Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Hukum Perdata Menurut Ilmu Hukum”

Mata Kuliah: Hukum Perdata


Dosen Pengampu: Dr. Rosdalina Bukido M.Hum.

Disusun Oleh Kelompok II:

Avinta Deviana Korompot (16.1.2.022)


Geiby Poloalo (16.1.2.021)
Husnul Khotimah Hasri (16.1.2.001)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


MANADO
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

hukum publik dan hukum privat (hukum perdata). Hukum publik merupakan

ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur kepentingan umum, sedangkan

hukum perdata mengatur kepentingan yang bersifat keperdataan.1

Dikatakan bahwa perkataan perdata juga lazim dipakai sebagai lawan

dari pidana. Namun ada pula yang memberi istilah hukum sipil untuk hukum

privat materiil, oleh karena istilah tersebut sering dipakai sebagai lawan dari

militer, maka seyoginya dipakai istilah hukum perdata untuk segenap

peraturan hukum privat materiil.2

Tahun 1997 merupakan momentum awal dimulainya era reformasi di

Negara republik Indonesia. Dalam bidang hukum, diarahkan kepada

pembentukan peratutan pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baru dan penegakan hukum (law of enforcement). Yang bertujuan untuk


menggantikan peraturan lama yang merupakan produk pemerintah Hindia

1
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Ed. II. Cet X (Jakarta: Raja Grafindo, 2005)

h.147

2
F.X. Suhardana, Hukum perdata 1, cet. II, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996) h.4

2
Belanda diganti dengan peraturan yang baru sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi, rasa keadilan, dan budaya hukum masyarakat Indonesia.3

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya

suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang

lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak

berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan

permasalahn hukum. Seperti permasalahan pinjam meminjam, permasalahan

dalam pernikahan dan lain sebagainya yang termasuk ke dalam masalah

hukum perdata.4

B. Fokus Masalah

1. Jelaskan Pengertian Hukum Perdata?

2. Bagaimana Hukum perdata Menurut Ilmu Hukum?

3
Salim HS. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Cet III. (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) h.3

4
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Cet XXV. (Jakarta: Intermasa, 1993) h.11

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata

Menurut Subekti, hukum perdata dalam arti luas meliputi semua

hukum privat materil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-

kepentingan perseorangan asis Safioedin menyebutkan, hukum perdata adalah

hukum yang memuat peraturan dan ketentuan hukum yang meliputi hubungan

hukum antara orang yang satu dengan yang lain (antara subjek hukum yang

satu dan subjek hukum yang lain) di dalam masyarakat dengan

menitikberatkan kepada kepentingan perorangan. Vollmar menyebutkan,

hukum perdata ialah aturan-aturan atau norma-norma, yang memberikan

pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan-

kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan

yang satu dengan yang lain dari orang-orang di dalam suatu masyarakat

tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas.
5

Dari definisi-definisi tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan hukum perdata ialah hukum yang mengatur hubungan

hukum antara orang atau badan hukum yang satu dengan orang atau badan

5
F.X. Suhardana, Hukum perdata 1, cet. II, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996) h. 6-8.

4
hukum yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepada

kepentingan perseorangan (pribadi atau badan hukum). 6

Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku

setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban

yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun keluarga. Hukum perdata

dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata materiil dan hukum perdata

formil.7

1. Hukum perdata materiil mengatur kepentingan-kepentingan

perdata setiap subjek hukum.

2. Hukum perdata formil mengatur bagaimana cara seseorang

mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain.

Hukum perdata formil mempertahankan hukum perdata materiil,

karena hukum perdata formil berfungsi menerapkan hukum perdata materiil

apabila ada yang melanggarnya.8

Para ahli memberikan batasan hukum perdata seperti berikut ini. Van

Dunne megartikan hukum, khususnya pada abad ke 19 adalah “suatu


peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan

6
F.X. Suhardana, Hukum perdata 1, h. 6-8.

7
Yulies Tiena Masriani. Pengantar Hukum Indonesia. Cet. II. (Jakarta: Sinar Grafika, 2006)

h.72.

8
Yulies Tiena Masriani. Pengantar Hukum Indonesia. h.73.

5
individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan

hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi.”9

Definisi ini mengkaji definisi hukum perdata dari aspek

pengaturannya. Fokus perarurannya pada kebebasan individu, seperti orang

dan keluarganya, hak milik perikatannya.10

B. Hukum Perdata Menurut Ilmu Hukum

Hukum perdata menurut ilmu hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam

empat bagian yaitu:

1. Hukum tentang diri seseorang, memuat peraturan-peraturan

tentang manusia sebagai subjek dalam hukum, peraturan-peraturan perihal

kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri

melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-

kecakapan itu.11

Hukum pribadi (personenrecht) yaitu ketentuan-ketentuan hukum

yang mengatur tentang hak dan kewajiban dan kedudukannya dalam hukum.

Pribadi sebagai subjek hukum ialah orang dalam arti hukum. Artinya,
memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban dimiliki oleh setiap orang

secara kodrati sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Bahkan menurut

hukum perdata Eropa yang dinyatakan dalam pasal 2 KUH Perdata

9
Salim HS. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Cet III. (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) h.5.

10
Salim HS. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. h.5.

11
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Cet XXV. (Jakarta: Intermasa, 1993) h.16

6
menetapkan bahwa “Anak yang dalam kandungan seorang wanita dianggap

sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan anak menghendakinya.

Kematian sewaktu dilahirkanya dianggaplah tidak pernah ada.” Maksud dari

ketentuan ini walaupun merupakan fiksi hukum bahwa calon bayi sudah

dianggap ada dan memiliki hak untuk kepentingan tertentu yaitu suatu

pewarisan. 12

Pribadi yang dinyatakan tidak mampu melaksanakan hak dan

kewajibannya sendiri karena kedudukan hukum belum mengizinkan, menurut

pasal 1330 KUH Perdata terdiri dari:

a. Anak di bawah umur,

b. Orang sakit ingatan dan keborosan,

c. Wanita yang bersuami.13

Di samping manusia sebagai subjek hukum, yang dianggap sama

dengan itu ialah “pribadi hukum”. Pribadi hukum merupakan pribadi ciptaan

hukum. Pribadi hukum ini ditimbulkan sebagai akibat:

a. Adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi kepentingan


tertentu, atas dasar kegiatan yang dilakukan bersama,

12
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Ed. II. Cet X (Jakarta: Raja Grafindo, 2005)

h.146

13
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.146.

7
b. Adanya tujuan ideal yang perlu dicapai tanpa selalu tergantung

kepada pribadi secara perorangan.14

Pribadi hukum sebagai subjek hukum harus mempunyai tujuan dan

memiliki kekayaan sendiri, terlepas dari kekayaan pribadi yang

menjalankannya. Sebagai subjek hukum, pribadi hukum juga memiliki hak

dan kewajiban, dapat mengadakan hubungan hukum, terlibat dalam suatu

peristiwa hukum dan sebagainya. Contoh pribadi hukum ialah Negara,

perseroan terbatas, yayasan dan lainnya.15

2. Hukum kekeluargaan, mengatur perihal hubungan-hubungan

hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan, yaitu perkawinan beserta

hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara suami dan isteri, hubungan

antara orang tua dan anak, perwalian dan curatele.16

Hukum keluarga (familierecht) yaitu ketentuan ketentuan hukum yang

mengatur tentang hubungan lahir batin antara dua orang yang berlainan

kelamin (dalam perkawinan) dan akibat hukumnya.17

Secara luas hukum keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Keturunan, masalah keturunan menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 ditentukan dalam pasal 55 bahwa “asal-usul seorang

14
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.147-149.

15
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.149.

16
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. h.16

17
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h. 149.

8
anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang otentik, yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.”

b. Kekuasaan orang tua, masalah kekuasaan oeang tua yang

berupa hak dan kewajibannya menurut Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 dinyatakan bahwa “kedua orang tua wajib untuk memelihara dan

mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya. Pasal 48 menyatakan

bahwa “Orang tua tidak diperbolehkan atau menggadaikan barang-barang

tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur delapan belas tahun atau

belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak

itu menghendakinya.”

c. Perwalian, masalah perwalian diatur dalam Pasal 50, 51, 52, 53

dan 54 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Seorang anak yang belum

mencapai usia delapan belas tahun atau belum pernah menikah, yang tidak

berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali.

d. Pendewasaan, merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang

yang belum mencapai usia dewasa atau untuk beberapa hal tertentu

dipersamakan kedudukan hukumnya dengan seorang yang telah dewasa.


e. Pengampuan.

f. Perkawinan, masalah perkawinan, ketentuannya secara rici

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang dilaksanakan

dengan Peraturan Pemerintah No. 9 TAhun 1975.18

3. Hukum kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan

hukum yang dapat dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan tentang

18
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.154-157.

9
kekayaan seseorang, yang dimaksudkan ialah jumlah segala hak dan

kewajiban orang itu, dinilai dengan uang. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban

yang demikian itu, biasanya dapat dipindahkan kepada orang lain. Hak-hak

kekayaan, terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang dan

karenanya dinamakan hak mutlak dan hak-hak yang hanya berlaku terhadap

seseorang atau suatu pihak yang tertentu saja dan karenanya dinamakan hak

perseorangan. Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda yang

dapat terlihat dinamakan hak kebendaan. Hak mutlak yang tidak dapat

terlihat, misalnya hak seorang pengarang atas karangannya, hak seorang atas

suatu pendapat dalam lapangan ilmu pengetahuan atau hak seorang pedagang

untuk memakai sebuah merk, dinamakan hak mutlak saja.19

Hukum kekayaan (vermogensrecht) yaitu ketentuan-ketentuan hukum

yang mengatur tentang hak-hak perolehan seseorang dalam hubungannya

dengan orang lain yang mempunyai nilai uang.20

Hukum kekayaan merupakan ketentuan yang mengatur mengenai

hubungan antara subjek hukum dan objek hukum dalam suatu peristiwa

hukum. Yang dimaksud dengan objek hukum yaitu benda (zaak) ialah segala
sesuatu yang menjadi bagian dari keadaan yang dapat dikuasai dan

mempunyai nolai uang. Yang diperhatikan adalah hubungan antarpara subjek

hukum dengan membuat suatu ikatan hukum tertentu berkenaan dengan suatu

objek hukum tertentu, sehingga hal yang dikehendaki dapat tercapai untuk

19
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. h.16.

20
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.149.

10
memiliki benda itu sebagai kekayaan mereka. Oleh karena itu, ruang lingkup

hukum kekayaan terdiri dari hukum benda dan hukum perikatan.21

a. Hukum benda, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur

mengenai hal yang diartikan dengan benda dan hak-hak yang melekat

diatasnya.

b. Hukum perikatan, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur

hak dan kewajiban subjek hukum dalam tindakan hukum kekayaan.22

4. Hukum warisan, mengatur hal ikhwal tentang benda atau

kekayaan seseorang jikalau ia meninggal. Juga dapat dikatakan, hukum waris

itu mengatur akibat-akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggalan

seseorang. Berhubung dengan sifatnya yang setengah-setengah ini, hukum

waris lazimnya ditempatkan tersendiri.23

Hukum waris (erfrecht) yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang

mengatur tentang cara pemindahan hak milik seseorang yang meninggal dunia

kepada yang berhak memiliki selanjutnya.24

Hukum waris Eropa mengenal adanya dua macam waris, yaitu hukum
waris tanpa wasiat atau hukum waris abintestato dan hukum waris wasiat

21
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.160-162.

22
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.160-162.

23
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. h.16.

24
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.149.

11
testamen. Hukum waris abnitestato mengatur tentang penerimaan warisan

dari seseorang yang meninggal dunia yang tidak mengadakan ketentuan-

ketentuan mengenai kekayaannya. 25

Menurut Pasal 823 KUH Perdata, dinyatakan bahwa “yang berhak

untuk menjadi ahli waris ialah para keluarga sedarah baik sah maupun luar

kawin atau suami atau isteri yang hidup terlama. Kalau keluarga atau suami

atau isteri yang hidup terlama tidak ada, maka segala harta peninggalan itu

menjadi milik Negara dengan melunasi segala utang sekadar harta

peninggalan mencukupi untuk itu”.26

Yang dimaksud dengan keluarga sedarah dan suami atau isteri yang

hidup terlama sebagai ahli waris itu ada empat golongan dalam keluarga

sedarah.

Golongan pertama : keturunan dari yang meninggal dunia ialah

anak, suami atau isteri ysng hidup terlama dan cucu sebagai ahli waris

pengganti.

Golongan kedua : orang tua, saudara-saudara sekandung dan


keturunan dari yang meninggal dunia.

Golongan ketiga : leluhur dari yang meninggal dunia, baik dari

pihak suami maupun dari pihak isteri.

Golongan keempat: keluarga sedarah sampai derajat keenam.

25
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.164-167

26
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.164-167

12
Hukum waris wasiat mengatur bagaimana cara membuat wasiat bagi

seseorang sebelum meninggal dunia dan akibat-akibat hukum dari pembuatan

wasiat itu. Ada empat jenis wasiat.27

a. Wasiat umum ialah surat wasiat yang dibuat dihapan seorang

notaris dan dihadiri oleh dua orang saksi. Wasiat umum ini sifatnya autentik

dan sejak selesainya dibuat sampai pembuat meninggal dunia wasiat itu

disimpan di kantor notaris.

b. Wasiat olographie ialah surat wasiat yang ditulis sendiri

kemudian di simpan di kantor notaris sampai pembuatnya meninggal dunia.

c. Wasiat rahasia ialah surat wasiat yang di buat sendiri atau

orang lain dan disegel, kemudian di simpan di kantor notaris sampai

pembuatnya meninggal dunia.

d. Codisil ialah suatu akta di bawah tangan yang isinya kurang

penting dan merupakan pesan seseorang setelah meninggal dunia.28

Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto dalam bukunya (1979)

menerangkan bahwa hukum adat waris mengenal adanya tiga sistem

kewarisan, yaitu sistem kewarisan individual, sistem kewarisan kolektif dan


sistem kewarisan mayorat.29

27
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.164-167

28
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.164-167

29
R Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. h.166

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum perdata ialah hukum yang mengatur hubungan hukum antara

orang atau badan hukum yang satu dengan orang atau badan hukum yang lain

di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepada kepentingan

perseorangan (pribadi atau badan hukum). Hukum perdata adalah hukum yang

memuat peraturan dan ketentuan hukum yang meliputi hubungan hukum

antara orang yang satu dengan yang lain (antara subjek hukum yang satu dan

subjek hukum yang lain) di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepada

kepentingan perorangan.

Hukum perdata menurut ilmu hukum yang digolongkan menjadi empat

bagian, yaitu Hukum tentang diri seseorang yang memuat peraturan tentang

manusia sebagai subjek dalam hukum, Hukum keluarga mengatur hubungan

hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan, hukum kekayaan yang

mengatur hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang dan hukum waris
adalah hukum yang mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan

seseorang jikalau ia maninggal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Djamali Abdoel R. 2005. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Raja Grafindo.

HS. Salim. 2005. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Jakarta. Sinar Grafika.

Masriani Tiena Yulies. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. Sinar

Grafika.

Subekti. 1993. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta. Intermasa.

Suhardana F.X. Joyce Margareth. Sindudisastra Ohim OJB, dkk. 1996.

Hukum Perdata I. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai