Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Hukum Perdata
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah ke hadirat Allah SWT. Karena atas


perkenanya tugas ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang telah di rencanakan. Tidak
lupa kepada Nabi besar Muhammad SAW, Keluarganya serta para sahabatnya dan umatnya
yang setia sampai akhir zaman.

Tugas ini, merupakan Mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia tentang penyusunan
Makalah mengenai Hukum Perdata. Dalam penyusunan tugas ini, banyak mendapat
petunjuk serta pelajaran yang bermanfaat bagi penulis. Tugas yang sederhana ini jauh dari
sempurna, penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca guna untuk memperbaiki
kekurangan tugas ini.

Demikian Makalah ini di susun dengan harapan. Mudah-mudahan guna dan manfaat
bagi kita semua.

Bogor, 22 November 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ I

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... II

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1


1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perdata ............................................................................................. 2

2.2 Sejarah KUH Perdata (BW) ............................................................................................ 2

2.3 Sistematika Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan ............................................... 4

2.4 Kedudukan KUH Perdata ................................................................................................ 8

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 10

3.2 Saran ............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hukum perdata adalah aturan – aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang
terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam
pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum perdata merupakan hukum
yang sangat berkaitan dengan hubungan antara orang – perorangan, seperti misalnya
hukum perkawinan yang di dalamnya berupa perkawinan yang sah dan tidak sah,
hubungan hukum antara suami dan istri, hubungan antara wali dan anak, harta benda
dalam perkawinan,perceraian,serta akibat – akibat hukumnya ; hukum warisan. Dan juga
mengaatur mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, aturan mengenai jual-
beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, persyarikatan ( kerja sama bagi hasil ),
pengalihan hak, dan segala yang berkaitan dengan transaksi

1.2. Rumusan masalah

a. Apa pengertian Hukum Perdata?


b. Bagaimana sejarah KUH Perdata?
c. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian Hukum Perdata


b. Untuk mengetahui dan memahami sejarah Hukum Perdata
c. Untuk memahami sistematikan Hukum Perdata menurut ilmu penegtahuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perdata

Hukum perdata menurut J.B. Daliyo Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang
mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum
perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material hukum. Hukum perdata formal
mengatur bagaimana cara orang lain. Hukum perdata formal mempertahankan hukum perdata
material, karena hukum perdata formal berfungsi menerapkan hukum perdata material apabila
ada yang melanggarnya.

Menurut Umar Said, Hukum perdata yang dimaksud adalah hukum perdata material (bukan
hukum perdata formal), adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan
hukum antara kepentingan perseorangan. Dengan pengertian lain hukum perdata adalah segala
peraturan atau hukum yang mengatur hak dan kewajiban dalam hubungan antara perseorangan yang
mengutamakan kepentingan pribadi.

2.2 Sejarah KUH Perdata

Kitab Undang – undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang di kenal dengan istilah
Burgerlijk Wetboek (BW) adalah kodifikasi hukum perdata yang di susun di negeri Belanda.
Penyusun tersebut sangat di pengaruhi oleh Hukum Perdata Prancis (Code Napoleon). Code
Napoleon sendiri disusun berdasarkan Hukum Romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada
waktu itu di anggap sebagai hukum yang paling sempurna. KUH Perdata (BW) berhasil
disusun oleh sebuah panitia yang diketahui oleh Mr. J.M. Kemper dan sebagian besar
bersumber dari Code Napoleon dan bagian yang lain serta dari hukum Belanda kuno.
Kodifikasi Perdata selesai pada 5 juli 1830, namun di berlakukan di negeri Belanda pada 1
Oktober 1838.

2
Pada tahun itu di berlakukan juga KUH Dagang (WVK), peraturan susunan
pengadilan Belanda (Rechterlijke Organisatie/RO), dan ketentuan-ketentuan umum
perundang-undangan belanda (Algemene Bepalingen van Wetgeving/ AB), dan hukum acara
perdata Belanda (Rechts Vordering). Berdasarkan asas konkordansi, maka KUH Perdata
Belanda menjadi contoh KUH Perdata Eropa di indonesia.

Untuk kodifikasi KUH Perdata di Indonesia di bentuk sebuah panitia yang diketuai
oleh Mr. C.J. Scholten van Oud Haarlem. Kodifikasi yang dihasilkan di harapkan memiliki
persesuaian antara hukum dan keadaan di indonesia dengan hukum keadaan di negeri
Belanda. Di samping telah membentuk panitia, pemerintah Belanda mengangkat pula Mr. CC.
Hagemann sebagai ketua mahkamah agung di Hindia Belanda (Hoggerechtshof) yang diberi
tugas istimewa untuk turut mempersiapkan kodifikasi di indonesia. Mr. CC. Hagemann tidak
berhasil, sehingga pada tahun 1863 ia di tarik kembali ke negeri Belanda. Kedudukannya
sebagai ketua mahkamah agung di indonesia di ganti oleh Mr.C.J. Scholten van Oud
Heaarlem.

Pada tanggal 31 Oktober 1873 Scholten van Oud Haarlen di angkat menjadi ketua
panitia kondifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-masing sebagai
anggota. Panitia tersebut juga berhasil. Akhirnya di bentuk panitia baru yang di kuasai Mr.
C.J. Scholten van Oud Haarlem lagi, tetapi anggotanya di ganti, yaitu Mr. J. Schneither dan
Mr. J. Van Nes. Panitia inilah yang berhasil mengkondifikasi KUH Perdata di indonesia
berdasarkan asas konkordansi yang sempit artinya KUH Perdata Belanda banyak menjiwai
KUHP Perdata di indonesia karena KUH Perdata Belanda di contoh dalam kodifikasi KUH
Perdata Indonesia. Kodifikasi KUH Perdata (BW) di indonesia di umumkan pada 30 April
1847 melalui Staatsblad No. 23, dan mulai berlaku pada 1 Januari 1848.

Menurut Umar Said Sugiarto, S.H., M.S., sumber pokok hukum perdata
(Burgerliijkrecht) ialah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijkrecht Wetboek)
disingkat KUH Perdata (BW), Burgerlijkrecht Wetboek (BW) sebagian besar isinya adalah
hukum perdata Prancis (Code Civil), yaitu bagian dari Code Napolen tahun 1811-1838.
Akibat pendudukan Prancis di Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Sipil.

3
Penyusun Code Civil mengambil bahan hukum dan pendapat hukum dari buku/literatur
pengarang bangsa Prancis tentang hukum romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada waktu
dulu dianggap sebagai hukum paling sempurna. Selain itu diambil dari unsur-unsur kanonik
(hukum agama katolik) dan pengaruh hukum kebiasaan setempat.

Peraturan-peraturan yang belum ada pada zaman romawi, tidak dimasukan dalam Code Civil,
tetapi dalam kitab tersendiri, yaitu Code de Commerce.

Pemerintah Belanda membentuk suatu panitia yang diketuai oleh Mr. J. M. Kemper
yang bertugas membuat rencana kodifikasi hukum sipil Belanda, dengan menggunakan Code
Civil Prancis. Penyusunan tersebut sudah selesai sebelum 5 Juli 1830, tetapi Hukum Sipil
Belanda baru diresmikan dan berlaku dinegara Belanda pada tanggal 1 Oktober 1838.

Hukum Sipil Belanda yang diberlakukan tersebut terdiri dari Burgerlijk Wetboek
(BW) atau KUH Perdata, dan Wetboek van Koophandel (WvK) atau KUH Dagang (KUHD).
Berdasarkan asas konkordansi, maka kodifikasi Hukum Sipil Belanda (Burgerlijk Wetboek
dan Wetboek van Koophandel) diumumkan pada tanggal 30-4-1847 Staatblad No.23
dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848 di Indonesia (Hindia Belanda).

2.3 Sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan

Menurut ilmu pengetahuan buku J.B Daliyo, hukum perdata sekarang ini lazim dibagi dalam
empat bagian,yaitu :

1. Hukum tentang orang atau hukum perorangan (per-soonenrecht) yang antara lain
mengatur tentang :
a. Orang sebagai subjek hukum
b. Orang dalam kecakapanya untuk memiliki hak-hak dan bertindak sendiri untuk
melaksanakan hak-haknya itu.

4
2. Hukum kekeluargaan atau hukum keluarga (Familierceht)
a. Perkawinan, perceraian beserta hubungan hukum yang timbul didalamnya
seperti hukum harta kekayaan antara suami dan istri
b. Hubungan hukum antara orang tua dan anak-anaknya atau kekuasaan orangtua
(ouderlijke macht)
c. Perwalian (voogdji)
d. Pengampunan (curatele)
3. Hukum kekayaan atau hukum harta kekayaan (ver-mogensrcht) yang mengatur
tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum harta
kekayaan ini meliputi :
a. Hak mutlak ialah hak-hak yang berlaku terhadap setiap orang
b. Hak perorangan adalah hak-hak yang hanya berlaku terhadap seorang atau
suatu pihak tertentu saja.
4. Hukum waris (Erfrecht) mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang jika ia
meninggal dunia (mengatur akibat-akibat hukum dari hubungan keluarga terhadap
harta warisan yang di tinggalkan seseorang).
 Hukum perorangan (Persoonenrecht)
Di dalam hukun perdata istilah “orang” atau “persoon” menunjuk pada
pengertian subjek hukum yang artinya pembawa hak dan kewajiban. Subjek
hukum terdiri dari :
1. Manusia (naturlijk persoon).
2. Badan hukum (recht persoon).
Manusia sebagai pembawa hak dan kewajiban terjadi sejak lahir dan berakhir
setelah ia meninggal dunia.

5
 Hukum keluarga
Hukum keluarga adalah rangkaian peraturan hukum yang timbul untuk
mengatur pergaulan hidup kekeluargaan meliputi :
1. Kekuasaan orangtua (ouderlijke macht)
Semua anak yang masih dibawah umur (belum berumur 21 tahun/belum
kawin) berada dibawah kekuasaan orangtua. Artinya, selama si anak masih
belum dewasa orangtua mempunyai kewajiban alimentasi yaitu kewajiban
untuk memelihara, mendidik, memberi nafkah hingga anak-anak itu
dewasa atau sudah kawin.

2. Perwalian (voogdij)
Dasarnya anak yatim piatu atau anak dibawah umur tidak berada dalam
kekuasaan orangtua memerlukan bimbingan dan pemeliharaan.
3. Pengampuan (curatele)
Orang yang perlu ditaruh dibawah pengampuan/pengawasan (curatele)
adalah orang-orang yang sudah dewasa tetapi tidak dapat mengurus
kepentingannya sendiri dengan baik.
4. Perkawinan
Perkawinan menurut hukum perdata (BW) adalah hubungan keperdataan
antara seorang pria dengan seorang wanita dalam hidup bersama sebelum
sebagai suami istri.
 Hukum Harta Kekayaan
Hukum Harta Kekayaan adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban manusia yang bernilai uang. Hak dan kewajiban itu
timbul karena adanya hubungan antara subjek hukum yang saatu dan yang
lainnya. Hubungan antara sesama subjek hukum tersebut berkaitan dengan
benda sebagai objek hukumnya dan benda tersebut dapat dinilai dengan uang.

6
 Hukum Waris
Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan
seseorang setelah ia meninggal dunia, dan cara-cara berpindahnya harta
kekayaan itu kepada orang lain.

Sistematik Hukum Perdata menurut Umar Said Sugiarto, S.H., M.S.

Sistematik hukum perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
disingkat KUH Perdata yang lebih dikenal dengan Burgerlijk Wetboek disingkat (BW).
KUH Perdata (BW) terdiri atas 4 buku, yaitu sebagai berikut:

1. Buku I tentang orang (van Personen), memuat hukum perseorangan dan hukum
kekeluargaan.
2. Buku II tentang benda (van Zaken), memuat hukum benda dan hukum waris.
3. Buku III tentang perikatan (van Verbintennissen), memuat hukum harta kekayaan
yang mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang
atau pihak-pihak tertentu.
4. Buku IV tentang pembuktian dan kadaluwarsa atau lewat waktu (van Bewijs en
Verjaring), yang memuat ketentuan alat-alat bukti dan akibat-akibat lewat waktu
terhadap hubungan-hubungan hukum.

Menurut ilmu pengetahuan, sistematika hukum perdata dibagi dalam 4 bagian, yaitu
sebagai berikut:

1. Hukum perorangan (Personen Recht) yang memuat antara lain:


a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum.
b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memilih hak-hak dan untuk
bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya, serta hal-hal yang mempengaruhi
kecakapan-kecakapan itu.

7
2. Hukum keluarga (familierecht) yang memuat antara lain:
a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/istri.
b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua/ouderlijk
macht).
c. Perwalian (voogdij).
d. Pengampunan (curatele).
3. Hukum harta kekayaan (vermogenrecht), yang mengatur tentang hubungan-hubungan
hukum yang dapar dinilaikan dengan uang. Hukum harta kekayaan meliputi:
a. Hak mutlak (absolute rechten), yaitu kekuasaan (kewenangan) hukum yang
berlaku terhadap seseorang.
b. Hak perorangan (relatif rechten), yaitu kekuasaan (kewenangan) hukum yang
berlaku terhadap orang-orang tertentu.
4. Hukum waris (erfrecht), yang mengatur tentang benda atau kekayaan seorang jika ia
meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga terhadap harta
peninggalan seseorang).

2.4 Kedudukan KUH Perdata

Setelah Indonesia menjadi negara yang merdeka sejak pernyataan proklamasi


kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 maka berlakunya kitab undang-undang hukum perdata
(Burgerlijk Wetboek) mengalami banyak perubahan. Perubahan yang dimaksudkan karena
banyak pasal didalam KUH Perdata (BW) dicabut oleh undang-undang yang sama atau
sejenis atau dinyatakan tidak berlaku karena tidak sesuai dengan alam pikiran atau kesadaran
umum bangsa Indonesia yang modern dan religius. Dalam perihal berlakunya BW setelah
Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat saat ini ada beberapa penyebab atau
momen yang mengakibatkan pasal-pasal BW tidak berlaku, yakni sebagai berikut :

1. Gagasan Menteri Kehakiman RI. Dr. Sahardjo, yang berpendapat bahwa BW


dianggap tidak lagi sebagai undang-undang, melainkan suatu kelompok hukum
yang tidak tertulis yang hanya dipakai sebagai pedoman oleh semua warga negara
Indonesia.

8
2. Prof. Mahardi, S.H., berpendapat bahwa BW sebagai kodifikasi sudah tidak
berlaku lagi, yang masih berlaku ialah aturan-aturan yang tidak bertentangan
dengan semangat serta kekuasaan kemerdekaan. Diserahkan kepada Yurisprudensi
dan doktrin untuk menetapkan aturan mana yang masih berlaku dan sudah tidak
berlaku.
3. Prof. Wiryono Prodjodikoro, sependapat dengan gagasan Menteri Kehakiman RI
tersebut dengan mengusulkan pencabutan BW tidak dengan undang-undang
melainkan dengan suatu pernyataan dari Pemerintah atau dari Mahkamah Agung.
4. Berdasarkan gagasan para ahli hukum tersebut, maka pada tanggal 5 September
1963, Mahkamah Agung RI mengeluarkan surat edaran Mahkamah Agung Nomor
3 Tahun 1963, selanjutnya disingkat SEMA. SEMA tersebut mencabut bebrapa
pasal BW yang dianggap tidak sesuai dengan zaman kemerdekaan Indonesia.
5. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Dengan dikeluarkannya UUPA pada tanggal 24
September 1960, maka buku II BW yang mengatur tentang benda tidak bergerak
atau mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dinyatakan tidak berlaku, kecuali hipotik masih tetap berlaku.
6. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Penggantian
Nama. Berdasarkan undang-undang tersebut maka Buku I BW yang mengatur
tentang nama dinyatakan tidak berlaku sepanjang telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 4 tahun 1961.
7. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Perkawinan ini, maka buku BW yang
mengatur perkawinan dan pendewasaan (handlichting) dinyatakan dicabut atau
tidak berlaku.
8. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah,
maka pasal-pasal Hipotik dalam Buku II BW yang objeknya tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah dinyatakan dicabut atau tidak berlaku. Dengan
demikian, objek hipnotik sekarang tinggal benda-benda tetap yang bukan tanah
(misalnya kapal laut atau pesawat udara, yang isi muatannya 20m3 atau lebih).

9
BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang


mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Hukum perdata diatur dalam (bersumber
pokok pada) Kitab Undang-Undang Hukum Sipil yang disingkat KUHS (Burgerlijk Wetboek,
disingkat B.W.). KUHS. Hukum Perdata atau B.W Belanda yang berlaku di Indonesia adalah
Hukum Perdata atau B.W Belanda, karena Belanda pernah menjajah Indonesia. Adapun
pembagian lingkup Hukum Perdata yaitu Hukum Perorangan & Hukum Keluarga. Mengenai
sistematika isi ada perbedaan antara sistematika KUHPdt. Berdasarkan pembentuk Undang-
Undang dan sistematika KUHPdt. Berdasarkan ilmu pengetahuan hukum. Berlakunya Hukum
Perdata artinya diterima untuk dilakasanakan. Adapun dasar berlakunya hukum perdata
adalah ketentuan Undang-Undang, perjanjian yang dibuat oleh pihak, dan keputusan Hakim.
Contoh kasus Hukum Perdata yaitu mengenai ahli waris, sengketa tanah, hak asuh anak dan
lainnya.

2. Saran

Saran dari tim penyusun adalah semoga setelah melihat, membaca, dan mempelajari
makalah ini kita semua dapat mengerti dan menjahui tindakan-tindakan dengan hukum yang
berlaku, khusunya hukum yang ada di negara kita Indonesia. Penyusun juga berharap semoga
masyarakat di Indonesia mengetahui apa saja yang termasuk lingkup kasus atau bagian dan
akibat apabila terlibat di dalam kasus Hukum Perdata. Penyusun juga berharap Pemerintah
bias mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai Hukum Perdata.

10
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Yahya, M. 2005. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta:


Sinar Grafika.

Hidayah, Yayah. 2015. Contoh Kasus Perdata Sengketa Tanah Di Meruya. http://www.


academia.edu/contoh_kasus_perdata_sengketa_tanah_di_meruya. Diunduh tanggal 09
Desember 2015.

Kansil, C.S.T. SH. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Pyonk,Pyonk. 2015. Perbedaan Hukum Perdata dan


Hukum. http://pyonk2pyonk.blogspot.co.id 2013/03/perbedaan-hukum-perdata-dan-
hukum.html, Diunduh tanggal 08 Desember 2015.

Soeroso, R. 1992. Perbandingan Hukum Perdata. Bandung: Sinar Grafika.

Wetboek, Burgerlijk. 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Bandung: Citra Umbara.

11

Anda mungkin juga menyukai