Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN


ANALISA KASUS PELANGGARAN HAM TRAGEDI SEMANGGI 1
Dosen Pengampu : Nining Yurista Prawitasari,S.H.,M.H.

Disusun Oleh :
Nazmah Faradibah (2022204958)
Anggun Samosir (2022204984)
Elvina Oktaviani (2022204997)
Helga Divia Sari (2022204973)
Syabil Athailah (2022204960)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA PRATAMA
PROGRAM STUDI S1 MENEJEMEN

T.A GANJIL 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Kasus
Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Tragedi Semanggi 1”, dengan tepat waktu.

Dalam pembuatan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, yaitu:

1. Nining yurista prawitasari,S.H., M.H. selaku Dosen Mata Pelajaran Pancasila yang
telah memberi tugas makalah dan telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Tujuan membuat makalah ini untuk mempelajari kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia dan
tentang bagaimana memahami Pancasila sebagai ideologi negara,Kami menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat menulis makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Bekasi, 25 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
BAB 1....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
BAB 2....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
2.1. Pancasila Sebagai Ideologi Negara............................................................................................5
2.2. Pengertian HAM dan Pelanggaran HAM ..................................................................................5
2.3. Analisa Kasus Tragedi Semanggi 1............................................................................................7
BAB 3..................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................12
3.2. Saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSAKA............................................................................................................................13

2
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan
sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita
sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”. Oleh karena itu tim
penyusun makalah akan membahas lebih lanjut mengenai Tragedi Semanggi itu
sendiri, Kejahatan Berat, kaitannya dengan HAM dan penanganan dari pemerintah
sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Jelaskan pancasila sebagai ideologi negara?
2. Apakah kasus di atas dapat kualifikasikan sebagai pelanggaran ham ?

3
1. Jelaskan pancasila sebagai ideologi negara?

Ideologi Pancasila memiliki pengertian yaitu nilai-nilai luhur budaya dan religius
bangsa Indonesia. Pancasila menjadi dasar negara dan ideologi negara. Jadi, pengertian Ideologi
pancasila merupakan kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila pancasila.
Sedangkan pengertian dasar negara itu sendiri adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar
negara yaitu suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Jika tidak ada dasar negara
didalam sebuah negara berarti negara tersebut tak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara, sehingga tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas, dan memudahkan
timbulnya kekacauan. Dasar negara sebagai peraturan hidup bernegara mengandung berbagai
cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara.

Sumber : https://ppkn.co.id/pancasila-sebagai-ideologi-negara/
( Di asas pada pada tanggal 26 Desember 2022 Pukul 14.00)

2. Apakah kasus di atas dapat kualifikasikan sebagai pelanggaran ham ?

Dua nilai kunci menjadi dasar konsep hak asasi manusia. Yang pertama adalah
“martabat manusia” dan yang kedua adalah “persamaan”. Hak asasi manusia sebenarnya adalah
definisi (percobaan) dari standar dasar yang diperlukan untuk kehidupan yang
bermartabat. Universalitas mereka berasal dari keyakinan bahwa orang harus diperlakukan
sama. Kedua nilai kunci ini hampir tidak kontroversial. Itulah sebabnya hak asasi manusia
didukung oleh hampir semua budaya dan agama di dunia. Orang-orang pada umumnya setuju
bahwa kekuasaan negara atau sekelompok individu tertentu tidak boleh tidak terbatas atau
sewenang-wenang. Tujuannya harus menjadi yurisdiksi yang menjunjung tinggi martabat
kemanusiaan semua individu dalam suatu negara.

Sumber : https://hukum.uma.ac.id/2020/09/17/apa-itu-hak-asasi-manusia/
( Di asas pada Tanggal 26 Desember 2022 Pukul 14.00)

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ideologi melibatkan berbagai
sumber seperti kebudayaan, agama. Ideologi yang bersumber dari kebudayaan
meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan,
sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem
teknologi dan peralatan,koentjaraningrat dalam buku kebudayaan mentalitas dan
pembangunan, memengaruhi dan berperan dalam membentuk ideologi suatu bangsa.
Di saat ideologi bersumber dari agama, maka akan ditemukan suatu bentuk negara
teokrasi, yakni sistem pemerintahan negara yang berlandaskan pada nilai-nilai agama
tertentu. Apabila suatu negara bercorak teokrasi, maka pada umumnya segala bentuk
peraturan hukum yang berlaku di negara tersebut berasal dari doktrin agama tertentu.
Demikian pula halnya, dengan pemimpin negara teokrasi pada umumnya adalah
pemimpin agama. Dalam rumusan bahasa yang sederhana, dapat diberikan rumusan
tentang negara teokrasi sebagai berikut. Nt = ha + pa (negara teokrasi = hukum agama
+ pemimpin agama). Pada zaman dahulu, banyak negara yang bercorak teokrasi,
seperti kerajaan-kerajaan di Cina, Jepang, bahkan Indonesia pada zaman kerajaan.
Bagaimana pula halnya dengan ideologi yang bersumber dari pemikiran para tokoh?
Marxisme termasuk salah satu di antara aliran ideologi (mainstream) yang berasal dari

5
pemikiran tokoh atau filsuf Karl Marx. Pengaruh ideologi Marxisme masih terasa
sampai sekarang di beberapa negara, walaupun hanya menyisakan segelintir negara,
seperti Korea Utara, Kuba, Vietnam. Bahkan Cina pernah berjaya menggunakan
ideologi Marxis di zaman Mao Ze Dong, Ideologi merupakan prinsip dasar yang
menjadi acuan negara yang bersumber dari nilai dasar yang berkembang dalam suatu
bangsa. Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis,
artinya ilmu tentang ideide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar
Ideologi juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan. Ideologi
dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh
sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada penghujung abad
kedelapanbelas. Tracy. Jorge Larrain menegaskan bahwa konsep ideologi erat
hubungannya dengan perjuangan pembebasan borjuis dari belenggu feodal dan
mencerminkan sikap pemikiran modern baru yang kritis. Niccolo Machiavelli (1460--
1520) merupakan pelopor yang membicarakan persoalan yang secara langsung
berkaitan dengan fenomena ideologi.Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang
dibahas Machiavelli, yaitu agama, kekuasaan, dan dominasi. Machiavelli melihat
bahwa orangorang sezamannya lebih dahulu memperoleh kebebasan, hal tersebut
lantaran perbedaan yang terletak dalam pendidikan yang didasarkan pada perbedaan
konsepsi keagamaan.Tokoh/ pemikir Indonesia yang mendefinisikan ideologi sebagai
berikut:
a. Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/pemikiran yang
berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
b. Soerjanto (1991: 47): “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya menjaga jarak dengan dunia kehidupannya”.
c. Mubyarto (1991: 239): ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan,dan simbol-
simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan
pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa
itu”.Selanjutnya, untuk melengkapi definisi tersebut perlu Anda ketahui juga beberapa
teori ideologi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pemikir ideologi sebagai berikut.
a. Martin Seliger: Ideologi sebagai sistem kepercayaan Ideologi adalah sekumpulan
kepercayaan dan penolakan yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang bernilai
yang dirancang untuk melayani dasardasar permanen yang bersifat relatif bagi

6
sekelompok orang. Ideologi dipergunakan untuk membenarkan kepercayaan yang
didasarkan atas norma-norma moral dan sejumlah kecil pembuktian faktual dan
koherensi legitimasi yang rasional dari penerapan preskripsi teknik. Martin Seliger,
lebih lanjut menjelaskankan bahwa ideologi sebagai sistem kepercayaan didasarkan
pada dua hal, yaitu ideologi fundamental dan ideologi operatif (Thompson, 1984:79).
Ideologi fundamental meletakkan preskripsi moral pada posisi sentral yang didukung
oleh beberapa unsur, yang meliputi: deskripsi, analisis, preskripsi teknis, pelaksanaan,
dan penolakan. Ideologi operatif meletakkan preskripsi teknis pada posisi sentral
dengan unsur-unsur pendukung.
b. Alvin Gouldner: Ideologi sebagai Proyek Nasional Gouldner mengatakan bahwa
ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara baru dalam wacana politis.
c. Paul Hirst: Ideologi sebagai Relasi Sosial Hirst meletakkan ideologi di dalam
kalkulasi dan konteks politik. Hirst menegaskan bahwa ideologi merupakan suatu
sistem gagasan politis yang dapat digunakan dalam perhitungan politis. Lebih lanjut,
Hirst menegaskan bahwa penggunaan istilah ideologi mengacu kepada kompleks nir-
kesatuan (non-unitary) praktik sosial dan sistem perwakilan yang mengandung
konsekuensi dan arti politis (Thompson, 1984:94-95).Untuk lebih memperdalam
pemahaman, berikut ini beberapa corak ideologi.
a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial
politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara.
b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta
mengutamakan nilai tertentu yang memengaruhi kehidupan sosial, politik, budaya.
c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya ideologi pembangunan.

Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok (Sastrapratedja, 2001: 45-46).

2.2. Fakta dan Pola Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Berdasarkan fakta-fakta, dokumen, keterangan dan kesaksian berbagai pihak, KPP


HAM menemukan berbagai kekerasan yang pada dasarnya melanggar hak asasi
manusia seperti pembunuhan, penganiayaan, penghilangan paksa, perkosaan,
perampasan kemerdekaan dan kebebasan fisik yang dilakukan secara sistematis
serta meluas yang dilakukan oleh pelaku tertentu dengan sasaran masyarakat
tertentu. Masyarakat tersebut secara khusus adalah mahasiswa maupun
7
masyarakat yang berdemonstrasi terhadap kekuasaan politik untukmenuntut
perubahan, termasuk terhadap rencana melahirkan UU PKB.

Hak Asasi Manusia Adalah Hak dan Kebebasan fundamental bagi semua orang,
Tanpa memandang kebangsaan jenis kelamin atau etnis,ras,agama,bahasa,atau
status lainnya.

KPP HAM memusatkan perhatian pada tiga (3) rangkaian kejadian di sekitar
kampus Trisakti 12-13 Mei 1998, di sekitar Semanggi 13-14 November 1998
(dikenal dengan peristiwa Semanggi I), dan pada 23-24 September 1999 (dikenal
dengan Semanggi II). Meskipun kurun waktu terjadinya peristiwa tesebut berbeda,
tiga rangkaian peristiwa ini tidak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari kebijakan
pemerintah dalam menghadapi gelombang demonstrasi mahasiswa dan
masyarakat akan perlunya reformasi.

Kekerasan-kekerasan yang tidak manusiawi dan sangat kejam yang ditemukan


dalam ketiga peristiwa itu mencakup tindakan-tindakan di bawah ini

1. Pembunuhan

Telah terjadi pembunuhan yang sistematis di berbagai daerah dalam waktu


yang panjang, yaitu pada Mei 1998, Nopember 1998, serta September 1999.
Tindakan pembunuhan itu dilakukan terhadap mahasiswa demonstran, petugas
bantuan medis, anggota masyarakat yang berada disekitar lokasi demonstran,
ataupun anggota masyarakat yang dimobilisasi untuk menghadapi demonstran.
Pembunuhan serupa juga dilakukan dalam kerusuhan massa yang diciptakan
secara sistematis sebagaimana terjadi di Jakarta dan Solo pada Mei 1998 (lihat
laporan TGPF).

2. Penganiayaan

Telah terjadi penganiayaan untuk membubarkan demonstrasi yang dilakukan


sejumlah mahasiswa dan anggota masyarakat yang dilakukan oleh aparat TNI
dan POLRI (dahulu disebut ABRI). Penganiayaan ini terjadi secara berulang-
ulang di berbagai lokasi, seperti pada kampus Universitas Trisakti, dan
Universitas Atmajaya, dan Semanggi yang mengakibatkan timbulnya korban
fisik (seperti terbunuh, luka ringan dan luka berat) dan mental. Hal ini
dikarenakan terkena gas air mata, pukulan, tendangan, gigitan anjing pelacak
dan tembakan sehingga harus mengalami perawatan yang serius.
8
3. Perkosaan atau bentuk kekerasan seksual lain yang setara

Terutama pada Mei 1998, telah terjadi tindak kekerasan seksual termasuk
perkosaan yang mengakibatkan sejumlah perempuan mengalami trauma dan
penderitaan fisik dan mental. Trauma yang dialami sulit diatasi karena korban
tidak berani tampil untuk menceritakan apa yang dialaminya.

4. Penghilangan paksa

Pada bulan Mei 1998, telah terjadi penghilangan secara paksa terhadap 5
(lima) orang yang diantaranya adalah aktifis dan anggota masyarakat yang
hingga kini nasib dan keberadaannya tidak diketahui. Dalam peristiwa ini,
negara belum juga mampu menjelaskan nasib dan keberaan mereka.

5. Perampasan kemerdekaan dan kebebasan fisik

Sebagai bagian dari tindakan kekerasan, dilakukan pula tindakan


penggeledahan, penangkapan dan penahanan yang dilakukan secara
sewenang-wenang dan melewati batas-batas kepatutan sehingga menimbulkan
rasa tidak aman dan trauma. Perbuatan ini dilakukan sebagai bagian yang tidak
terpisah dari upaya penundukan secara fisik dan mental terhadap korban.

9
 Upaya Penyelesaian Dalam Pelanggran HAM

6. Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Peristiwa


Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II

Meskipun DPR RI telah merekomendasikan agar kasus Trisakti dan Semanggi I


dan II ditindak lanjuti dengan Pengadilan Umum dan Pengadilan Militer, namun
sehubungan dengan adanya dugaan telah terjadinya pelanggaran HAM berat,
tuntutan keadilan bagi keluarga korban dan masyarakat, dan dalam rangka
penegakan hukum dan penghormatan hak asasi manusia, dipandang perlu Komnas
HAM melakukan penyelidikan dengan membentuk Komisi Penyelidikan
Pelanggaran HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II. Maka dalam Rapat
Paripurna Komnas HAM tanggal 5 Juni 2001 menyepakati pembentukan Komisi
Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan
Semanggi II yang selanjutnya dituangkan dalam SK Nomor 034/KOMNAS
HAM/VII/ 2001 tanggal 27 Agustus 2001.

7. Landasan Hukum

Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia peristiwa


Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II didasarkan atas:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Manusia.
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
3. Keputusan Rapat Paripurna Komnas HAM tanggal 5 Juni 2001.
4. Keputusan Ketua Komnas HAM Nomor 034/KOMNAS HAM/VII/2001
tanggal 27 Agustus 2001 tentang Pembentukan Komisi Penyelidikan
Pelanggaran Hak Asasi Manusia peristiwa Trisakti, Semanggi I& II.

8. Tugas dan Wewenang

Tugas dan wewenang KPP HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II adalah:

1. Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang terjadi dan


kasus-kasus yang berkaitan
10
2. Meminta keterangan pihak-pihak korban
3. Memanggil dan memeriksa saksi-saksi dan pihak-pihak yang diduga terlibat
dalam pelanggaran hak asasi manusia
4. Mengumpulkan bukti-bukti tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia
5. Meninjau dan mengumpulkanketerangan di tempat kejadian dan tempat
lainnya yang dianggap perlu
6. Kegiatan lain yang dianggap perlu Penyelesaian kasus trisakti nasibnya kurang
lebih sama dengan reformasi, yaitu mati suri. Bertahun-tahun sudah kasus
trisakti terjadi, tapi para pelaku tidak pernah terungkap dengan terang
benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa ke meja hijau.

Padahal Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat pada


penangan demonstrasi mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Salah satu indikasi
sulitnya membongkar kasus ini adalah keterlibatan orang-orang penting
(berkuasa) pada saat itu atau bahkan sampai saat ini sehingga ada banyak
kepentingan yang menghalang-halangi penuntasa kasus ini.Tahun demi tahun
terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun telah beberapa kali berganti, namun
penyelesaian kasus trisakti, semanggi 1, dan semanggi 2 tidak tahu rimbanya.
Komnas HAM menyatakan bahwa mereka telah menyerahkan laporan
penyalidikan kasus itu sejak 6 Januari 2005 kepada Kejaksaan Agung. Namun
sampai saat ini tidak ada tindak lanjut yang jelas yang dapat diketahui masyarakat
terutama keluarga korban. Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan
keberanian berbagai pihak untuk menuntaskan kasus ini. Presiden serta
menkopolhukam dan kementrian hukum dan HAM yang ada dibawahnya harus
bertindak. DPR memberikan pengawasan dan meningkatkan pemerintah,
Kejaksaan Agung harus mengambil langkah strategis. Demikian juga keberadaan
Komnas HAM dan pihak lainnya untuk sama-sama mencari solusi penyelesaiann
kasus ini. Tanpa itu semua, sepertinya kita masih harus menunggu bagaimana
akhir dari tragedi Trisakti, Semanggi 1, dan Semanggi 2.

11
2.3 Awal Tragedi Semangi I 1998

Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap


pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga
sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13
November1998, masa pemerintah transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya
17 warga sipil.

Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang


Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda
pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka
tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak percaya dengan para
anggota DPR/ MPR Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan
militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang
dwifungsi ABRI/ TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat
bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian
sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh
sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,
diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh
mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-
masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi
mahasiswa.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal
yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang
lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM. Penanganan dan penyelesaian kasus Trisakti-
Semanggi tidak pernah mendapatkan kepastian hukum. Sepertinya keberadaan
UU HAM, Komnas HAM, dan KPP HAM tidak berdaya mengungkap tragedi
kemanusiaan tersebut. Ironisnya justru memunculkan perbedaan pendapat.
Apakah tragedi berdarah ini termasuk pelanggaran HAM berat atau bukan.
Sebenarnya ada apa dengan aparat penegak hukum kita.

3.2. Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan


HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam
menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM
kita dengan orang lain.

13
DAFTAR PUSAKA

BUKU

Soekamto, Soerjono. 2021. Pendidikan Pancasila dan Pengamalannya. Bandung : Airlangga.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
....................................................................
JURNAL
....................................................
WEBSITE
.............................................

Aratnasri. 2014. Kasus Pelanggaran HAM Tragedi Trisakti Semanggi

http://aratnasri9.wordpress.com/2014/07/02/kasus-pelanggaran-ham-tragedi-trisakti-
semanggi/

Andika Sulastriani. 2016. Makalah Kasus Pelanggaran HAM

https://andikasulastriani.blogspot.com/2016/05/makalah-kasus-pelanggaran-ham.html

Azieratjeh. 2011. Tragedi Semanggi

https://azieratjeh.blogspot.com/2011/05/tragedi-simanggi.html

14

Anda mungkin juga menyukai