM
yang ada.
➢ Mengembangkan strategi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
hak-hak asasi manusia dan pentingnya menghormatinya.
Mengembangkan Inovasi dalam Perlindungan HAM :
➢ Mengevaluasi inovasi teknologi dan metode dalam pemantauan dan
perlindungan HAM.
➢ Mengusulkan dan mengembangkan pendekatan baru untuk mengatasi tantangan
dalam melindungi dan memajukan HAM.
Memberikan Kontribusi pada Pengembangan Kebijakan :
➢ Menyumbangkan temuan dan rekomendasi penelitian untuk mendukung
pengembangan kebijakan yang berfokus pada perlindungan dan pemajuan HAM.
➢ Berpartisipasi dalam dialog dan advokasi untuk mempromosikan perubahan
positif dalam kebijakan dan praktik-praktik HAM.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap ekspansi dan komitmen dalam agenda-
agenda global hak asasi manusia yaitu :
a. Pembentukan institusi global yang peduli terhadap perlindungan hak asasi
manusia.
b. Semakin diterimanya hak interdependen dan indivisibility, di mana pelanggaran
hak asasi dalam suatu negara akan berimplikasi terhadap orang di negara lain.
c. Penekanan terhadap penegakan demokrasi yang dianggap penting untuk
mewujudkan perdamaian internasional.
d. Pandangan bahwa kepedulian terhadap hak asasi manusia difasilitasi oleh
perkembangan ekonomi yang berbasis pasar.
e. Efektivitas aktor nonnegara.
Konsep hak asasi manusia secara signifikan semakin dikuatkan dengan
kemunculan NGO multilateral yang peduli terhadap penegakan hak asasi manusia.
Contohnya adalah Amnesty International, Human Rights Watch, dan institusi
internasional yang berbasis pada hak asasi manusia seperti International Criminal
Court dan United States Commission on Human Right. Peran institusi dan NGO dalam
penegakan hak asasi manusia tidak dapat dipungkiri justru lebih signifikan
dibandingkan peran negara, misalnya Human Rights Watch (HRW). HRW adalah
organisasi hak asasi manusia nonpemerintahan yang nonprofit. HRW memiliki staf
sebanyak lebih dari 275 di seluruh dunia yang mereka sebut sebagai defender yang
memiliki keahlian di bidang masing-masing seperti pengacara, jurnalis, akademisi dari
berbagai studi dan kebangsaan. HRW, yang didirikan pada tahun 1978, terkenal
dengan penemuan fakta yang akurat, laporan yang nonparsial, penggunaan efektif
terhadap media, dan memiliki target advokasi. Setiap tahunnya, HRW
mempublikasikan lebih dari 100 laporan tentang kondisi hak asasi manusia di berbagai
negara. HRW mengadakan pertemuan dengan pemerintah negara yang bersangkutan,
PBB, kelompok regional seperti Uni Afrika atau Uni Eropa, institusi finansial, dan
perusahaan untuk menekan agar terjadi perubahan kebijakan yang membantu
penegakan hak asasi manusia dan keadilan di seluruh dunia.
5
2.1.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia
A. Hak Asasi Manusia Era Orde Lama
Orde lama dalam hal ini di maksudkan sebagai sistem pemerintahan di
bawah kepemimipinan Presiden Soekarno sejak tahun 1945-1967. Dalam
periode itu telah terjadi kasus kasus pelanggaran yang bersifat hak asasi manusia
dan adanya kebijakan-kebijakan yang dinilai banyak terjadi kepentingan-
kepentingan Soekarno, yang sejak mudanya menganut pendirian bahwa
kekuasaan rakyat Indonesia bertumpu pada kombinasi kekuatan Idiologi
Nasionalisme, Islamisme dan Komunisme, yang kemudian mengkeristalkanya
dalam doktrin Nasakom yang meresapi hampir seluruh kebijakan pemerintahan
setelah Soekarno menjadi Presiden ditinjau dari konteks sejarah, obsesi presiden
Soekarno mengenai paradigma Nasakom. Pendiriannya dalam hal ini yang
sedemikian kuatnya, sehingga amat sukar bagi Soekarno untuk menerima
kenyataan bahwa terdapat banyak indikasi yang menunjukan bahwa partai yang
dipuji-pujinya itu di duga keras berada dibalik rangkaian kekerasan massa antara
tahun 1959-1965 dan juga merancang pembunuhan beberapa pimpinan TNI
angkatan darat pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Karna adanya peristiwa
tersebut, MPR-S, yang berdasar Undang-undang Dasar 1945 merupakan
pemegang kedaulatan tertinggi di dalam suatu negara. Tidak dapat dihindarkan
bahwa suatu konflik konstitusional dan konflik politik akan terjadi, yang
kemudian berakhir dengan dicabutnya kekuasaan pemerintah Negara dari
Presiden Soekarno. Selain itu, MPR-S juga memerintahkan kepada Letjen. TNI
Soeharto untuk melakukan proses hukum terhadap Ir Soekarno dengan berbagai
Pertimbangan proses hukuman itu dilaksanakan antara lain mengingat posisi
sejarah Soekarno sebagai seorang proklamator kemerdekaan Republik
Indonesia, sehingga sampai saat ini seberapa jauh keterlibatan Soeharto dalam
pristiwa teragis 1965-1968 tersebut.
B. Hak Asasi Manusia Era Orde Baru
Konfigurasi kehidupan demokrasi pada masa Orde Baru sebenernya
bersifat paradoxs dan ambigu. Dalam tataran konseptual tampaknya pemrintah
presiden Soeharto menyelenggarakan tata pemerintahan yang demokratis. Akan
6
tetapi bila dilihat secara empiris, dalam praktiknya system pemerintahan Orde
Baru bersifat totaliter yang bertentangan dengan nilai-nilai universal demokrasi.
Sistem politik yang kuat dan bersifat militerstik telah mampu menopang
pembangunan ekonomi dan nation building selama lebih dari 30 tahun. Pada
tahap awal pembangunan Orde Baru banyak yang menilai sebagai era baru
kebebasan politik. Pada awal orde baru disebut-sebut sebagai bulan madu antara
Negara dengan masyarakat. Namun perkembanggan ini tidak berlangsung lama.
Sistem politik Orde Baru secara perlahan mulai berubah, sejak Golkar, partai
politik yang dimotori pemerintah, memenangkan pemilu secara mayoritas pada
tahun 1971, perilaku politik pemerintah mulai menunjukan regulasi politik yang
ketat. Ketidakpuasan di kalangan masyarakat mulai muncul, terutama melihat
proses pembangunan ekonomi yang kapitalis dengan masuknya modal asing.
Sejak itu perkembangan politik mengalami reprensi, dan baru mulai menunjukan
perkembangan yang membaik pada tahun 1980-an. Pada rezim ini kita dapat
menganalisis pola implementasi Hak Asasi Manusia (HAM). dalam era Orde
Baru banyak persepsi buruk terutama dalam hal kebebasan berpendapat, dari
setiap individual baik para tokoh politik atau aktivis yang muncul pada era itu.
Pandangan yang muncul Perkembangan ini beragam mulai dari adanya
diskriminatif terhadap ide dan gagasan yang muncul dan di anggap bertolak
belakang dengan paham pemerintahan pada saat itu maka gerakan tersebut
dianggap makar dan bertentangan. Pada rezim orde baru ini hukum dijadikan
alat kontrol untuk mempertahankan kekuasaan, ekses dari kebijakan tersebut
timbulnya sikap skeptis dari masyarakat . keadilan sangat sulit ditemukan.
kondisi menjadi bertolak benakang dengan cita-cita Negara hukum, yaitu cita
keadilan, cita ketertiban, dan cita-cita kepastian.
C. Hak Asasi Manusia Era Reformasi
Arus reformasi yang bergulir di indonesia pada tahun 1998 yaitu ditandai
dengan runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32
tahun, telah membuka koridor bagi penegak hukum dan hak asasi manusia.
Penegakan HAM menjadi salah satu agenda utama di era reformasi. Gerakan
masyarakat sipil yang mengusung pentingnya penegakan HAM berdampingan
dengan proses demokratisasi telah mampu diwujudkan dalam berbagai produk
7
hukum dan konsep kebijakan pemerintah melalui Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia. Cita-cita yang diinginkan adalah penyelesaian berbagai
pelanggaran HAM masa lalu, mencegah terjadinya pengulangan pelanggaran
HAM, serta memenuhi dan memajukan HAM sebagaimana diamanatkan oleh
konstitusi Sebagaimana telah disinggung diawal arus reformasi yang terjadi di
Indonesia telah membawa pengaruh bagi terbentuknya koridor pembaharuan
hukum dan penegakan HAM. Terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau
masyarakat madani, penggunaan istilah masyarakat madani dalam ranah
masyarakat yang demokratis lebih memiliki makna dalam, terlebih lagi dalam
mengangkat harkat dan martabat manusia, selain itu, sivil society sangat penting.
Dalam menggambarkan dan mendeskripsikan penegakan HAM di Indonesia.
Orde reformasi yang dimulai tahun 1998 berusaha menegakan HAM dengan
jalan membuat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan HAM
sebagai rambu-rambu. Seperti UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Ratifikasi Terhadap instrumen Internasional tentang HAM, UU No. 26
Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, yang memungkinkan dibukanya kembali
kasus kasus pelanggaran HAM berat dimasa lalu, serta pemberantasan praktik
KKN.
8
manusia terhadap rancangan peraturan perundang-undangan. Meskipun sudah ada
peraturan undang-undang mengenai Hak Asasi Manusia, masih banyak pelanggaran
yang terjadi, seperti pelanggaran HAM berat. Pemerintah tentu memiliki tanggung
jawab dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia yang
penyelesaiannya melalui proses rekonsiliasi, meskipun hingga sekarang masih belum
terselesaikan. Penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi tersebut memerlukan adanya
political will supaya tidak menjadi beban sejarah. Atas dasar pertimbangan
sebagaimana tersebut, dan dalam rangka melaksanakan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia, perlu membentuk Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia.
Dasar hukum undang-undang ini adalah : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),
Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat
(3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : hak untuk hidup dan hak untuk
tidak kehilangan paksa dan/atau tidak dihilangkan nyawa, hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, hak anak, dan hak atas kebebasan beragama. Selain
mengatur hak asasi manusia, diatur pula mengenai kewajiban dasar, serta tugas dan
tanggung jawab pemerintah dalam penegakan hak asasi manusia. Diatur mengenai
Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri yang
mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi
manusia. diatur pula tentang partisipasi masyarakat berupa pengaduan dan/atau
gugatan atas pelanggaran hak asasi manusia, pengajuan usulan mengenai perumusan
kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM, penelitian,
pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.
9
disengaja maupun tidak disengaja, atau kelalaian, membatasi, dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini,
dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Walaupun perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan pernyataan
terkait HAM dan telah menyusun serangkaian aturan untuk melindungi setiap individu
di seluruh negara, nyatanya masih ada ditemukan sejumlah pelanggaran HAM di
negara-negara tertentu di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pelanggaran HAM yang banyak terjadi tak selaras dengan isi UU Nomor 39
Tahun 1999 yang menyebut bahwa HAM adalah sesuatu yang seharusnya dilindungi,
dijaga, serta dijunjung tinggi oleh setiap individu. Sebaliknya, seseorang pun harus
bisa melindungi dan menghormati hak orang lain.
2.3.1 Kasus Pelanggaran HAM Di Indonesia :
1. Tragedi G30S/PKI
Kasus ini berhubungan dengan terbunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa
30 September 1965 (G30S/PKI), pemerintahan Orde Baru menuding PKI
sebagai biang keroknya. Saat itu, pemerintah melakukan operasi pembersihan
PKI dan simpatisannya untuk membubarkan organisasi komunis tersebut.
2. Penembakan Misterius (Petrus) tahun 1982-1985
Kasus penembakan misterius (Petrus) alias operasi clurit merupakan
operasi rahasia yang dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Operasi ini diadakan dengan dalih untuk menekan tingkat kejahatan yang begitu
tinggi pada saat itu. Hingga saat ini, pelakunya tidak pernah tertangkap dan tidak
pernah diadili.
3. Tragedi Talangsari (1989)
Tragedi Talangsari terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989. Pada masa
tersebut Soeharto mengadakan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila(P-4). Program ini menyasar masyarakat Islam yang kritis terhadap
pemerintahan Orde Baru. Akhirnya hal tersebut memancing reaksi kelompok
Islam di Indonesia, termasuk kelompok Warsidi di Lampung yang dituduh
radikal dan mendapat perlakuan represif dari militer serta polisi yang
10
menyebabkan tragedi pembantaian. Dalam tragedi tersebut, diketahui ada sekitar
130 orang tewas dan 229 dianiaya.
4. Pembunuhan Marsinah (1993)
Marsinah adalah seorang buruh pabrik dan ditemukan tewas karena
penyiksaan. Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-rekannya
melakukan demonstrasi karena pabrik tempatnya bekerja tidak menaikkan upah
sesuai edaran gubernur Jawa Timur. 13 teman Marsinah ditangkap Kodim
Sidoarjo atas tuduhan penghasutan kepada para buruh agar tidak masuk kerja.
Rekan-rekannya dipaksa untuk mengundurkan diri. Marsinah pun datang
ke Kodim untuk menanyakan di mana keberadaan rekan-rekannya. Tapi malam
harinya, Marsinah menghilang dan tidak ada yang tahu keberadaannya kemudian
baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan meninggal.
Berdasarkan hasil autopsi ia mengalami penyiksaan berat.
5. Tragedi Universitas Trisakti 12 Mei 1998
Tragedi Trisakti merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM di
Indonesia yang selalu dikenang. Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa
penembakan terhadap mahasiswa demonstran di Trisakti yang menuntut
Soeharto turun dari jabatan presiden. Empat orang mahasiswa yang tewas dalam
tragedi tersebut, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie,
dan Hery Hartanto. Tragedi ini dikenal juga dengan sebutan tragedi Mei 1998.
6. Pembunuhan Munir (2004)
Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis HAM yang membela
keluarga korban Penculikan Aktivis 97/98. Pada tahun 2004, Munir ditemukan
tewas dalam pesawat tujuan Amsterdam akibat diracun menggunakan senyawa
arsenik. Kasus Pembunuhan Munir merupakan kasus pelanggaran HAM yang
dianggap belum terselesaikan karena masih menjadi misteri hingga saat ini.
11
waktu 1941-1945. Menurut catatan sejarah, setidaknya Nazi sudah membantai
sekitar 6 juta orang Yahudi pada tahun-tahun pemerintahannya.
2. Rezim Benito Mussolini di Italia
Rezim otoriter pernah berkuasa di Italia sejak 1924. Tokoh utamanya
adalah Benito Mussolini, pemimpin faham fasisme di Italia. Mussolini
memerintah di Italia dalam periode 1924-1943. Selama 19 tahun masa
pemerintahannya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin otoriter dan tidak segan
membunuh orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Kekejaman Mussolini
ini berlaku kepada siapa pun tanpa pandang bulu.
3. Kekerasan Etnis Rohingya Myanmar
Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyebut adanya pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar. Tudingan itu bukannya tidak
berdasar. Adanya bukti temuan sejumlah kuburan masal pada Februari 2018,
tindak perkosaan terhadap perempuan etnis Rohingya, pembakaran rumah-
rumah penduduk dan pencabutan hak-hak dasar etnis Rohingya menjadikan hal
ini termasuk dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia golongan berat.
(DNR)
12
Perkembangan hak asasi manusia terjadi diseluruh dunia, termasuk juga di
Asia yang merupakan benua di mana negara Indonesia berdiri. Perkembangan hak
asasi manusia di Asia belum mempunyai piagam tentang hak asasi manusia seperti
negara-negara Eropa, Afrika, maupun Amerika. Kuatnya tradisi dan agama-agama
besar di kebanyakan negara-negara Asia menjadi alasan mengapa tidak
adanya piagam, selain itu pengaruh agama dan tradisi menjadi pengaruh bagi
pola pikir/pola tindak dan juga sikap sebagian besar dari negara-negara
yang ada di Asia. Langkah-langkah yuridis yang diambil untuk mempercepat
penghormatan atas hak asasi manusia yaitu, pada tahun 1928 di New Delhi
pernah diselenggarakan Seminar on Approaches to Human Rights in Asia
yang diselengarakan olehUnited Nation University-Tokyo, Unesco-Paris dan
Centre for Human Rights Education and Research New Delhi, dalam seminar ini
diambil beberapa kesimpulan yaitu, hubungan hak asasi manusia dengan
kemiskinan, antara lain ditegaskan tentang peranan negara danlembaga sosial
dalam mengawasi pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hak asasi
manusia dalam masyarakat tidak mampu dalam dimensi regional dan
internasional, dan hubungan antara gerakan kemerdekaan dan hak menentukan
nasibnya sendiri dalam menegakkanhak asasi manusia.10Simpulan yang
selanjutnya adalah hubungan hak asasi manusia, kebudayaan, dan tradisi
keagamaan yang mana hubungannya adalah bagaimana cita-cita atau ide agam,
tradisi, budaya dalam konsep yang terkait dengan hak asasi manusia dan
relevan kesatuan sistem hukum dalam mengembangkan kelompok budaya atau
agama dalam rangka menghormati hak-haknya.Simpulan yang ketiga yaitu hak asasi
manusia dalam rangka sistem keimanan Asia yang meliputi, bagaimana peranan
IPTEK dalam menjawab HAM agar dapat terjaminnya dengan baik, mempelajarai
proses militarisasi dan otokrasi di Asia, mengembangkan hubungan hukum
hak asasi manusia dengan hukum humaniter daam rangka menggalakkan hak asasi
manusia, disusun beberapa rekomendasi, baik ditunjukkan kepada UNESCO
maupun UNO.
Upaya yang kedua yaitu Singapore White Paper on Shared Vaues tahun
1991. Hal ini lahir karena adanya anggapan bahwa generasi muda Singapura
perlu ideologi sebagai pegangan yang dapat diterima oleh semua golongan
13
masyarakat karena tidak bertentangan dengan agam dan juga tradisi masing-
masing golongan. Singapore White Paper on Shared Vaues ini diterima pada Januari
1991, terdapat lima nilai yang terkandung di dalamnya yaitu kepentingan negara
di atas kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi, keluarga sebagai
kesatuan dasar masyarakat, dukungan komunitas serta respek untuk individu,
konsensus bukan konflik, dan harmoni rasial dan religius. Upaya selanjutnya
yaitu, tanggal 26-28Januari 1993 diselenggarakan satu lokakarya tentang hak
asasi manusia di Asia Pasifik, pada bulan April 1993 diselenggarakan konferensi
HAM untuk kawasan Asia Pasifik di Bangkok dan berhasil menyusun satu
deklarasi, yang diberi nama deklarasi Bangkok. Upaya yang terakhir adalah
terbentuknya badan HAM ASEAN.
14
negara Indonesia sangat dijunjung tinggi, karena merupakan salah satu ciri dari
negara Indonesia sebagai negara hukum yang selalu menjaga harkat dan martabat
dari rakyat Indonesia. Oleh karena itu, penegakan dan perlindungan HAM
di Indonesia sangat dijaga dan dijunjung tinggi. Penegakan dan perlindungan
hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan pada tanggal 06 Nomber 2000,
di mana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)mengesahkan Undang-undang Nomor 26
Tahun 2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diundangkan
pada tanggal 23 November 2000. Undang-undang ini menjadi dasar
adanya pengadilan hak asasi manusia yang berwenang mengadili para pelaku
pelanggaran hak asasi manusia berat.
Selain kelengkapan dari peraturan perundang-undangan penegak hukum
juga menjadi penentu dari penegakan hukum hak asasi manusia di Indonesia,
salah satunya adalah Mahkamah Konstitusi (MK). Putusan Mahkamah Konstitusi
dapat mempengaruhi pelaksanaan penegakanhak asasi manusia, diantaranya yaitu
Putusan No 011-017/PUU-VIII/2003 tentang pengujian Undang-Undang No
12/2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Putusan No 6-
13-20/PUU-VIII/2010 tentang pengujian Undang-Undang No 16 tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia, Putusan No 55/PUU-VIII/2010 tentang pengujian
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Putusan No
27/PUU-IX/2011 tentang pengujian Undang-Undang No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
Pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia berat yang terjadi di
Indonesia kebanyakan dilakukan oleh rezim pemerintahan diantara lain yaitu,
pembunuhan masal yang dilakukan oleh G-30SPKI pada tahun 1965-1966,
pelanggaran hak asasi di Aceh dan Papua, penculikan dan pembunuhan
misterius yang dikenal dengan Petrus, kasus Tanjung Priok, kasus Warsidi di
Lampung, kasus penculikan aktivis demokratis, dan pelanggaran hak asasi
manusia di Timor Timur setelah adanya jajak Pendapat.
Upaya yang dilakukan oleh negara Indonesia dalam penegakan hak asasi
manusia dapat ditempuh melalui penyempurnaan produk-produk hukum dan
perundang-undangan tentang hak asasi manusia, melakukan inventarisasi,
15
mengevaluasi dan mengkaji semua produk hukum, KUHAP, KUHP yang tidak
sesuai dengan hak asasi manusia, mengembangkan kapasitas kelembagaan pada
instansi-instansi peradilan dan instansi lainnya yang berhubungan dengan
peradilan dan penegakan hak asasi manusia, sosialisasi tentang pentingnya hak asasi
manusia kepada masyarakat, dan kerjasama perlindungan hukum dengan segala aspek
dan lapisan masyarakat.
16
dan kebersamaan. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan mengandung arti suatu pemerintahan rakyat
dengan melalui badan-badan tertentu dalam menetapkan sesuatu peraturan
ditempuh dengan adanya jalan musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran
dari Tuhan dan putusan akal harus sesuai dengan rasa kemanusiaan yang
memperhatikan serta mempertimbangkan kehendak rakyat untuk mencapai
kesejahteraan. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, makna yang
terkandung dalam sila ini adalah suatu tata masyarakat adil dan makmur
sejahtera lahirlah batiniah sehingga setiap warga negara mendapat segala sesuatu
yang telah menjadi haknya sesuai dengan essensi adil dan beradab.
Hak asasi manusia merupakan perwujudan dari sila Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hak asasi sangat di hormati dan dijunjung tinggi oleh nilai-
nilai pancasila khususnya nilai sila ke dua, yangmana rasa sikap toleransi dan
saling menghormati merupakan kebiasaan bangsa Indonesia yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia.hak asasi manusia sebagai
perwujudan sila yang kedua menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukannya yang sama. Setiap manusia mempunyai kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapatkan jaminan dan perlindungan undang-undang.Hak
asasi manusia sebagai perwujudan sila yang kedua menempatkan manusia
pada mana ia harus mendapatkan kedudukan yang sama terutama di
bidang hukum, karena negara Indonesia merupakan negara hukum. Seperti apa yang
dijelaskan, sebagai negara hukumhak asasi manusia sangat dihargai dan erlu
ditegakkan di dalam pelaksanaan kenegaraan. Penegakan hak asasi manusia apabila
terealisasi akan mewujudkan nilai dari sila yang kedua. Apabila penegakan hak
asasi manusia terealisasi maka kehidupan masyarakat Indonesia dapat dipastikan
akan sejahtera dan tidak akan ada keresahan yang timbul karena adanya pelanggaran
hak asasi manusia. Hal ini selaras dengan apa yang telah di bahas dalam
pasal 28 a-j, bahwa terdapat semua hak-hak dasar manusia sebagai manusia
seutuhnya.
Penegakan hak asasi manusia merupakan perwujudan dari sila kemanusiaan
yang beradap yang memberikan kesamaan perlakuan dan harkat martabat kepada
semua masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, tanpa melihat apa jabatan, apa
17
warna kulit, apa agamanya, dan masih banyak lagi. Penegakan hak asasi
manusia dapat ditegakkan dengan diperkuatnya karakter rakyat sebagai faktor
penting penegakan hak asasi manusia di Indonesia dengan nilai-nilai sila
Pancasila. Apabila ditelaah lebih secara lebih dalam hak asasi manusia dapat
tercermin dalam setiap nilai-nilai dari sila-sila pancasila. Mulai dari kebebasan
memluk agama, hak untuk mendapatkan kehormatan dari manusia lainnya, hak untuk
ikut mepersatukan bangsa, hak untuk kebebasan mengemukakan pendapat dan juga
hak untuk mendapatkan keadilan tanpa terkecuali. Apabila penegakan hukum
hak asasi manusia di Indonesia tidak ditegakkan kekacauan akan terjadi
dimana-mana, dan juga tidak akan adanya peri kemanusiaan yang dijunjung
tinggi oleh bangsa Indonesia.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM)
merupakan konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa setiap individu
memiliki hak-hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. HAM bersifat
universal, tidak dapat dicabut atau dibagi-bagi, dan diakui kapanpun, dimanapun, serta
kepada siapapun. Konsep HAM dapat dilandaskan pada keyakinan akan pemberian
hak secara alamiah oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Perkembangan HAM di
tingkat global menunjukkan bahwa perlindungan HAM tidak lagi hanya menjadi isu
nasional, melainkan juga menjadi bagian integral dari kekuatan politik, ekonomi, dan
budaya dalam era globalisasi.
3.2 Saran
1. Penguatan Sistem Hukum : Perlu dilakukan penguatan sistem hukum di
Indonesia untuk memastikan bahwa pelanggaran HAM mendapatkan penanganan
yang tegas dan adil. Reformasi di bidang hukum menjadi krusial agar keadilan
dapat ditegakkan dengan baik.
2. Peningkatan Kesadaran Masyarakat : Peningkatan kesadaran masyarakat
mengenai HAM perlu terus digencarkan. Edukasi dan sosialisasi tentang hak-hak
asasi manusia seharusnya menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan
nasional.
19
3. Keterlibatan Aktif Organisasi dan Lembaga HAM : Organisasi dan lembaga
HAM, seperti Komnas HAM, perlu terus aktif dalam melakukan pemantauan,
penyelidikan, dan advokasi terhadap pelanggaran HAM. Dukungan penuh dari
pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan.
4. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas : Pemerintah seharusnya lebih
transparan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Keterbukaan dan
akuntabilitas dalam proses penanganan kasus akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap institusi hukum.
5. Kerjasama Internasional : Peningkatan kerjasama dengan lembaga dan
organisasi HAM internasional dapat menjadi langkah penting. Hal ini dapat
memberikan tekanan positif dan bantuan dalam penanganan kasus pelanggaran
HAM.
Dengan implementasi saran-saran ini, diharapkan Indonesia dapat mengatasi
tantangan dalam penegakan dan perlindungan Hak Asasi Manusia, menciptakan
masyarakat yang lebih adil, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (1999, September 23). Hak Asasi Manusia. Retrieved from dprri Website:
https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/440
Dermawan, N. R., & Boediningsih, W. (2023). Perkembangan HAM Di Indonesia
Dan Problematikanya. JURNAL SOSIAL HUMANIORA DAN PENDIDIKAN,
77-87.
Lestari, L. E., & Aripin, R. (2019). Penegakan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Di Indonesia Dalam Konteks Implementasi Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 2407-4276.
Perpustakaan Komnas Perempuan. (2023). Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat
Global. Jurnal Direktorat Jenderal Perlindungan HAM.
Septy Rahmadi, Peronita Situmeang, Srikarina br Ginting, Tati Krisnawati, &
Tiara Indah. (2019). Hak Asasi Manusia. Makalah Hak Asasi Manusia.
Setyowati, V. T., & Firdaus, S. U. (2022, June 30). Peraturan Perundang-Undangan
Sebagai Analisis Ham Atas Regulasi Dan Peran Pemerintah Dalam
Menyelesaikan Kasus Ham Berat Melalui Proses Rekonsiliasi. Jurnal
Demokrasi dan Ketahanan Nasional.
Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi
Manusia26k.Diakses 02 Desember 2011
21