Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DASAR-DASAR HUKUM PERDATA

Dosen Pengampuh:
Atika Ismail, S.H,.M.H

Disusun oleh kelompok 6:


Akdot
Arya
La Marchen Dio Sconda (502022295)
Moza (502022273)
Yogi Andora (502022368)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan
berkah dan karunia kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Dasar-Dasar Hukum Perdata” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat
beriring salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
mana telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti
sekarang ini.

Makalah ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah “Pengantar Hukum
Indonesia”, kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa, dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 08 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Pengertian Dari Hukum Perdata...........................................................
B. Sejarah Hukum Perdata Di Indoneisa...................................................
C. Kedudukan KUH Perdata.....................................................................
D. Sistematika Hukum Perdata..................................................................
E. Pengertian Hukum Peorangan..............................................................
F. Pengertian Hukum Keluarga.................................................................
G. Pengertian Hukum Perikatan................................................................
H. Pengertian Hukum Pembuktian dan Daluwarsa...................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................


A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum perdata adalah segala hukum pokok yag mengatur
kepentingan-kepentingan perseorangan. Hukum perdata sebagai hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan. Hukum perdata ialahhukum
yang mengatur kepentingan antara warga negara perseorangan yang satu
dengan warga negara perseorangan yang lain.
Sumber pokok hukum perdata (Burgerlijkrecht) ialah kitab
undang-undang hukum perdanta (Burgerlijk Wetboek) disingkat KUH
perdata (BW). Sebagian besar isiya adalah hukum perdat prancis (Code
civil), yaitu sebagian besar dari code napoleon tahun 1811-1838. Setelah
indonesia menjadi negara yang merdeka sejak pernyataan Proklamasi
Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka berlakunya Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) mengalami banyak
perubahan. Perubahan yang dimaksudkan karena banyak pasal di dalam
KUH Perdata (BW) dicabut oleh undang-undang yang sama atau sejenis
atau dinyatakan tidak berlaku karena tidak sesuai dengan alam pikiran atau
kesadaran hukum bangsa Indonesia yang modern dan religius.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Dari Hukum Perdata?
b. Bagaimana Sejarah Hukum Perdata Di Indoneisa?
c. Bagaimana Kedudukan KUH Perdata?
d. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata?
e. Apa yang dimaksud Hukum Peorangan?
f. Apa yang dimaksud Hukum Keluarga?
g. Apa yang dimaksud Hukum Perikatan?
h. Apa yang dimaksud Hukum Pembuktian dan Daluwarsa?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari Hukum Perdata.
b. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Hukum Perdara Di Indonesia.
c. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan KUH Perdata.
d. Untuk mengetahui bagaimana sistematika Hukum Perdata.
e. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Perorangan.
f. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Keluarga.
g. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Perikatan.
h. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Pembuktian
dan Daluwarsa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata


Hukum perdata material (bukan hukum perdata formal) adalah
keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum
antara kepentingan perseorangan. Dengan pengertian lain hukum perdata
adalah segala peraturan atau hukum yang mengatur hak dan kewajiban
dalam hubungan antara perseorangan yang mengutamakan kepentingan
pribadi.
Hukum perdata adalah segala hukum pokok yag mengatur
kepentingan-kepentingan perseorangan. Hukum perdata sebagai hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan. Hukum perdata ialahhukum
yang mengatur kepentingan antara warga negara perseorangan yang satu
dengan warga negara perseorangan yang lain.

B. Sejarah Hukum Perdata Di Indonesia


Sumber pokok hukum perdata (Burgerlijkrecht) ialah kitab
undang-undang hukum perdanta (Burgerlijk Wetboek) disingkat KUH
perdata (BW). Sebagian besar isiya adalah hukum perdat prancis (Code
civil), yaitu sebagian besar dari code napoleon tahun 1811-1838. Akibat
pendudukan prancis di belanda, Code napoleon diberlakukan secara resmi
di negri belanda sebagai Undang-Undang Hukum sipil.
Sebagai bagian dari code napoleon,penyusunan code Civil
mengambil bahan-bahan hukum dan pendapat hukum dari
buku-buku/literatur pengarang-pengarang bangsa prancis tentang hukum
romawi (corpus juris civilis) yang pada waktu dahulu diamggap sebagai
hukum yang paling sempurna.selain itu juga di ambil dari unsur-unsur
hukum kanonik (hukum agama katolik) dan pengaruh hukum kebiasaan
hukum kebiasaan setempat.
Peraturan-peraturannyang belum ada pada zaman romawi, tidak
dimasukan dalam code civil, tapi dalam kitab sendiri,yaitu code de
commerce.
Setelah pendudukan prancis brakhir, oleh pemerintahan Belanda
dibentuk suatu panitia yang diketuai oleh Mr. J.M. Kemper yang bertugas
membuat rencana kodifikasi Hukum Sipil Belanda, dengan menggunakan
Code Civil Prancis (Napoleon) sebagai sumber material hukum dan
sebaagian kecil dari hukum Belanda Kuno.
Meskipun penyusunan tersebut sudah selesai sebelum 5 Juli 1630,
tetapi Hukum Sipil Belanda baru diresmikan dan diberlakukan di negara
Belanda pada tanggal 1 Oktober 1838.
Hukum Sipil Belanda yang diberlakukan tersebut terdiri dari
Burgerlijk Wetboek (BW) atau KUH Perdata, dan Wetboek van
Koophandel (WvK) atau KUH Dagang (KUHD). Berdasarkan asas
konkordinasi, maka Kodifikasi Hukum Sipil Belanda (Burgerjijk wetboek
dan Wetboek van Koophandel) diumumkan pada tanggal 30-4-1847
Staatsblad No.23 dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1838 di
Indonesia (Hindia Belanda).

C. Kedudukan KUH Perdata


Setelah indonesia menjadi negara yang merdeka sejak pernyataan
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka
berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
mengalami banyak perubahan. Perubahan yang dimaksudkan karena
banyak pasal di dalam KUH Perdata (BW) dicabut oleh undang-undang
yang sama atau sejenis atau dinyatakan tidak berlaku karena tidak sesuai
dengan alam pikiran atau kesadaran hukum bangsa Indonesia yang modern
dan religius. Dalam perihal berlakunya BW setelah Indonesia menjadi
negara yang merdeka dan berdaulat saat ini ada beberapa penyebab atau
moment yang mengakibatkan pasal-pasal BW tidak berlaku, yakni sebagai
berikut.
1. Gagasan Menteri Kehakiman RI Dr. Sahardjo, yang berpendapat
bahwa BW dianggap lagi seundang-undang , melainkan suatu
kelompok hukun yang tidak tertulis yang hanya dipaaki sebagai
pedoman oleh semua warga negara Indonesia.
2. Prof. Mahadi,S.H., berpendapat bahwa BW sebagai kodifikasi sudah
tidak berlaku lagi, yang ,asoh berlaku ialah aturan-aturannya yang
tidak bertentangan dengan semangat serta suasanakemerdekaan.
3. Prof. Wiryono Prodjodikoro, sependapat dengan gagasan Menteri
Kehakiman RI tersebut, dengan mengusulkan pencabutan BW tidak
dengan undang-undang melainkan dengan suatu pernyataan dari
Pemerintahan atau dari Mahkamah Agung.
4. Berdasarkan gagasan para ahli hukum tersebut, maka pada tanggal 5
September 1963, Mahkamah Agung RI mengeluarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963, selanjutkan disingkat
dengan SEMA.
5. Diberlakukannya Undang-Undnag Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
6. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang
penggantian nama.
7. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tenatng
perkawinan.
8. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 4 1996 tentang hak
tanggunagn atas tanah beserta nemda-benda yang berkaitan dengan
tanah, maka pasal-pasal hipotik dalam buku II BW yang objeknya
dicabut atau tidak belaku.

D. Sistematika Hukum Perdata


Sistematika hukum perdana diatur dalam kitab undang-undang
hukum perdata atau disingkat KUH perdata yang lebih dikenal dengan
Burgerlijk Wetboek disingkat BW.
Menurut ilmu pengetahuan, sistematika hukum perdata dibag dalam 4
(empat) bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Hukum perorangan (personenrecht) yang memuat antara lain:


a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum,
b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak hak
dan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya serta hal-
hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu
2. Hukum keluarga (familierecht) yang memuat antara lain:
a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan
antara suami/istri.
b. Hubungan antara orang tua dan anak-anaknya (kekuasaan Orang
tua (ouderlijke macht)
c. Perwalian (voogdij):
d. Pengampuan (curatele).
3. Hukum harta kekayaan (vermogensrecht), yang mengatur tentang
hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang
Hukum harta kekayaan meliputi:
a. hak mutlak (absolute rechten), yaitu kekuasaan (kewenangan)
hukum yang berlaku terhadap setiap orang;
b. hak perorangan (relatieve rechten), yaitu kekuasaan (kewe
nangan) hukum yang berlaku terhadap orang-orang tertentu.
4. Hukum waris (erfrecht), yang mengatur tentang benda atau kekayaan
seorang jika ia meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari
hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang).

E. Hukum Perorangan
Hukum tentang orang mengatur tentang orang (nama orang, tempat
tinggal, kecakapan hukum) dan badan hukum sebagai subjek hukum.
Berlakunya seorang manusia sebagai pembawa hak (subjek hukum jalah
mulai saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia).
Hukum perdata mengatur seluruh segi kehidupan manusia sejak ia belum
lahir dan masih dalam kandungan ibunya sampai meninggal dunia.
Menurut Pasal 2 ayat (1) KUH Perdata (BW) bahwa “Anak yang
ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah
dilahirkan, apabila kepentingan si anak menghendakinya”. Dengan
demikian, seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya sudah
dijamin untuk mendapat warisan jika ayahnya meninggal dunia.

F. Hukum Keluarga
Hukum keluarga memuat segala peraturan-peraturan hukum yang
timbul dari pergaulan hidup suatu keluarga. Keluarga (dalam arti sempit)
adalah kesatuan masyarakat kecil yang terdiri darimsuami-istri dan
berdiam dalam satu tempat tinggal. Dalam pengertian luas, keluarga
adalah apabila dalam satu tempat tinggal itu berdiam pula pihak lain
sebagai akibat perkawinan, maka berkumpullah anggota keluarga yang
terdiri dari orang-orang yang mempunyai hubungan karena perkawinan
dan karena pertalian darah. Keluarga dalam arti luas dapat terdiri dari
kakek atau nenek, anak-menantu bahkan cucu.
Dengan berlakunya UU No.1 Tahun 1974, sebagian besar pasal-
pasal hukum keluarga di dalam BW dinyatakan tidak berlaku. Pembahsan
hukum keluarga, dalam pembahasan berikut ini ditekankan pada hukum
perkawinan sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan.
1. Kekuasaan Orang Tua Menurut UU No. 1 Tahun 1974
2. Perwalian Menurut UU No. 1Tahun 1974
3. Pengampunan/Curatele (Pasal 433 s.d. 462 BW)
4. Hukum Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
5. Dasar-Dasar Perkawinan
6. Jaminan Kepastian Hukum
7. Pengertiaan Perkawinan
8. Syarat Sahnya Perkawinan
9. Asas Monogami dalam Perkawinan
10. Syarat-syarat untuk Dapat Melangsungkan Perkawinan
11. Larangan perkawinan
12. Pencegahan Perkawinan (Pasal 13 sampai dengan 12)
13. Batalnya Perkawinan (Pasal 22 sampai dengan 28)
14. Perjanjian Perkawinan (Pasal 29 UUP)
15. Hak dan Kewajiban Suami Istri (Pasal 30 sampai dengan 34)
16. Harta Benda Dalam Perkawinan (Pasal 35 sampai dengan 37)
17. Putusnya Perkawinan serta Akibatnya (Pasal 38 sampai dengan 41)
18. Kedudukan Anak
19. Perwalian
20. Ketentuan-ketentuan lain seperti,
a. Pembuktian asal usul anak
b. Perkawinan diluar Indonesia
c. Perkawinan campuran
d. Pengadilan

G. Hukum Benda
Benda (zaak) dalam arti ilmu pengetahuan hukum ialah segala
sesuatu yang dapat menjadi objek hukum. Menurut pasal 499 BW, Benda
ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat menjadi milik orang
(objek hak milik). Benda-benda tersebut dapat dibedakan menjadi:
1. Benda tetap atau tidak bergerak (onorerend)
2. Benda bergerak (reorend)

Di dalam buku ke-II BW diatur beberapa hak kebendaan, antara lain


sebagai serikut.

1. Hak bezit (kedudukan berkuasa.


2. Hak egiendom (recnt van eigendom, pasal 570-672 BW) atau hak
milik Barat.
3. Hak pengabdian pekarangan (servituut, pasal 674-708)
4. Hak opstal (recht van opstal, pasal 711-719 BW) atau hak numpang
karang
5. Hak erfpacht (recht van erfpacht pasal 720-736 BW) atau hak usaha
6. Hak pakai hasil (vruchtgebruik, pasal 756-817)
7. Hak gadai (pand, pasal 1150-1160 BW)
8. Hak hipotik (pasal 1162-1232)

H. Hukum Perikatan
Hukum perikatan (verbintenissenrecht) diatur dalam buku III BW
yang memuat masalah-masalah yang berhubungan dengaan perikatan.
Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, yaitu antara
kreditor dan debitut dibidang hatra kekayaan, di mana pihak yang satu
(kreditor) berhak atas suatu prestasi dan pihak yang lain (debitur)
berkewajiban memenuhi prestasi.
Menurut pasal 1233 BW ada dua macam sumber hukum perikatan
yakni perjanjian (pasal 1313 s.d. 1351 BW), dan undang-undang (pasal
1352 s.d. 1380 BW).

I. Hukum Pembuktian dan Daluwarsa


Hukum pembuktian dan daluwarsa (van bewijsen verjard) diatur
dalam buku IV KUH Perdata (BW). Pembuktian sebenarnya termasuk
bagian hukum acara (procesrecht) yang sebenarnya tidak dimuat dalam
BW (hukum perdata material). Dalam hukum acara (perdata), perihal
pembuktian telah dimuat dalam HIR. Di dalam BW, pembuktian diatur
dalam pasal 1865 s.d. pasal 1945).
Ketentuan mengenai daluwarsa (verjaring) diatur dalam pasal 1945
s.d. pasal 1993. Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu
atau untuk perikatan dengan lewatnya atau lampaumya waktu tertentu dan
syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang (pasal 1946 BW).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perdata material (bukan hukum perdata formal) adalah
keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum
antara kepentingan perseorangan. Dengan pengertian lain hukum perdata
adalah segala peraturan atau hukum yang mengatur hak dan kewajiban
dalam hubungan antara perseorangan yang mengutamakan kepentingan
pribadi.
Hukum Sipil Belanda yang diberlakukan terdiri dari Burgerlijk
Wetboek (BW) atau KUH Perdata, dan Wetboek van Koophandel (WvK)
atau KUH Dagang (KUHD). Berdasarkan asas konkordinasi, maka
Kodifikasi Hukum Sipil Belanda (Burgerjijk wetboek dan Wetboek van
Koophandel) diumumkan pada tanggal 30-4-1847 Staatsblad No.23
dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1838 di Indonesia (Hindia
Belanda).
Hukum tentang orang mengatur tentang orang (nama orang, tempat
tinggal, kecakapan hukum) dan badan hukum sebagai subjek hukum.
Berlakunya seorang manusia sebagai pembawa hak (subjek hukum jalah
mulai saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia).

B. Saran
Untuk mengetahui informasi tentang sebuah dasar –dasar huku perdata
maka perlu di ketahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang mempelajari tentang
hal tersebut. Untuk mendapatkan informasi yng sesuai dengan keinginan
kita, maka kita harus sesuikan dengan kitab yang membahas tentang
informasi tersebut. Dengan ini kami selaku penulis memohon kritik dan
saran dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad. 1989. Hukum Perikatan. Bandung: Alimni.
Bayu Seto. 1992. Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasioanl. Bandung; Citra
Aditya Pratama.
Mariam Darus Badrulzaman. 1983. KUH Perdata- Buku III tentang Perikatan.
Bandung: Alumni
Subekti, R. 1977. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.

Anda mungkin juga menyukai