Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR ILMU HUKUM

“UNIFIKASI HUKUM DAN KODIFIKASI HUKUM”

Dosen Penggampu: Dr. Febri Handayani S.H., IM. H

Oleh:

Harieza Fiky Ananta (12320412820)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Unifikasi Hukum Dan Kodifikasi Hukum”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Unifikasi Hukum


Dan Kodifikasi Hukum” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Pekanbaru, November 2023

Harieza Fiky Ananta

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................5

A. Pengertian Kodifikasi Hukum dan Bentuk Hukum......................................5

B. Perkembangan Kodifikasi Hukum di Indonesia..........................................6

C. Unifikasi Hukum.........................................................................................10

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan....................................................................................................13

B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan
Undang-undang dalam materi yang sama. Tujuannya adalah agar didapat suatu
kesatuan hukum dan kepastian hukum. Yang dianggap sebagai suatu kodifikasi
nasional yang pertama adalah Code Civil Perancis atau Code Civil Napoleon yang
dibuat pada awal abad XVIII setelah berakhirnya Revolusi Perancis.
Sebelum adanya kodifikasi tersebut, di Perancis tidak ada kesatuan hukum
dan kepastian hukum karena dipergunakannya hukum adat dan berlaku untuk
wilayahnya masing-masing, sehingga dalam penyelesaian masalah akan berbeda-
beda pula keputusan akhirnya.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian kodifikasi dan unifikasi serta bentuk hukum
2. Menjelaskan Perkembangan Kodifikasi Hukum
3. Menjelaskan tujuan kodifikasi hukum

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua

4
mahasiswa/i umumnya mampu memahami tentang kodifikasi hukum dan juga
unifikasinya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kodifikasi Hukum dan Bentuk Hukum


Hukum menurut bentuknya, Hukum dapat dibedakan antara:
1. Hukum Tertulis (Statute Law or Writen Law), yakni Hukum yang
dicantumkan dalam berbagai peraturan-perundangan.
2. Hukum Tak Tertulis (Unstatutery Law or Unwritten Law), yaitu hukum
yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis
namun, berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundang (disebut juga
hukum kebiasaan).
Hukum yang dikodifikasikan ialah Hukum Tertulis, Kodifikasi Hukum
adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara
lengkap dan sistematis. Adapun tujuan daripada kodifikasi hukum adalah agar
didapat sesuatu rechtseenheid (kesatuan hukum), penyederhanaan hukum dan
sesuatu techts-zakerheid (kepastian hukum).1
Kodifikasi hukum tersebut harus meliputi tiga unsur, yaitu:
1. Kodifikasi tersebut meliputi jenis-jenis hukum tertentu;

1
R. Soeroso , Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), hlm.77

5
2. Kodifikasi tersebut memiliki sistematika;
3. Kodifikasi tersebut mengatur bidang hukum tertentu2
Kodifikasi hukum ialah suatu langkah pengkitaban hukum atau penulisan
hukum ke dalam suatu kitab undang-undang (codex=kitab undang-undang) yang
dilakukan secara resmioleh pemerintah.3
Kodifikasi nasional yang pertama adalah Code Civil Perancis atau Code
Napoleon; dinamakan Code Napoleon dikarenakan Napoleonlah yang
memerintahkan dan mengundangkan undang-undang perancis sebagai Undang-
undang Nasional permulaan abad XVIII setelah berakhirnya revolusi politik dan
sosial di perancis.
Sebelum adanya undang-undang Nasional tersebut di perancis tidak ada
kesatuan hukum dan kepastian hukum karena di negara perancis
yang dipergunakan hukum kebiasaan (adat) dan berlaku untuk daerah masing-
masing. Tiap-tiap daerah berbeda pula hukum adat sehingga penyelesaian perkara
dan putusan pengadilan akan berbeda dan berlainan pula.
Hal-hal yang menyebabkan tidak adanya kepastian hukum dan kesatuan
hukum adalah para ahli/penyaji ilmu hukum yang berbeda-beda. Sehingga hal
inilah juga menjadi pendorong adanya kodifikasi hukum.

B. Perkembangan Kodifikasi Hukum di Indonesia


Sekarang kembali kepada masalah kodifikasi. Bagaimana perkembangan
kodifikasi di perancis tersebut?
Dengan adanya code civil atau code napoleon timbullah anggapan bahwa:
1. Seluruh permasalahan hukum sudah tertampung dalam suatu undang-
undang, undang–undang nasional.
2. Di luar undang-undang tidak ada hukum. Hukum sudah lengkap dan serta
tidak mempunyai kekurangan.

2
Kansil Sudarsono, Dalam Pengantar Ilmu Hukum, ( Bandung: Rineka Cipta,2004), hlm.
174.
3
Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, (Bogor :Ghalia Indonesia,
2005), hlm.64

6
3. Hakim hanya melaksanakan undang-undang yang berlaku di seluruh
Negara.4
Anggapan tersebut merupakan aliran yang dinamakan aliran
legisme/wettelijk positivisme atau positivisme perundangan-undangan dengan
pedoman : diluar undang-undang tidak ada hukum.
Pendukung dari pada aliran legismeini adalah ahli fikir Montesquieu dan
J.J.Rousseau. Montesquieu dengan trias politiknya memusatkan pemerintahan
dalam tiga kekuasaan, yaitu: Kekuasaan membuat Undang-undang (Legilatif),
kekuasaan melaksanakan Undang-undang (Eksekutif), dan kekuasaan mengadili
pelanggar Undang-undang (Yudikatif).
Dengan sistem sparation of power tersebut, Montesquieu berpendapat
bahwa di luar undang-undang tidak ada hukum, Undang-undang yang dibuat oleh
DPR dilaksanakan oleh Raja dan Hakim mengadili perkara pelanggaran undang-
undang.kekuasaan yang membuat, melaksanakan, mengadili harus dipisahkan,
karena apabila tidak dipisahkan akan terjadi kekuasaan Absolut, kekuasaan di
tangan di satu tangan akan timbul kesewenang-wenangan dan lenyaplah
kemerdekaan warga negara tersebut.
Dengan tidak adanya hukum yang diluar undang-undang satu-satunya
sumber hukum adalah undang-undang dan hakim merupakan mulut dari undang-
undang yang dalam bahasa perancis disebut Les juges de la nation ne sont que la
bouche que prononce les paroles de la loi.
Ajaran Montesquieu dan J.J.Rousseau tersebut mempunyai pengaruh besar
terhadap ketatanrgaraan dan konstitusi negara-negara lain. Banyak negara
mengambil ajaran tersebut secara penuh atau sebagian meskipun ada yang
menolak. Kemudian negara yang benar-benar mengikuti jejak Montesquieu dan
J.J.Rousseau sepenuhnya adalah Amerika Serikat.
Kemudian salah satu negara yang mempergunakan code civil adalah
Negeri Belanda. Pada saat itu Belanda dijajah oleh perancis ( 18811-1812).
Meskipun perancis sudah meninggalkan belanda pada tahun 1812 belanda masih
tetap memberlakukan Code Civil sampai negara itu mempunyai undang-undang

4
R. Soeroso , Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), hlm.77

7
sendiri yang berupa Burger lijk Wetboek (B.W) pada tahun 1835. B.W ini adalah
kitab undang-undang hukum perdata belanda yang bersifat Nasional yang
sebenarnya merupakan Code Napoleon.
Bagaimanakah perkembangan kodifikasi di Indonesia?
B.W. negara elanda tersebut dibawa ke Indonesia yang pada waktu itu dinamakan
Hindia belanda sebagai jajahan Belanda dengan Stbl No.223/1847 tanggal 30 april
1947, B.W.tersebut dipublikasikan sebagai B.W. Hindia Belanda. Dan dinyatakan
berlaku sejak tanggal 1 Mei 1948 bagi penduduk hindia belanda golongan eropa.
Kemudian secara berturut-turut diperluas berlakunya B.W. tersebut ialah pada
tahun 1917 dinyataka berlaku bagi penduduk golongan timur asing keturunan
Cina, pada tahun 1938 penduduk asli hindia belanda golongan bumi putra dapat
menundukkan diri pada B.W. Hindia Belanda tersebut.
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dalam sidangnya
tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan berlakunya Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian yang berlaku mulai saat itu adalah Undang-undang Dasar 1945
dan tidak ada undang-undang lainnya, sehingga menyebabkan kekosongan
hukum.
Selama masa kekosongan hukum diadakanlah hukum peralihan yang
berwujud Pasal 2 Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi :
“Segala badan kenegaraan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama
belum diadakan yang baru”.
Peraturan peralihan tersebut merupakan hukum transisi dari hukum
Belanda yang akan tetap berlaku sampai ada penggantinya. Satu persatu hukum
Belanda tersebut akan digantikan selama mengisi kemerdekaan. Sampai sekarang
yang sudah ada penggantinya antara lain adalah
1. Undang-undang Pokok Agrarian ( UU No.5/1960)
2. Undang-undang Merek (UU No.21/1967) diganti dengan UU No.19/1992
3. Undang-undang Perkoperasian (UU No.12/1967) diganti dengan UU
No.25/1992 Dan sebagainya.5
Beberapa hukum yang telah di kodifikasikan di Indonesia, misalnya:

5
R. Soeroso , Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), hlm.77

8
1. Hukum Pidana yang telah di kodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP),
2. Hukum Perdata yang telah di kodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPer),
3. Hukum Dagang yang telah di kodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KHUD),
4. Hukum Acara Pidana yang telah di kodifikasikan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP).6
Kodifikasi hukum pertama di Eropa Barat adalah negara Perancis.
Sebelumnya negara Perancis memberlakukan unifikasi hukum yang dibuat oleh
Napoleon Bonaparte yang intinya adalah hukum Germania disamping hukum
Romawi. Code Civil yang disusun oleh Perancis, baru selesai tahun 1804 dan
mulai diberlakukan pada tanggal 21 Maret 1804. Sejak tahun 1811-1838, Code
Civil Perancis ini diberlakukan juga di negara Belanda, karena waktu itu negara
Belanda berada dalam jajahan Perancis. Ketika Belanda lepas dari jajahan
Perancis barulah Code Civil ditiru oleh pemerintah Belanda dalam pembuatan
hukum perdata (BW). Code de Commerce Perancis pun dijadikan Kitab Hukum
Dagang di Belanda dengan asas konkordansi.
Di Negara Eropa Barat tersebutlah tercipatanya KUUH Perdata, KUUH
Dagang, dan KUUH Pidana sebagai Undang-undang.
Pendukung pandangan tersebut antara lain :
1. Dr. Frederich dari Jerman yang mengatakan bahwa KUUH Jerman sudah
sempurna, sehingga dapat memecahkan masalah hukum yang ada.
2. Dr. Van Swinderen dari Belanda yang mengatakan bahwa Undang-
Undang Nasional Belanda sudah mencakup segala sesuatu tentang hukum
dan isinya cukup jelas.
Adapun tujuan dilakukan dilakukannya kodifikasi suatu hukum oleh
pemerintah, yaitu:

6
Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, (Bogor :Ghalia Indonesia,
2005), hlm.64

9
a. Untuk menjamin kepastian hukum dimana hukum tersebut sungguh-
sungguh telah tertulis di dalam suatu kitab ungang-undang.
b. Untuk memudahkan masyarakat untuk mempelajarinya dan
memilikinya atau memperolehnya
c. Sedapat mungkin mengurangi / mencegah :
1) Kesimpangsiuran pengertian terhadap hukum yang bersangkutan,
2) Mencegah beragai kemungkinan penyelewengan dalam
pelaksanaannya,
3) Keadaan yang berlarut-larut dari masyarakat yang buta hukum,
mengingat dengan telah dikodifikasikannya suatu hukum, maka
masyarakat menjadi mudah untuk mencari dan memperoleh serta
mempelajarinya.7

C. Unifikasi Hukum
Di Indonesia secara historis unifikasi hukum sendiri sebenarnya baru
seumur jagung, hanya saja perkembangan terkini lebih mengarah pada unifikasi
sejalan dengan terbentuknya negara. Sementara pluralisme hukum sudah ada jauh
sebelum terbentuknya negara, sehingga ketika datang budaya unifikasi, pluralisme
hukum terancam keberadaanya. Keberadaan hukum-hukum lain yang sudah lama
berada di Indonesia seperti hukum Islam dan hukum-hukum adat masyarakat
Indonesia yang berbeda-bedapun terancam juga.
Unifikasi Hukum merupakan keseragaman (kesatuan, kesamaan) hukum
bagi seluruh warga indonesia. Di indonesia unifikasi sudah terwujud dalam
bidang-bidang hukum publik (seperti:hukum tata negara, hukum administrasi
negara, hukum pajak, hukum acara pidana). Sedangkan dalam hukum privat
masih pluralistik, kecuali dalam bidang-bidang hukum tertentu seperti: UU.No.
5/1960 tentang UUP, UU No 1/1974 tentang perkawinan, UU No.4/1996 tentang
hak tanggungan, UU No.42/1999 tentang jaminan fidusia, UU
No.16/2001.tentang yayasan dan lain-lain.8

7
Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, (Bogor :Ghalia Indonesia,
2005), hlm.65.
8
Riduan Syahrani, Memahami Ilmu Hukum, (Bandung:PT.Alumni, 2009), hlm.273.

10
Unifikasi Hukum ialah suatu langkah penyeragaman hukum atau
penyatuan suatu hukum untuk dierlakukan agi seluruh bangsa di suatu wilayah
negara tertentu sebagai hukum nasional di negara tersebut.9
Dari pengertian tersebut, maka unifikasi hukum dapat diartikan sebagai
penyatuan berbagai hukum menjadi satu kesatuan hukum secara sistematis yang
berlaku bagi seluruh warga Negara di suatu Negara.
Beberapa hukum yang telah di unifikasikan di indonesia misalnya sebagai
berikut.
a. Undang–undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok
Agraria.
b. Undang–undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
c. Berbagai Undang–undang lainnya, seperti Undang-undang Anti korupsi,
Undang–undang antisubversi, Undang–undang Narkotika, dan sebagainya,
yang mana kesemua Undang–undang ini berlaku tanpa terkecuali agi
seluruh bangsa dan di seluruh wilayah indonesia.
Tujuan dilakukan unifikasi suatu hukum pada dasarnya ialah sebagai
berikut;
a. Untuk menjamin kepastian hukum, dalam arti kepastian berlakunya
suatu hukum bagi seluruh masyarakat di negara yang bersangkutan,
mengingat hukum itu telah diseragamkan berlakunya bagi semua orang
di negara tersebut, tanpa adanya pembedaan menurut suku, golongan,
agama, atau berbagai faktor lainnya,
b. Untuk lebih memudahkan masyarakat dalam mngetahui dan
menaatinya.
c. Sependapat mungkin mencegah hal-hal dibawah ini.
1) Kesimpangsiuran pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang
hukum yang berlaku bagi diri tiap-tiap warga untuk ditaatinya.
2) Mencegah berbagai kemungkinan penyelewengan hukum, baik
yang tidak sengaja maupun yang disengaja, yang umumnya

9
Ridwan Halim, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, (Bogor :Ghalia Indonesia,
2005), hlm.65

11
beralasan pada kesalahpahaman tentang hukum yang berlaku,
mengingat memang begitu banyaknya hukum yang berbeda-beda
cara pengaturannyabila hukum itu belum di unifikasikan.
3) Keadaan berlarut-larut dari tidak mengertinya atau belum
mengertinya banyak warga masyarakat mengenai hukum mana
yang berlaku bagi dirinya, bila seandainya hukum itu belum
diunifikasikan.
Di dalam penggabungan antara kodifikasi dan unifikasi hukum akan
terdapat kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut.
Kemungkinan I
Hukum itu telah dikodifikasikan dan telah pula diunifikasikan , misalnya:
1. Hukum Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
2. Hukum Dagang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KHUD),
3. Hukum Acara Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana ( KUHAP).

Kemungkinan II
Hukum itu telah dikodifikasikan tetapi belum pula diunifikasikan.
Contoh :
Hukum Perdata yang telah di kodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPer), tetapi masih tetap membeda-bedakan berlakunya bagi
warga-warga masyarakat menurut golongannya. Akibatnya,isi pengaturannya
bersifat pluralistis.
Kemungkinan III
Hukum itu telah diunifikasikan, tetapi belum dikodifikasikan.
Contoh:
1. Undang–undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok
Agraria
2. Undang–undang antisubversi
3. Undang-undang Anti korupsi dan sebagainya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu himpunan
Undang-undang dalam materi yang sama. Ditinjau dari segi bentuknya, kodifikasi
hukum dapat dibedakan atas :
1. Hukum tertulis adalah hukum yang telah ditulis dan di cantumkan dalam
peraturan perundang-undangan Negara baik yang dikodifikasi ataupun yang
tidak dikodifikasi.
2. Hukum tak tertulis merupakan hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti perundang-
undangan.
Adapun tujuan kodifikasi daripada hukum tertulis adalah untuk memperoleh:
· Kepastian hukum
· Penyerdehanaan hukum
· Kesatuan hukum

13
Kemudian Unifikasi Hukum ialah suatu langkah penyeragaman hukum
atau penyatuan suatu hukum untuk diberlakukan bagi seluruh bangsa di suatu
wilayah negara tertentu sebagai hukum nasional di negara tersebut.
Sebagai seorang mahasiswa/i yang mengerti dan sadar akan hukum, sudah
seharusnya kita bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat luas (Agen Of
Change) dalam menjalankan dan melaksanakan hukum sesuai dengan kaidah-
kaidah dan aturan-aturan yang ada sehingga masyarakat luas akan sadar dan
menjalankan hukum itu sendiri. Bukan malah menjadi yang pertama dalam
melanggar hukum karena kita paham dan mengerti hukum
Walaupun begitu kita sebagai warga negara turut adil dalam melaksanakan
atau menjalankan peraturan, baik peraturan yang tertulis maupun yang tidak
tertulis agar tercipta suasana yang teratur dan aman.

B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini.
kami juga butuh kritik dan saran agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing yang telah
memberi tugas ,untuk kebaikan penulis sendiri, kelompok ,maupun untuk
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Ridwan, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, Bogor :Ghalia
Indonesia.
Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:Sinar Grafika, 2006.
Sudarsono, Kansil, Dalam Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Rineka
Cipta,2004..
Syahrani, Riduan, Memahami Ilmu Hukum, Bandung:PT.Alumni, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai