Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM PERDATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia

Dosen Pengampu:
Dr. M. Aunul Hakim, MH

Disusun oleh :

Kelompok 5
Qonita (200203110047)
Tasya Nabila Huryyatun Nayyirah (200203110049)

HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi kita nabi agung Nabi Muhammad SAW, Beserta keluarga-Nya,
Sahabat-sahabat-Nya dan kita selaku ummat-Nya hingga hari hari akhir nanti.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan, Untuk itu, kami
mengharapkan kriktik dan saran yang sifatnya membangun, demi perbaikan dalam makalah
ini yang akan datang, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. M. Aunul Hakim, MH selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Tata
Hukum Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk mengerjakan
tugas ini.
2. Orang tua dan teman teman yang telah memberikan do’a dan dukungannya sehingga
tugas ini dapat diselesaikan.
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga makalah ini bermanfaat sebagai sumbangsih penulis demi menambah


pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita amin.

5 oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………….…………………………………i

KATA PENGANTAR…………...………………………………………...………………ii

DAFTAR ISI………...……………………………………………………………...……..iii

ABSTRAK………………………………………………………………………………....iv

ABSTRAC……………………………………………………...…………..………………v

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………….…………..1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………1

BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………………………………2

A. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia……………………………………………….2


B. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata……………………………………3
C. Sumber Hukum Perdata………………………………………………………….…6
D. Asas-Asas Hukum Perdata………………………………………………………….7
E. Contoh Hukum Perdata………………………………………..……………………8

BAB III : PENUTUP……………………………………………………………..……….11

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………11
B. Saran……………………………………………………………………………..…11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………...…………………………………12

iii
ABSTRAK

Sejarah perkembangan hukum perdata di Indonesia tidak terlepas dari sejarah


perkembangan ilmu hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti perkembangan hukum
perdata di Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan hukum di negara-negara lain,
terutama yang mempunyai hubungan langsung. Indonesia sebagai negara yang berada di
bawah pemerintahan Hindia Belanda, maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak
terlepas dari kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda.

Sementara itu Belanda pernah dijajah oleh Perancis, maka secara otomatis apa yang
terjadi dalam perkembangan hukum di negara Perancis amat berpengaruh dengan kebijakan
hukum di negara Belanda. Sarjana-sarjana Perancis banyak yang mempelajari hukumnya di
negara Romawi, maka pengaruh hukum Romawi juga amat dominan.

Burgelijk Wetboek atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan KUH Perdata
menurut sejarah adalah berasal dari Belanda yang diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas
konkordansi. Walaupun pada awalnya diberlakukan bagi orang keturunan Belanda (termasuk
di dalamnya orang Eropa dan Jepang), namun setelah Indonesia merdeka ternyata masyarakat
Indonesia tetap mempergunakannya dalam memecahkan masalah-masalah perdata.

Kata Kunci : Hukum Perdata, Sejarah Perdata di Indonesia, KUH Perdata.

iv
ABSTRAC

The development of civil law in Indonesia is not independent of the history of legal
development in other European countries, in the sense that civil law development in
Indonesia is greatly influenced by legal development in other countries, especially those with
direct connections. Indonesia as a country under the Dutch Indies, so the policies in civil law
are not independent of what has happened and applied in the Netherlands.

While the Netherlands was occupied by France, it automatically became clear that
what was happening in the development of the laws in the country of France had a major
influence on the legal policies of the Netherlands. French scholars have studied its laws in
Roman countries, so the influence of Roman law is dominant as well.

Burgelijk Wetboek or in Indonesia known as KUH Perdata of the Netherlands based


on the azas konkordansi. Although initially imposed on Dutch (including europeans and
Japanese), after Indonesia gained independence, indonesians continued to use it in solving
civil problems.

Keywords : Civil law, Civil History in Indonesia, KUH Perdata

v
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain, dengan menitik
beratkan kepada kepentingan perseorangan. Timbulnya hukum karena manusia hidup
bermasyarakat. Hukum mengatur hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat dan juga
mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hak dan kewajiban itu. Hukum
perdata yang mengatur hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat disebut “hukum
perdata material”. Sedangkan, hukum perdata yang mengatur bagaimana cara melaksanakan
dan mempertahankan hak dan kewajiban disebut “hukum perdata formal”. Hukum perdata
formal lazim disebut hukum acara perdata.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah hukum perdata di Indonesia?
2. Bagaimana sejarah hukum perdata?
3. Apa pengertian hukum perdata?
4. Apa saja Asas-Asas hukum perdata?
5. Berikan contoh hukum perdata?

3. Tujuan Penulisan
1. Pembaca mengetahui bagaimana sejarah hukum perdata di Indonesia.
2. Pembaca mengetahui dan memahami bagaimana sejarah hukum perdata.
3. Pembaca memahami pengertian hukum perdata.
4. Pembaca mengetahui asas-asas hukum perdata.
5. Pembaca mengetahui contoh-contoh hukum perdata.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia

Pada tanggal 31 Oktober 1837, Scholten van Oud Haarlem diangkat menjadi ketua
panitia kodifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-masing sebagai
anggota, tapi panitia ini belum berhasil membuat kodifikasi. Akhirnya dibentuk panitia baru
yang diketuai Mr. C.J. Scholten van Oud Haarlem lagi, tetapi anggotanya diganti, yaitu Mr. J.
Schneither dan Mr. J. Van Nes.Ppanitia inilah yang berhasil mengkodifikasi KUH Perdata
Indonesia berdasarkan asas konkordasi yang sempit. Artinya KUH Perdata Belanda banyak
menjiwai KUH Perdata Indonesia karena KUH Perdata Belanda dicontoh dalam kodifikasi
KUH Perdata Indonesia.1

Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada 30 April 1847 melalui Statsblad
No. 23 dan mulai berlaku pada 1 Januari 1848. Dalam menghasilkan kodifikasi KUH Perdata
Indonesia ini, Scholten dan kawan-kawannya berkonsultasi dengan J. Van de Vinne,
Directueur Lands Middelen en Nomein. Oleh karenanya, ia juga turut berjasa dalam
kodifikasi tersebut. Di samping itu, sejarah mengenai perkembangan Hukum Perdata yang
berkembang di Indonesia bahwa Hukum Perdata tertulis yang berlaku di Indonesia
merupakan produk Hukum Perdata Belanda yang diberlakukan asas korkondansi, yaitu
hukum yang berlaku di negeri jajahan (Belanda) yang sama dengan ketentuan yang berlaku di
negeri penjajah.

Secara makro subtansial, perubahan-perubahan yang terjadi pada Hukum Perdata


Indonesia, yaitu:

a. Pada mulanya Hukum Perdata Indonesia merupakan ketentuan-ketentuan


pemerintahan Hindia Belanda yang di berlakukan di Indonesia (Algemene
Bepalingen van Wetgeving/AB), sesuai dengan Stbl. No.23 tanggal 30 April 1847
yang terdiri dari 36 pasal.

1
Yulia, “Hukum Perdata”, (CV. Biena Edukasi, 2015), hlm 19.

2
b. Dengan konkordansi pada tahun 1848 diundangkan KUH Perdata oleh pemerintah
Belanda. Di samping KUH Perdata berlaku juga KUH Dagang yang diatur dalam
Stbl.1847 No.23.
Dalam Perspektif sejarah, Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia terbagi dalam 2
(dua) periode, yaitu periode sebelum Indonesia merdeka dan periode setelah Indonesia
merdeka.2

1) Sebelum Indonesia Merdeka


Sebagaimana negara jajahan, maka hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum
bangsa penjajah, termasuk Hukum Perdata Indonesia. Hukum Perdata yang diberlakukan
bangsa Belanda untuk Indonesia mengalami adopsi dan penjalanan sejarah yang sangat
panjang. Pada masyarakat Indonesia mengenal Hukum Adat atau Hukum Agama, kemudian
di Indonesia berdasarkan azas korkondansi maka dikehendaki perundang-undangan di Negara
Belanda berlaku untuk orang-orang Eropa di Hindia Belanda (Indonesia).

2) Setelah Indonesia Merdeka


Berdasarkan Pasal 2 Aturan Peralihan UUD 1945, KUH Perdata Hindia Belanda tetap
dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan undang-undangbaru berdasarkan UUD 1945.
KUH Perdata Indonesia sebagai induk Hukum Perdata Indonesia. Belum adanya aturan
hukum yang baru maka untuk menghindari kekosongan hukum berdasarkan Aturan Peralihan
maka masih diberlakukan Hukum Perdata tersebut di Indonesia. Secara yuridis formil,
kedudukan KUH Perdata masih tetap sebagai undang-undang sebab tidak pernah dicabut dari
kedudukannya sebagai undangundang. Namun sekarang KUH Perdata bukan lagi sebagai
KUH Perdata yang bulat dan utuh, karena beberapa bagian dari KUH Perdata sudah tidak
berlaku lagi karena sudah ada unifikasi hukum, seperti berkaitan dengan Hukum Agraria
yang sudah mempunyai Undang-undang Pokok Agraria.

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar perseorangan yang
memiliki karakter mengatur dengan tujuan melindungi kepentingan individu (individual
interest). Secara yuridis formal, KUHP perdata terdiri dari empat buku, yaitu buku I yang
mengatur tetang orang (van Perrsonen) mulai Pasal 1 s/d 498, buku II mengatur tentang
perikatan (van Zaken) mulai Pasal 499 s/d 1323, buku III mengatur tentang perikatan (van

2
Bambang Daru Nugroho, Hukum Perdata Indonesia, PT.Refika Aditama, Bandung, 2017, hlm.23.

3
Verbintenissen) mulai Pasal 1233 s/d 1864, dan buku IV mengatur tentang pembuktian dan
Kadaluwarsa (van Bewijs en Verjaring) mulai Pasal 1865 s/d 1993.3

Istilah dan Pengertian Hukum Perdata, Istilah Hukum Perdata pertama kali
diperkenalkan oleh Profesor Djoyodiguno sebagai terjemahan dari burgerlijkrecht. Di
samping istilah itu, sinonim Hukum Perdata adalah civielrecht dan privatrecht. Di lihat dari
ruang lingkupnya, istilah Hukum Perdata dalam arti luas, meliputi Hukum Privat Materiil,
yaitu segala hukum pokok yang mengaturkepentingan-kepentingan perseorangan. Istilah
perdata juga lazim dipakai sebagai lawan dari pidana. Ada juga yang memakai istilah Hukum
Sipil untuk Hukum Privat Materiil, tetapi karena istilah sipil juga lazim dipakai sebagai lawan
dari militer.4

Istilah Hukum Perdata, dalam arti yang sempit, sebagai lawan Hukum Dagang, seperti
dalam Pasal 102 Undang-undang Dasar Sementara, yang menitahkan pembukuan (kodifikasi)
hukum di negara Indonesia terhadap Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Hukum Pidana
Sipil maupun Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana, serta
Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.

Kebanyakan para sarjana menganggap Hukum Perdata sebagai hukum yang mengatur
kepentingan perseorangan (pribadi) yang berbeda dengan Hukum Publik sebagai hukum yang
mengatur kepentingan umum (masyarakat). Berikut pengertian Hukum Perdata oleh beberapa
pakar hukum, yaitu:

1. Soebekti, Hukum Perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur


kepentingan-kepentingan perseorangan.
2. Sri Soedewi, Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara
warga negara perseorangan dengan satu warga negara perseorangan yang lain.
3. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara
orang-orang atau badan satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
4. Sudikno Merto Kusumo, Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam
hubungan keluarga dan didalam masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan kepada
masing-masing pihak.

3
Tan Kamello,” Hukum Perdata: Hukum orang& Keluarga”, (Medan: USU Press,2011), hlm.11.
4
Yulia, “Hukum Perdata”, (CV. Biena Edukasi, 2015), hlm 1.

4
5. Safioedin, Hukum Perdata adalah hukum yang memuat peraturan dan ketentuan
hukum yang meliputi hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lain
didalam masyarakat dengan menitik beratkan kepada kepentingan perorangan.
6. Vollmar, Hukum Perdata adalah aturan-aturan atau norma-norma yang
memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam perandingan
yang tepat antara kepentingan yang satu dengan yang lain dari orang-orang
didalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga
dan hubungan lalu lintas.
7. Van Dunne, Hukum Perdata adalah suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal
yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya,hak
milik dan perikatan.
Oleh karena itu dapat kita simpulkan, bahwa Hukum Perdata adalah hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam masyarakat
yangmenitik beratkankepada kepentingan perseorangan. Dari berbagai paparan tentang
Hukum Perdata di atas, dapat ditemukan unsur-unsurnya, yaitu: 1. Adanya kaidah hukum; 2.
Mengatur hubungan antara subjek hukum satu dengan yang lain; 3. Bidang hukum yang
diatur dalam hukum perdata meliputi hukum orang, hukum keluarga, hukum benda, hukum
waris, hukum perikatan, serta hukum pembuktian dan kadaluarsa.
Hukum Perdata dapat dibagi dalam dua macam, yaitu Hukum Perdata Materil dan
Hukum Perdata Formil. Hukum Perdata Materil disebut Hukum Perdata, sedangkan Hukum
Perdata Formil disebut Hukum Acara Perdata, yaitu yang mengatur bagaimana cara
seseorang mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain. Jika dilihat dalam
bahasa Inggrisnya, Hukum Perdata dikenal dengan istilah Civil Law. Kata Civil berasal dari
bahasa Latin yakni, Civis yang berarti warga negara. Hal tersebut berarti, bahwa Civil Law
atau Hukum Sipil merupakan hukum yang mengatur tentang masalah-masalah yang berkaitan
dengan hak-hak warga negara dan atau perseorangan. Jika dilihat dari berbagai literatur yang
ditulis para sarjana, juga dijumpai berbagai macam definisi Hukum Perdata, terkadang satu
sama lainnya berbedabeda, namun tidak menunjukkan perbedaan yang prinsipil.5

a) Hukum Perdata Materiil

Mengenai Hukum Perdata Materiil telah diuraikan diatas berdasarkan dari beberapa
pendapat, antara lain ada yang mengatakan bahwa Hukum Perdata adalah hukum yang

5
Wirjono Projodikoro, Azas-azas Hukum Perdata, Cet. IX, (Bandung: Sumur Bandung, 1983) hlm 19.

5
mengatur kepentingan-kepentingan perorangan atau dengan kata lain ketentuan-ketentuan
yang mengatur perihal hak dan kewajiban antar subjek hukum dalam masyarakat. Misalnya
mengenai perkawinan, perjanjian, warisan dll. Ketentuan pokok Hukum Perdata Materiil ini
diatur dalam BW/ KUHPerd.

b) Hukum Perdata Formil

Hukum Perdata Formil disebut juga hukum acara perdata. Hukum Acara Perdata ini
hanya dapat d iperuntukan menjamin ditaatinya Hukum Perdata Materiil. Ketentuan Hukum
Acara Perdata pada umumnya tidak mengenai hak dan kewajiban seperti yang kita jumpai
dalam Hukum Perdata Materiil, tetapi melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan
Hukum Perdata Materiil yang ada, atau melindungi hak perorangan.

Berdasarkan pengantar tersebut di atas, Sudikno Mertokusumo (1982:2),


mendefinisikan Hukum Acara Perdata adalah pengaturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya Hukum Perdata Materiil dengan perantaraan hakim. Dengan
perkataan lain, Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan Hukum Perdata Materiil. Lebih konkret lagi dapat dikatakan,
bahwa Hukum Acara Perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan,
memeriksa serta memutusnya, dan pelaksanaan dari putusannya.

Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah "eigenrichting atau
tindakan menghakimi sendiri. Hukum Perdata Formil di Indonesia yang berlaku di
pengadilan Jawa dan Madura diatur dalam HIR, sedangkan untuk pengadilan luar Jawa
Madura diatur dalam RBg.6

C. Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang


mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah asal
mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di temukan.

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam, yaitu KUH Perdata,
traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua

6
Dr. Kelik Wardiono, S.H., M.H. dkk. “Hukum Perdata”. (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2018),
hlm 6.

6
macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan
sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata
yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam
peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.

Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum
perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu : AB (algemene bepalingen van Wetgeving)
ketentuan umum permerintah Hindia Belanda, KUH Perdata (BW), KUH dagang, UU No 1
Tahun 1974 dan UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

D. Asas-Asas Hukum Perdata

Pengertian Asas Hukum menurut terminologi bahasa, yang dimaksud dengan istilah
asas ada dua pengertian. Arti asas yang pertama adalah dasar, alas, fundamen. Sedangkan arti
asas yang kedua adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir
atau berpendapat dan sebagainya.7

Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip, dan jiwa atau cita-cita. Asas
adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum dengan tidak menyebutkan
secara khusus cara pelaksanaannya. Asas dapat juga disebut pengertian-pengertian dan nilai-
nilai yang menjadi titik tolak berpikir tentang sesuatu.

Di dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”) dikenal
lima macam asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas kepastian hukum (pacta sunt
servanda), asas konsensualisme, asas iktikad baik, dan asas kepribadian.8

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Serta asas
kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk :

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian


b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

7
Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (2005), hlm. 60-61.
8
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.42.

7
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
d. Menentukan bentuk perjanjian, baik secara tertulis atau secara lisan

2. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum atau yang lebih dikenal dengan asas pacta sunt sevanda yang
memiliki arti janji harus ditepati. Pada dasarnya asas ini berkaitan dengan perjanjian atau
kontrak yang dilakukan diantara individu. Dapat dikatakan juga bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang.

3. Asas Konsensualisme

Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak-pihak yang
membuat perjanjian. Berdasarkan asas konsesualisme itu, dianut suatu paham bahwa sumber
kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak dengan konsensus para pihak yang
membuat kontrak (convergence of wills). Asas konsensualisme terdapat di dalam Pasal 1320
KUH Perdata. Hukum perjanjian yang diatur didalam KUH Perdata berasas konsensualisme.9

4. Asas Itikad Baik (goede trouw)

Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, perjanjian haruslah dilaksanakan dengan
itikad baik. Itikad baik disyaratkan dalam hal “pelaksanaan” dari suatu perjanjian, bukan pada
“pembuatan”, sebab unsur itikad baik dalam hal proses pembuatan suatu perjanjian sudah
terdapat di dalam unsur kausa yang halal pada Pasal 1320 KUH Perdata.

5. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian menjelaskan bahwa ruang lingkup berlakunya perjanjian hanyalah


pada pihak-pihak yang membuat perjanjian saja. Pihak di luar perjanjian tidak dapat
menuntut suatu hak apapun berdasarkan perjanjian itu.

E. Contoh Hukum Perdata

Hukum Perkawinan : Hukum perdata yang pertama, yang tidak kalah penting dan seru
adalah hukum perkawinan. Di dalam sebuah perkawinan terdapat hukum yang mengatur
antara suami dan istri.Peraturan hukum perkawinan ini di atur dalam UU No. 1 Tahun 1974.
Secara garis besar, status hukum perkawinan memiliki hukum yang tidak kalah penting.

9
Wirjono Projodikoro, Azas-azas Hukum Perdata, Cet. IX, (Bandung: Sumur Bandung, 1983) hlm 23.

8
Diantarannya mengatur tentang pernikahan dapat dilakukan berdasarkan hukum agama,
perkawinan akan didasarkan atas persetujuan, aturan batas usia minimal menikah pada
perempuan berusia 16 tahun dan pada laki-laki minimal 19 tahun.

Hukum Waris : Contoh hukum perdata yang tidak kalah hangat diperbincangkan
adalah hukum waris. Di dalam hukum waris mengatur pembagian harga peninggalan
seseorang kepada anak-anaknya.Dimana aturan hukum waris ini akan mengatur tentang hal
wajisat, yang berhak menerima dan menolak warisan, fidei-commis, legitieme portie, harta
peninggalan yang tidak terurus, hak mewarisi menurut undag-undang, perihal pembagian
waris, executeur-testamentair dan bewindvoerder.

Hukum Kekeluargaan : Siapa yang menyangka jika hukum kekeluargaan pun juga
memiliki aturan hukumnya juga. Pastinya kamu pun juga tidak memahami dan menyadari
seperti apa sih aturan-aturan tersebut? contoh hukum perdata kekeluargaan ini nantinya akan
mengatur hubungan dalam kekeluargaan dan mengatur hubungan kekayaan yang telah
dimiliki. Hukum yang akan di ulas biasannya akan menyangkut hukum keturunan, kekuasaan
orangtua, perwalian, pendewasaan, curatele dan orang hilang.

Hukum Perikatan : Contoh hukum perdata juga termasuk mengulas hukum perikatan.
Hukum perikatan merupakan ukum yang mengatur bidang harta kekayaan saja. Isi hukum
perikatan ini diantarannya akan mengulas tentang perikatan yang bersyarat dari perjanjian
yang sebenarnya, tentang perikatan ketetapan waktu, perikatan alternative, perikatan ancaman
hukum perikatan yang wajar dan masih banyak lagi sebenarnya.
Hukum Kekayaan : Contoh hukum perdata yang menyinggung hukum kekayaan
sudah pasti akan mengulas dunia kekayaan dan hukum. dimana hukum ini akan memaparkan
beberapa harta yang akan dibagikan. Termasuk pula membagikan objek atau barang yang
hendak akan dibagikan. Hukum perdata kekayaan juga menawarkan solusi atas permasalahan
yang ditimbulkan dari pembagian kekayaan. Solusi tersebut pun ada yang di atur dalam
undang-undang.
Hukum Perceraian : Contoh hukum perdata yang juga sering kita temukan masalah
tentang perceraian. Siapa yang menyangka jika kasus perceraian yang mungkin sudah akrab
kita dengar termasuk dalam contoh hukum perdata.Kita tahu bahwa perceraian itu dilarang
dan tidak boleh dalamperaturan agama.Tidak hanya di agama islam, di agama lain seperti
nasrani dan katolik sekalipun juga melarang terjadinya perceraian. Meskipun demikian,

9
perceraian yang terjadi dalam kehidupan realita tidak dapat dihindarkan. Tentu saja
perceraian yang terjadi ini pun ada undang-undang yang akan mengatur di dalamnya.

Hukum Perncemaraan Nama Baik : Dilansir dari beberapa buku hukum contoh
hukum perdata yang kini sering kita lihat dan kita dengar akibat dari kebabasna berekspresi
lewat media sosial. Yaitu masalah pencemaran nama baik. Pastinya tidak saya sebutkan
contoh kasusnya, kamu pun bisa paham masalah pencemaran nama baik.Kasus pencemaran
nama baik ini seringkali dialami oleh mereka public figure. Hal tampak sekali kita lihat di
tayangan talevisi kasus pencemaran nama baik dan kasus-kasus serupa. Dimana kasua yang
sepele dengan memberikan komentar negative dari netizen untuk seseorang bisa menjadi
kasus dan permasalahan yang besar dan berakhir pada hukum perdata.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Perspektif sejarah, Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia terbagi dalam 2
(dua) periode, yaitu periode sebelum Indonesia merdeka dan periode setelah Indonesia
merdeka. Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang
satu dengan orang yang lain dalam masyarakat yangmenitik beratkankepada kepentingan
perseorangan. Hukum Perdata dapat dibagi dalam dua macam, yaitu Hukum Perdata Materil
dan Hukum Perdata Formil. Hukum Perdata Materil disebut Hukum Perdata, sedangkan
Hukum Perdata Formil disebut Hukum Acara Perdata, yaitu yang mengatur bagaimana cara
seseorang mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain.

Sumber Hukum Perdata terdapat empat macam, yaitu KUH Perdata, traktat,
yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua macam,
yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum
perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari
sumber tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis.

Hukum Perdata memiliki lima macam asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak,
asas kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas konsensualisme, asas iktikad baik, dan asas
kepribadian.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan, Untuk itu, kami
mengharapkan kriktik dan saran yang sifatnya membangun, demi perbaikan dalam makalah
ini yang akan datang,

11
DAFTAR PUSTAKA

Yulia. Hukum Perdata.CV. Biena Edukasi, 2015.


Daru Nugroho, Bambang. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT.Refika Aditama,
2017.
Projodikoro, Wirjono. Azas-azas Hukum Perdata, Cet. IX. Bandung: Sumur Bandung,
1983.
Wardiono, Kelik dkk. Hukum Perdata. Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2018.
Jurnal, Erie Hariyanto, “Burgelijk Wetboek”.
Kamello,Tan. Hukum Perdata: Hukum orang& Keluarga. Medan: USU Press,2011.
Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2005.
Setiawan. Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Cet. 1. Bandung:
Alumni, 1992.
Sudikno. Hukum Acara Perdata, edisi ke 7, Cet. 1. Yogjakarta: Liberty, 2006.
https://penerbitbukudeepublish.com/contoh-hukum-perdata/

12

Anda mungkin juga menyukai