Hukum Perdata
Dosen Pembimbing:
Dr. Rosdalina, MH
Penyusun:
Kelompok 1
2022
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.
Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus
Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali
menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat
ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara
obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai
lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-
1
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hlm. 9
2
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, hlm. 10
undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain
adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan
BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih
sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian.3
Rumusan Masalah
3
9Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hlm. 197
PEMBAHASAN
adalah civielrecht dan privatrecht.4
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne
yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah, “Aturan-
tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang
dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan
hubungan lalu lintas”6
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum ada
dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya). Hukum
perdata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,
4
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.
209
5
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 210
6
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , hlm. 215
baik hubungan berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain. Manusia. Hukum
perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga Negara
harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya. Karena hukum
antara orang yang satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan
kepentingannya.7
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).
Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada
kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua
belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran, apakah kontan atau
kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public seperti polisi
atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi, ketika ditemukan
masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus tersebut (dengan
membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun
ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual, maka
orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang harus
7
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2011).
hlm. 12-13
8
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi. hlm. 12-13
mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan wewenang-wewenang di
pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika perlu dapat dipaksakan
- Hukum Perdata Material
perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat
hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian hukum
9
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 2
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 13
11
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia. hlm. 13
Sejarah Hukum Perdata
KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code Napoleon
dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam penyusunanya
mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada jaman dahulu
mempengaruhinya. 12
dibentuk suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas
membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan
sebagai sumber sebagaian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil hukum
( KUH Dagang).13
12
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 40
13
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hlm. 40
2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848
KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia
kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud
dari kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum
negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran kodifikasi yang di
Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada waktu
temukan.17
dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak
14
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
15
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
16
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hal. 9
17
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 15
tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat
undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis.
Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 17
19
20
3. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.
Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.21
4. Asas Kepercayaan
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian
hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan
hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun
21
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989). Hlm.
40
22
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 41
23
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
24
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
7. Asas Keseimbangan
menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang
9. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela
dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak
debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan
motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan
25
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
26
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
27
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
10. Asas Perlindungan
harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah
pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang
menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu
dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus
kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.28
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.30
13. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
28
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
29
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm.230
30
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 230
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para
pihak.31
- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat
31
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
231
32
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44
- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:
suami/istri
ouderlijke macht),
c. Perwalian (voogdij),
d. Pengampunan (curalele).33
33
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44
34
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 46
2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan berlaku
Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan
rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi
3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum
msing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing
Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan
Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang lain.
5. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan
Eropa: Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek van
koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan tionghoa ada
suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari buku I
pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa, karena pada mereka
35
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 35
diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke stand, dan peraturan mengenai
Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari
tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang
Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk
2. Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang membagi
36
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2011).
hal. 50
37
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 37
38
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2011).
hal. 52
PENUTUP
KESIMPULAN
pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang mengatur
perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan untuk menghukum
seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan keadilan dan perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA
2011)
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,
1989)
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993)
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996)