DISUSUN OLEH
Riris Sirnawati Manalu : 221010201115
Rosmerry Amelia Putri : 221010201112
Siti Nurafida : 221010200143
Tanggil Iwarman Waruwu : 221010200128
M.Abdur Rozaq : 221010201204
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………
………
Kata Pengantar…………………………………………………………………
……...
Daftar Isi………………………………………………………………………
…………
Bab I Pedahuluan………………………………………………………………
………………
a. Latar Belakang…………………………………………………………
……….
b. Rumusan Masalah………………………………………………………
……
c. Tujuan……………………………………………………………………
………
Bab II Pembahasan……………………………………………………………
……………..
a. Penggertian hukum perdata……………………………..………………
b. Sejarah hukum perdata..…………………………………………………
c. Tujuan……………………………………………………………………
……
Bab III Penutup………………………………………………………………
………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………
………
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PEMBAHASAN
Hukum perdata yang saat ini berlaku di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah hukum perdata
Eropa, terutama di Eropa kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi sebagai
hukum asli
dari negara-negara di Eropa, disamping adanya hukum tertulis dan kebiasaan
setempat.
Namun karena adanya perbedaan peraturan dari setiap daerah, sehingga orang
mencari jalan
ke arah adanya kepastian hukum, dan kesatuan hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah hukum perdata dalam
satu kumpulan
yang bernama “Code Civil des Francais” yang juga di sebut “Code napoleon”,
karena Code
Civil des Francais ini merupakan sebagian dari Code Napoleon.
Mengenai peraturan peraturan hukum yang belum ada di jaman Romawi
antara lain masalah
wessel, asuransi, badan-badan hukum. Akhirnya pada jaman baru sekitar abad
pertengahan
(jaman Auflarung) di muat kitab undang-undang tersendiri dengan nama “code
De
Commerce”.
Pada tahun 1809-1811 Prancis menjajah Belanda, maka Raja Lodewijk
Napoleon
menetapkan : Wetboek Napoleon Ingeriht Voor het Koninkrijk holland yang
isinya mirip
dengan Code Napoleon dan Code Civil des Francais untuk dijadikan sumber
Hukum Perdata
di Belanda (Nederlands).
Pada tahun 1811 penjajahan berakhir dan Nederland disatukan dengan Prancis,
Code
Napoleon dan Code Civil des Francais ini tetap berlaku di Belanda
(Nederlands).
Adapun beberapa asas yang sangat penting dalam hukum perdata antara
lain:
2. Asas konsesualisme
Merupakan asas yang berhubungan saat lahirnya perjanjian. Pada pasal 1320
ayat 1 KUH
Perdata, syarat sahnya perjanjian itu karena adanya kata kesepakatan antara dua
belah pihak.
3. Asas kepercayaan
Yaitu asas yang mengandung makna bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian
akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka.
6. Asas keseimbangan
Yaitu asas yang menginginkan kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
perjanjian
yang telah dijanjikan.
7. Asas kepastian hukum (Asas pacta sunt servada)
Yaitu asas yang diakibatkan dari suatu perjanjian dan diatur dalam pasal 1338
ayat 1 dan 2
kuh perdata. Asas tersebut dapat disimpulkan dari kata “....... berlaku sebagai
undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”.
8. Asas moral
Yaitu asas yang terikat dalam perikatan wajar, artinya perbuatan seseorang yang
sukarela
tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.
9. Asas Perlindungan
Yaitu asas yang memberikan perlindungan hukum antara debitur dan kreditur.
Namun, yang
perlu mendapat perlindungan itu adalah debitur ddikarenakan berada pada
posisi yang lemah.
Buku I tentang orang, yang mengatur hukum tentang diri seseorang dan hukum
kekeluargaan.
Buku II tentang hal benda, yang mengatur hukum kebendaan dan hukum waris.
Buku III tentang hal perikatan, yang mengatur hak-hak dan kewajiban timbal
balik
antara orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
KUH Perdata atau Burgelijk Wetboek (BW), yaitu ketentuan hukum produk
Hindia
Belanda yang diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas koncordantie.
KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK), yaitu KUH Dagang yang terdiri
atas
754 pasal, meliputi buku I (tentang dagang secara umum) dan Buku II (tentang
hak-hak dan
kewajiban yang timbul dalam pelayaran.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, yaitu UU ini
mencabut
berlakunya Buku II KUH Perdata sepanjang mengenai hak atas tanah, kecuali
hipotek.
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
Hukum Perdata adalah:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat
mengadakan perjanjian
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum
diatur
dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada
pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya
kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan
bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan
cukup
dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian
antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang
akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara
mereka
dibelakang hari.
4. Asas Kekuatan Mengikat
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa
perjanjian hanya
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan
sifatnya
hanya mengikat.
5. Asas Persamaan hukum,
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum
yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.
Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek
hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
6. Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut
prestasi dan
jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur,
namun
debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan
itikad baik
7. Asas Kepastian Hukum,
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt
servanda merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak
yang
dibuat oleh para pihak.
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari
pihak
debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan
perbuatan
dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum
untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang
memberikan
motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah
didasarkan
pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya
9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah
pihak
debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang
menjadi
dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu
kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat,
dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak
harus
diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu
kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para
pihak
10. Asas Kepatutan.
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan
dengan
ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan
sifat
perjanjiannya
11. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja.
Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
12. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas
bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari
para pihak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu
dalam
pergaulan masyarakat.Sedangkan hukum perdata material adalah menerangkan
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa
yang
dapat dijatuhkan.Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara
mempertahankan
atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum
formil
itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.Dalam hukum perdata juga
ada
asas-asa dan juga sumber-sumber hukum, sejarah hukum perdata di Indonesia
juga tak
lepas dari Belanda.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun tentang Hukum Perdata. Kami
menyadari
bahwa makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak
kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik,
semoga