Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“SEPSIS”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah mengenai
“sepsis” bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide nya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi,

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah makalah pengetahuan para pembaca.
Terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalh
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palembang, 22 Oktober 22

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Istilah sepsis berasal dari bahaya yunani “sepo” yang artinya membusuk dan pertama kali
dituliskan kedalam suatu puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18 SM). Kemudian pada tahun
1914 Hugo Schottmuller secara formal mendefinisikan “septicaemia” sebagai penaykit yang di
sebabkan oleh invasi mikroba ke aliran darah. Walaupun dengan adanya penjelasan tersebut,
istilah seperti septicaemia, sepsis, toksemia, dan bakterermia sering digunakan dan saling
tumpang tindih. Oleh karena itu dibutuhkan suatu standar untuk istilah tersebut dan pada tahun
1991. American Collage Of Chest Pysiciants (ACCP) dan Society Of Critical Care Medicane
(SCCM) mengeluarkan suatu konsensus mengenai Systemic Inflamatori Resonse Syndrom
(SIRS), dan seosis berst. Syndrom ini merupana suatu kelanjutan dari inflamasi yang memburuk
di mulai dari SIRS menjadi sepsis, sepsis berst, dan syok septic.

Di awal tahun 2016, devinisi baru tentang sepsis dan syok septic telah berubah secara
pesat. Sepsis sekarang di definisikan sebagai disfungis organ yang mengancam jiwa yang di
sebabkan oleh respon host yang tidak teratur terhadap infeksi. Dokumen konsensus
menggambarkan disfungsi organ sebagai peningkatan akut total sskor squentinal organ failure
asessment (SOFA) dua point akibat infeksi. Perubahan siknifikan dalam devinisi baru adalah
penghapusan penyebutan SIRS. The sepsist – 3 task force juga memperkenalkan indeks saming
tempat tidur baru, yang di sebut qSOFA untuk mengidentifikasi pasien di luar unit perawatan
keritis dengan duaan infeksi yang cenderung mengembangkan sepsys.

The sepsis occurrence in acuteely III patients (SOAP) melaporkan penyebab dari sepsis
adalah bakteri gram positif dan gram negatif. Staphylococcus aureus (gram positif) dan sepesial
pseudomonas dan escherichia coli (gram negafif) menjadi organisme yang paling sering di
identifikasi.

Sepsis merupakan penyebab utama kematian dan memiliki beban perawatan kesehatan
yang subtansil, terhitunng 6,2% dari total biaya rumah sakit di amerika serikat pada tanun 2011.
Perkiraan kejadian tahunan sepsis di amerika serikat adalah 751.000 kasus (3 kasus / 1000
penduduk dan perkiraan jumlah kematiannya 215.000 kasus. Epidemiologi sekala besar terkini
penelitian menunjukan bahwa angka kematian akibat sepsis mengalami penurunan tetapi
insidennya terus meningkat namun memang benar insiden sepsis cenderung di remehkan. Pada
mei 2017, world health assembly (WHA) dan world health organization (WHO) menjadikan
sepsis menjadi global prioritas kesehatan dan mengadopsi resolusi yang mendesak 194 negara
anggora perserikatan bangsa bangsa (PBB) untuk meningkatkan pencegahan, diagnosis, dan
pengelolahan sepsis. Dengan demikian untuk meningkatkan hasil pasien, strategi
menggabungkan pengenalan dini dan manajemen sepsis yang tepat waktu di rumah sakit sedang
di implementasikan.

Sepsis memerukan penanganan yang tepat dan efektif agar prokosisnya dapat menjadi
lebih baik. Karna salah satu penyebab dari sepsis ialah bakteri, maka di perlukan terapi
menggunakan antibiotik. Antibiotik bekerja secara bakterisid maupun bakteriostatic. Untuk
pemberian antibiotik ini harus perhatikan pola bakteri penyebab tersering yang ada di rumah
sakit, demikian pula dengan resistensi bakteri. Jika tidak di perhatikan dengan baik maka akan
memberikan efek samping buruk dan yang parah lagi efek kematian.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. DEFINISI

Sepsis merupakan suatu respon inflamasi sistemik terhadap infeksi, dimana potegen atau
patogen atau toksin dilepaskan kedalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivitas proses
inflamasi. Sepsis ditandai dengan perubahan temperatur tubuh perubahan jumblah leukosit,
takikardia dan takipnu (PERDCI (perhimpuanan dokter intensive care indoneisa) 2014).

Pada tahun 2016, the society of critical medicine (SCCM) dan Europan society of intensive care
medicine (ESICM) berdasarkan the third international concensus for sepsis and septic shock
(sepsis-3) mendifinisikan sepsis sebagai disfungsi organ yang mengancam nyawa, yang
disebabkan oleh adanya disregulasi respon tubuh terhadap infeksi.

Sepsis merupakan disfungsi organ akibat gangguan regulasi respons tubuh terhadap
terjadinya infeksi (Arifin, 2017). Kondisi sepsis merupakan gangguan yang menyebabkan
kematian.

2.2 ETIOLOGI

Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat disebabkan oleh
virus, atau semakin sering disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme kausal yang paling sering
ditemukan pada orang dewasa adalah escherichia coli, staphylococcus aureus, dan streptococcus
pneumonia. Spesies enterococcus, klebsiella, dan pseudomonas juga sering ditemukan.
Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari hots terhadap
infeksi (Caterino JM, 2012 ). Insedensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah
tuanya populasi dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertambah hidup
lebih lama, terhadap frekuensi sepsis yang relatif tinggi diantara pasien-pasien AIDS, terapi
medis (misalnya dengan glukokortikoid atau antibiotika), prosedur invasif (misalnya
pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis.

Sepsis dapat dipicu oleh infeksi dibagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi yang paling
sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, seluran kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi
yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:

1. Infeksi paru-paru (pneumonia)


2. Flu (influenza)
3. Appendiksitis
4. Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5. Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
6. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah dimasukan
kedalam tubuh melalui kulit
7. Infeksi pasca operasi
8. Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis

Sekitar pada satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak terdeteksi (NHLBI, 2015)

2.3 ANATOMI FISIOLOGI

1. Anatomi darah

a. Eritosit (sel darah merah)

Eritosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak
bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Fungsi eritosit adalah mengikat CO2 dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Eritosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa,
dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati.
Eritosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah. Berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah unutk dibaea ke jaringan dan membawa
karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi
(Fe) dan berfungsi membawa karbondioksida dan dengan karbon monoksida membentuk ikatan
karbon moniksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam keseimbangan ph darah. Sintesis
hemoglobin terjadi selama proses eritropoisis, pemantangan sel darah merah akan mempengaruhi
fungsi hemoglobin. Proses pembentukan sel darah merah (eritropoisis) pada orang dewasa terjadi
di sumsum tulang seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternuum, iga, dan episif tulag-
tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac, pada usia 3-6 bulan
intauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam proses pembentukan sel darah merah
membutuhkan bahan zst besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 (piridoksin), protein dan
faktor lain. Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi sel
darah sehingga mengakibatkan anaemia yang ditandai dengan kadar hemoglobin yang
rendah/kurang dari normal (Tambajon, 2016)
b. Leukosit (sel darah putih)

Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu
(pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti
sel. Leukosit berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu menumbuh dan memakai bibit penyakit atau
bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain
yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding
usus melalui limpa kepembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat
diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan
kuman atau infeksi maka jumblah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.

c. Plasma darah

Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir 90% plama darah
terdiri dari:

1. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah

2. Garam-garam mineral ( garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik)

3. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan
tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh

4. Zat makananan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin)

5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

2. Fisiologi Darah

a. Sebagai pengangkut yaitu:

1. Mengambil O2/ zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan keseluruhan jaringan tubuh

2. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

3. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh
jaringan/alat tubuh.

4. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak bergunaa bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui
kulit dan ginjal.

b. Sebagai pertahanan tuuh terhadap serangan bibir penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat anti racun
c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
2.4 PATOFISIOLOGI

Respons utama inflamasi dan prokoagulan terhadap infeksi terkit sangat erat. Beberapa
agen infeksi dan sitokin inflamasi seperti tumor necrosis factor a (TNF a) dan interleukin-1
mengaktifkan sistem koagulasi dengan cara menstimulasi pelepasan faktor jaringan dari monosit
dan endothelium yang memicu terhadap pembentukan trombin dan bekuan fibrin. Sitokin
inflamasi dan trombin dapat mengganggu potensi fibrinolitik endogen dengan merangsang
pelepasan inhibitor plasminogen-activator 1 (PAI-1) dari platelet dan endothelium. PAI 1
merupakan penghambat kuat aktivator plasminogen jaringan, jalur edogen untuk melisiskan
bekuan fibrin

Anda mungkin juga menyukai