Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM PERDATA

“ASAS ASAS HUKUM PERDATA”

Dosen . WINA BUGI WIJAYA S.H, M.H

DISUSUN OLEH
Riris Sirnawati Manalu : 221010201115
Rosmerry Amelia Putri : 221010201112
Siti Nurafida : 221010200143
Tanggil Iwarman Waruwu : 221010200128
M.Abdur Rozaq : 221010201204

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDY ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PAMULANG

DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………
………
Kata Pengantar…………………………………………………………………
……...
Daftar Isi………………………………………………………………………
…………
Bab I Pedahuluan………………………………………………………………
………………
a. Latar Belakang…………………………………………………………
……….
b. Rumusan Masalah………………………………………………………
……
c. Tujuan……………………………………………………………………
………
Bab II Pembahasan……………………………………………………………
……………..
a. Penggertian hukum perdata……………………………..………………
b. Sejarah hukum perdata..…………………………………………………
c. Tujuan……………………………………………………………………
……
Bab III Penutup………………………………………………………………
………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………
………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian per
aturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang lain, dengan menitikberatkan kepada kepen
tingan perseorangan. Timbulnya hukum karena manusia hidup bermas
yarakat. Hukum mengatur hak dan kewajiban dalam hidup bermasyara
kat dan juga mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertaha
nkan hak dan kewajiban itu. Hukum perdata yang mengatur hak dan
kewajiban dalam hidup bermasyarakat disebut “hukum perdata mate
rial”. Sedangkan, hukum perdata yang mengatur bagaimana cara me
laksanakan dan mempertahankan hak dan kewajiban disebut “hukum
perdata formal”. Hukum perdata formal lazim disebut hukum acara
perdata. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, manusia adalah sen
tral. Manusia adalah penggerak kehidupan masyarakat karena manus
ia itu adalah pendukung hak dan kewajiban. Dengan demikian, huku
m perdata material pertama kali menentukan dan mengatur siapakah
yang dimaksud dengan orang sebagai pendukung hak dan kewajiban i
tu. Dapat menggetahui penggertian dasar pembentukan dan berlakun
ya hukum perdata. Hal ini menggigat keadaan hokum perdata yang b
erlaku diindonesia, baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdek
a.
Denggan demikian pembahsaan mengenai istilah d
an pengertian hukum perdata luas lapangan hukum perdata materil
sumber hukum perdata , sejarah terjadinya KUHP berlakunya KUHP d
i Indonesia sistematika Hukum perdata subyek hukum domisili huk
um catatan sipil perkawinan harta dan perkawinan putusan .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum acara perdata adal


ah hukum yang mengatur bagaimana caranya orang mengajukan perkar
a ke pengadilan, bagaimana caranya pihak yang terserang kepentin
gannya mempertahankan diri, bagaimana hakim bertindak terhadap p
ihak-pihak yang berperkara sekaligus mengurus perkara tersebut d
engan adil, bagaimana cara melaksanakan putusan hakim, yang kese
muanya bertujuan agar hak dan kewajiban yang telah diatur dalam
hukum perdata materiil itu dapat berjalan sebagaimana mestinya.7
Dengan adanya hukum acara perdata, masyarakat merasa ada kepasti
an hukum bahwa setiap orang dapat mempertahankan hak perdatanya
dengan sebaik-baiknya, dan setiap orang yang melakukan pelanggar
an terhadap hukum perdata yang mengakibatkan kerugian terhadap o
rang lain dapat dituntut melalui pengadilan. Dengan hukum acara
perdata diharapkan tercipta ketertiban dan kepastian hukum dalam
masyarakat.
Perlu kita ketahui terlebih dahulu sebelum kita masuk kepada
pembahasaan tentang hukum perdata hukum perdata itu adalah pembentuk
aturan aturan hukum yang menggatur tingkah laku setiap orang terhadap orang
lain yang berkaitan dengan hak dengan kewajiban yang timbul di dalam
pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga.
Hukum perdata dibedakan menjadi dua yaitu hukum perdata materil dan
hukum perdata formil
1. Hukum perdata materil mangaju kepentingan kepentingan perdta setiap
subjek hukum
2. Hukum perdata formil menggatur bagaimana seseorang mempertahankan
haknya apabila dilanggar orang lain. Hukum perdata formil mempertahan
hukum perdata materil karena hukum perdata formil berfungsi menerapkan
hukum perdata materil apabila ada yang melanggarnya.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Hukum Perdata
2. Bagaimana sejarah Hukum Perdata
3. Asas asas Hukum perdata

BAB I
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA


Hukum perdata adalah aturan hukum yang mengatur tingakah laku setiap orang
terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan dengan kewajiban yang
timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga.
Hukum perdata dibedakan menjadi dua yaitu hukum perdata materil dan
hukum perdata .

B. SEJARAH HUKUM PERDATA


Kitab undang undang hukum perdata ( KUH Perdata ) yang dikenal
dengan istilah burgerilijk wetboek (BW) adalah kondifikasih yang didudun di
negri belanda .
Penyusun tersebut sangat dipengaruhi oleh hukum perdata prancis code
napoleon sendiri.
Hukum perdata yang saat ini berlaku di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah hukum perdata
Eropa, terutama di Eropa kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi sebagai
hukum asli
dari negara-negara di Eropa, disamping adanya hukum tertulis dan kebiasaan
setempat.
Namun karena adanya perbedaan peraturan dari setiap daerah, sehingga orang
mencari jalan
ke arah adanya kepastian hukum, dan kesatuan hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah hukum perdata dalam
satu kumpulan
yang bernama “Code Civil des Francais” yang juga di sebut “Code napoleon”,
karena Code
Civil des Francais ini merupakan sebagian dari Code NapoleonMengenai
peraturan peraturan hukum yang belum ada di jaman Romawi antara lain
masalah
wessel, asuransi, badan-badan hukum. Akhirnya pada jaman baru sekitar abad
pertengahan
(jaman Auflarung) di muat kitab undang-undang tersendiri dengan nama “code
De
Commerce”.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai hukum perdata sebagai berikut:

1. Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo


Hukum perdata merupakan keseluruhan peraturan yang mempelajari tentang
hubungan
antara orang yang satu dengan yang lainnya dalam hubungan keluarga dan
dalam pergaulan
masyarakat.
2. Menurut Prof. Subekti
Hukum perdata meliputi semua hukum private materiil, yaitu segala hukum
pokok yang
mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Berdasarkan pengertian secara umum dan yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa hukum perdata adalah segala peraturan yang mengatur
hak dan
kewajiban perseorangan dalam hubungan bermasyarakat. Hukum perdata
disebut juga dengan
hukum private karena mengatur kepentigan perseorangan

C. SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA HUKUM PERDATA

Hukum perdata yang saat ini berlaku di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah hukum perdata
Eropa, terutama di Eropa kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi sebagai
hukum asli
dari negara-negara di Eropa, disamping adanya hukum tertulis dan kebiasaan
setempat.

Namun karena adanya perbedaan peraturan dari setiap daerah, sehingga orang
mencari jalan
ke arah adanya kepastian hukum, dan kesatuan hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah hukum perdata dalam
satu kumpulan
yang bernama “Code Civil des Francais” yang juga di sebut “Code napoleon”,
karena Code
Civil des Francais ini merupakan sebagian dari Code Napoleon.
Mengenai peraturan peraturan hukum yang belum ada di jaman Romawi
antara lain masalah
wessel, asuransi, badan-badan hukum. Akhirnya pada jaman baru sekitar abad
pertengahan
(jaman Auflarung) di muat kitab undang-undang tersendiri dengan nama “code
De
Commerce”.
Pada tahun 1809-1811 Prancis menjajah Belanda, maka Raja Lodewijk
Napoleon
menetapkan : Wetboek Napoleon Ingeriht Voor het Koninkrijk holland yang
isinya mirip
dengan Code Napoleon dan Code Civil des Francais untuk dijadikan sumber
Hukum Perdata
di Belanda (Nederlands).

Pada tahun 1811 penjajahan berakhir dan Nederland disatukan dengan Prancis,
Code
Napoleon dan Code Civil des Francais ini tetap berlaku di Belanda
(Nederlands).

Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata (Sipil)
atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat
oleh
MR.J.M. KEMPER yang disebut ONTWERP KEMPER namun sayangnya
KEMPER
meninggal dunia di tahun 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan
dilanjutkan oleh
NICOLAI yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia. Pada tahun
1830 tanggal
6 juli kodifikasi ini selesai dengan terbentuknya BW (Burgelijik Wetboek) atau
Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Belanda dan WvK (Wetboek van Koophandle)
atau yang
dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. kedua ini adalah produk
Nasional
Nederlands namun isi dan bentuknya sebagian besar sama dengan Code
Commerce dan Code Civil des Francais.

Pada tahun 1948 berlakunya kedua Undang-Undang produk Nederlands Ini di


Indonesia
berdasarkan azas koncordantie (azas Politik Hukum). Dan sampai sekarang
yang kita kenal
dengan KUH Perdata (KUHP) untuk BW. Sedangkan KUH dagang untuk WvK.

D. ASAS HUKUM PERDATA

Adapun beberapa asas yang sangat penting dalam hukum perdata antara
lain:

1. Asas kebebasan berkontrak


Merupakan asas yang mengandung makna bahwa setiap orang dapat
mengadakan perjanjian
apapun itu, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum
diatur dalam
undang. Asas ini terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa
”semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
yang
membuatnya”.

2. Asas konsesualisme
Merupakan asas yang berhubungan saat lahirnya perjanjian. Pada pasal 1320
ayat 1 KUH
Perdata, syarat sahnya perjanjian itu karena adanya kata kesepakatan antara dua
belah pihak.

3. Asas kepercayaan
Yaitu asas yang mengandung makna bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian
akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka.

4. Asas kekuatan mengikat


Yaitu asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat bagi para pihak
yang
mengikatkan diri atau terlibat pada perjanjian tersebut.

5. Asas persamaan hukum


Yaitu asas yang mengandung maksud bahwa subjek hukum yang membuat
perjanjian
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.

6. Asas keseimbangan
Yaitu asas yang menginginkan kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
perjanjian
yang telah dijanjikan.
7. Asas kepastian hukum (Asas pacta sunt servada)
Yaitu asas yang diakibatkan dari suatu perjanjian dan diatur dalam pasal 1338
ayat 1 dan 2
kuh perdata. Asas tersebut dapat disimpulkan dari kata “....... berlaku sebagai
undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”.

8. Asas moral
Yaitu asas yang terikat dalam perikatan wajar, artinya perbuatan seseorang yang
sukarela
tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.

9. Asas Perlindungan
Yaitu asas yang memberikan perlindungan hukum antara debitur dan kreditur.
Namun, yang
perlu mendapat perlindungan itu adalah debitur ddikarenakan berada pada
posisi yang lemah.

10. Asas kepatutan


Yaitu asas yang berkaitan dengan ketentuan tentang isi perjanjian yang
diharuskan oleh
kepatutan.

11. Asas kepribadian


Yaitu asas yang mengharuskan seseorang dalam mengadakan perjanjian untuk
kepentingan
dirinya sendiri.

12. Asas itikad baik


Yaitu asas yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian, asas ini menyatakan
bahwa apa saja
yang harus dilaksanakan dengan memenuhi tuntutan keadilan dan tidak
melanggar kepatutan.
Hal ini sesuai dalam pasal 1338 ayat 3.
E. KLASIFIKASI MACAM – MACAM JENIS HUKUM PERDATA

Klasifikasi macam-macam hukum perdata berdasarkan 2 hal yaitu:


berdasarkan ilmu
pengetahuan hukum dan berdasarkan pembagian dalam Kitab Undang-Undang
Hukum
Perdata.

1. Berdasarkan ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dibagi menjadi 4


macam, antara
lain:

a. Hukum perorangan (pribadi)


Hukum perorangan adalah hukum yang mengatur tentang manusia sebagai
subjek hukum dan
tentang kecakapannya untuk memiliki hak-hak serta bertindak sendiri dalam
melaksanakan
hak-haknya itu.
b. Hukum keluarga
Hukum keluarga adalah hukum yang menyangkut kekuasaan orangtua,
perwalian,
pengampunan, perkawinan. Hukum keluarga terjadi karena adanya perkawinan
antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang kemudian melahirkan
seorang anak.
c. Hukum kekayaan
Hukum kekayaan adalah hukum yang mengatur benda dan hak-hak yang dapat
dimiliki atas
benda. Benda disini adalah segala barang dan hak yang menjadi milik orangtua
atau sebagai
objek hak milik. Hukum mengenai harta kekayaan ini mencakup 2 hal, yaitu
hukum
benda yang bersifat mutlak (artinya hak terhadap benda diakui dan dihormati
oleh setiap
orang) dan hukum perikatan yang bersifat kehartaan antara dua orang atau lebih.
d. Hukum waris
Hukum waris adalah hukum yang mengatur pembagian harta peninggalan
seseorang, ahli
waris, urutan penerimaan ahli waris, hibah serta wasiat.

2. Berdasarkan pembagian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,


macam-macam
hukum perdata antara lain:

Buku I tentang orang, yang mengatur hukum tentang diri seseorang dan hukum
kekeluargaan.

Buku II tentang hal benda, yang mengatur hukum kebendaan dan hukum waris.

Buku III tentang hal perikatan, yang mengatur hak-hak dan kewajiban timbal
balik
antara orang-orang atau pihak-pihak tertentu.

Buku IV tentang pembuktian dan daluarsa, yang mengatur tentang alat-alat


pembuktian dan akibat hukum yang timbul dari adanya daluarsa itu.

F. SUMBER – SUMBER HUKUM PERDATA

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan yang


bersifat memaksa,
yakni apabila aturan tersebut dilanggar maka berlakunya sanksi yang tegas dan
nyata.
Menurut Vollmar sumber hukum perdata ada 2 yaitu: sumber hukum perdata
tertulis dan
sumber hukum perdata tidak tertulis, yaitu kebiasaan.
Adapun sumber hukum perdata tertulis antara lain:
Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), yaitu ketentuan-ketentuan umum
pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia.

KUH Perdata atau Burgelijk Wetboek (BW), yaitu ketentuan hukum produk
Hindia
Belanda yang diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas koncordantie.

KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK), yaitu KUH Dagang yang terdiri
atas
754 pasal, meliputi buku I (tentang dagang secara umum) dan Buku II (tentang
hak-hak dan
kewajiban yang timbul dalam pelayaran.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, yaitu UU ini
mencabut
berlakunya Buku II KUH Perdata sepanjang mengenai hak atas tanah, kecuali
hipotek.

Secara umum dalam UU ini mengatur mengenai hukum pertanahan yang


berlandaskan pada hukum
adat, yaitu hukum yang menjadi karakter bangsa Indonesia sendiri.

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Perkawinan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
beserta
Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah.

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.


Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan
(LPS).
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
(KHI).
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.dan juga
Sumber Hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat
dimana hukum perdata di
temukan.Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam.
Yaitu
KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber
tersebut
dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak
tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat
ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis.
Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan
perundang-
undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis
adalah
tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak
tertulis.
Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.Yang menjadi sumber perdata tertulis
yaitu:
 1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum
permerintah Hindia
Belanda
 2. KUHPerdata (BW)
 3. KUH dagang
 4. UU No 1 Tahun 19745. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

G. Asas asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
Hukum Perdata adalah:
 1. Asas Kebebasan Berkontrak
 Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat
mengadakan perjanjian
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum
diatur
dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).
 2. Asas Konsensualisme
 Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada
pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya
kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan
bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan
cukup
dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian
antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
 3. Asas Kepercayaan
 Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang
akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara
mereka
dibelakang hari.
4. Asas Kekuatan Mengikat
 Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa
perjanjian hanya
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan
sifatnya
hanya mengikat.
 5. Asas Persamaan hukum,
 Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum
yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.
Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek
hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
 6. Asas Keseimbangan,
 Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut
prestasi dan
jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur,
namun
debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan
itikad baik
 7. Asas Kepastian Hukum,
 Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt
servanda merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak
yang
dibuat oleh para pihak.
 8. Asas Moral
 Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari
pihak
debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan
perbuatan
dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum
untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang
memberikan
motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah
didasarkan
pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya
 9. Asas Perlindungan
 Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah
pihak
debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang
menjadi
dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu
kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat,
dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak
harus
diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu
kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para
pihak
 10. Asas Kepatutan.
 Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
dengan
ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan
sifat
perjanjiannya
 11. Asas Kepribadian (Personality)
 Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja.
Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
 12. Asas Itikad Baik (Good Faith)
 Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas
bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari
para pihak
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu
dalam
pergaulan masyarakat.Sedangkan hukum perdata material adalah menerangkan
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa
yang
dapat dijatuhkan.Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara
mempertahankan
atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum
formil
itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.Dalam hukum perdata juga
ada
asas-asa dan juga sumber-sumber hukum, sejarah hukum perdata di Indonesia
juga tak
lepas dari Belanda.

 B. Saran
 Demikianlah makalah yang kami susun tentang Hukum Perdata. Kami
menyadari
bahwa makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak
kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik,
semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai