SEPSIS
1. Anatomi Darah
Gambar 1. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn,
2008 : 133).Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,
ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta
dalam mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh
untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum
tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama
14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan
karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna
ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Oksigen,
hemoglobin
juga
membawa
Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
3)
4)
5)
juga
menimbulkn
tekanan
osmotik
untuk
memelihara
2. Fisiologi Darah
Menurut Syaifuddin (2005) fungsi darah terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat anti
racun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
B. Definisi
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam
organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif, fungi, parasit,
dan virus. Tidak semua individu yang mengalami infeksi menjadi sepsis, dan
terdapat suatu rangkaian dari beratnya infeksi dari proses yang terlokalisisir menjadi
bakteriemia sampai ke sepsis dan menjadi septik syok (Norwitz,2010).
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen
atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun definisi yang saat ini
digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan dalam consensus American
College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine pada tahun 1992
yang mendefinisikan sepsis, sindroma respon inflamasi sistemik (systemic
inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis berat, dan syok/renjatan septik
(Chen et.al,2009).
Sepsis neonatorum adalah suatu gejala klinis dengan mikroorganisme positif
yang didapat dari spesimen steril seperti darah, cairan serebrospinal, dan urin yang
di ambil dengan cara steril pada satu bulan pertama kehidupan (Thaver D et al,
2009).
C. Epidemiologi
Sepsis adalah penyakit yang berkontribusi pada lebih dari 200.000 kematian
pertahun di Amerika Serikat. Insideni sepsis, sepsis berat dan syok septik meningkat
selama 20 tahun terakhir, dan jumlah kasus >700.000 per tahun (3 per 1000
penduduk). Sekitar dua pertiga kasus terjadi pada pasien dengan penyakit terdahulu.
Kejadian sepsis dan angka kematian meningkat pada penderita usia lanjut dan sudah
adanya komorbiditas sebelumnya. Meningkatnya insiden sepsis berat di Amerika
Serikat disebabkan oleh usia penduduk, meningkatnya pasien usia lanjut
menyebabkan meningkatnya pasien dengan penyakit kronis, dan juga akibat
berkembangnya sepsis pada pasien AIDS. Meluasnya penggunaan obat antimikroba,
obat imunosupresif, pemakaian kateter jangka panjang dan ventilasi mekanik juga
berperan. Infeksi bakteri invasif adalah penyebab kematian yang paling sering di
seluruh dunia, terutama pada kalangan anak-anak (Munford, 2008).
D. Etiologi
sisanya jamur atau gabungan beberapa mikroorganisme. Pada pasien yang kultur
darahnya
negatif,
penyebab
infeksi
tersebut
biasanya
diperiksa
dengan
1) Sepsis non spesifik : demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah,
malaise gelisah atau kebingungan.
2) Hipotensi, oliguria atau anuria, takipneu atau hipepne, hipotermia tanpa
sebab jelas, perdarahan
3) Tempat infeksi paling sering: Paru, traktus digestifus, traktus urinarius, kulit,
jaringan lunak dan saraf pusat.
4) Syok sepsis
5) Tanda tanda MODS dengan terjadinya komplikasi. ( SudoyoAru,dkk
2009).
F. Patofisiologi
immunity) yang didominasi oleh sel fagosit mononuklear. LPS terikat pada protein
pengikat LPS saat di sirkulasi. Kompleks ini mengikat reseptor CD4 makrofag dan
monosit yang bersirkulasi (Hapsari, 2009).
Organisme gram positif, jamur dan virus memulai respon inflamasi dengan
pelepasan eksotoksin/superantigen dan komponen antigen sel. Sitokin proinflamasi
primer yang diproduksi adalah tumor necrosis factor (TNF) , interleukin (IL)1, 6,
8, 12 dan interferon (IFN). Peningkatan IL-6 dan IL-8 mencapai kadar puncak 2 jam
setelah masuknya endotoksin. Sitokin ini dapat mempengaruhi fungsi organ secara
langsung atau tidak langsung melalui mediator sekunder (nitric oxide, tromboksan,
leukotrien, platelet activating factor (PAF), prostaglandin, dan komplemen.
Mediator proinflamasi ini mengaktifasi berbagai tipe sel, memulai kaskade sepsis
dan menghasilkan kerusakan endotel (Nasution, 2008).
Imunoglobulin pertama yang dibentuk fetus sebagai respon infeksi bakteri
intrauterin adalah Ig M dan Ig A. Ig M dibentuk pada usia kehamilan 10 minggu
yang kadarnya rendah saat lahir dan meningkat saat terpapar infeksi selama
kehamilan. Peningkatan kadar Ig M merupakan indikasi adanya infeksi neonatus.
Ada 3 mekanisme terjadinya infeksi neonatus yaitu saat bayi dalam kandungan /
pranatal, saat persalinan/ intranatal, atau setelah lahir/ pascanatal. Paparan infeksi
pranatal terjadi secara hematogen dari ibu yang menderita penyakit tertentu, antara
lain infeksi virus atau parasit seperti Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes (infeksi TORCH), ditransmisikan secara hematogen melewati plasental ke
fetus (Nasution, 2008).
Infeksi transplasenta dapat terjadi setiap waktu selama kehamilan. Infeksi
dapat menyebabkan aborsi spontan lahir mati, penyakit akut selama masa neonatal
atau infeksi persisten dengan sekuele. Infeksi bakteri lebih sering di dapat saat
intranatal atau pascanatal. Selama dalam kandungan ibu, janin terlindung dari
bakteri karena adanya cairan dan lapisan amnion. Bila terjadi kerusakan lapisan
amnion, janin berisiko menderita infeksi melalui amnionitis. Neonatus terinfeksi
saat persalinan dapat disebabkan oleh aspirasi cairan amnion yang mengandung
lekosit maternal dan debris seluler mikroorganisme, yang berakibat pneumonia.
Paparan bayi terhadap bakteri terjadi pertama kali saat ketuban pecah atau dapat
pula saat bayi melalui jalan lahir. Pada saat ketuban pecah, bakteri dari vagina akan
menjalar ke atas sehingga kemungkinan infeksi dapat terjadi pada janin (infeksi
transmisi vertikal, paparan infeksi yang terjadi saat kehamilan, proses persalinan
dimasukkan ke dalam kelompok infeksi paparan dini (early onset of neonatal sepsis)
dengan gejala klinis sepsis, terlihat dalam 3-7 hari pertama setelah lahir (Hapsari,
2009).
Infeksi yang terjadi setelah proses kelahiran biasanya berasal dari
lingkungan sekitarnya. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui udara pernapasan,
saluran cerna, atau melalui kulit yang terinfeksi. Bentuk sepsis semacam ini dikenal
dengan sepsis paparan lambat (late onset of neonatal sepsis). Selain perbedaan
dalam waktu paparan kuman, kedua bentuk infeksi ini (early onset dan late onset)
sering berbeda dalam jenis kuman penyebab infeksi. Walaupun demikian
patogenesis, gejala klinik, dan tata laksana dari kedua bentuk sepsis tersebut tidak
banyak berbeda (Hapsari, 2009).
G. Pathway
Terlampir
H. Klasifikasi
semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk
didalamnya infeksi karena kuman nasokomial (Aminullah, 2010).
I.
Gejala Klinis
Gejala klinik neonatus sehat adalah tampak bugar, menangis keras, refleks
hisap bagus, napas spontan dan teratur, aktif dan gerakan simetris, dengan umur
kehamilan 37-42 minggu, berat lahir 2500-4000 gram dan tidak terdapat kelainan
bawaan berat/mayor (Arkhaesi, 2008).
Neonatus yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir dengan
asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai Apgar rendah. Setelah lahir, bayi
tampak lemah dan tampak gambaran klinis sepsis seperti hipo/hipertermia,
hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia. Selanjutnya akan terlihat berbagai
kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan
saraf pusat (letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar
high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan
kardiovaskular (hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula
memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun gangguan respirasi
(perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi minum, waktu
pengosongan lambung yang memanjang, takipnea, apnea, merintih dan retraksi)
(Depkes RI, 2008).
J. Komplikasi
K. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
dengan
shift
kiri,
trombositopenia,
hiperbilirubinemia,
dan
Pemeriksaan
Laboratorium
Hitung leukosit
Hitung trombosit
Kaskade koagulasi
Temuan
Uraian
Leukositosis atau
leukopenia
Trombositosis atau
trombositopenia
Endotoxemia
menyebabkan leukopenia
Peningkatan jumlahnya
diawal menunjukkan
respon fase akut;
penurunan jumlah
trombosit menunjukkan
DIC
Abnormalitas dapat
diamati sebelum
kegagalan organ dan tanpa
pendarahan
Indikasi gagal ginjal akut
Hipoksia jaringan
Serum fosfat
Defisiensi protein C;
defisiensi antitrombin;
peningkatan D-dimer;
pemanjangan PT dan PTT
Peningkatan kreatinin
As.laktat>4mmol/L(36mg
/dl)
Peningkatan alkaline
phosphatase, AST, ALT,
bilirubin
Hipofosfatemia
Meningkat
Procalcitonin
Meningkat
Kreatinin
Asam laktat
Enzim hati
alkalosis
respiratorik.
Hiperglikemia
diabetik
dapat
menimbulkan
L. Penatalaksanaan
Menurut Opal (2012), penatalaksanaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi :
1.
Nonfarmakologi
Sepsis Akut
Menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopressor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65 mmHg,
menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi.
a. Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai resusitasi
cairan.
b. Terapi dengan vasopresor (mis., dopamin, norepinefrin, vasopressin) bila
rata-rata tekanan darah 70 sampai 75 mm Hg tidak dapat dipertahankan
oleh hidrasi saja. Penelitian baru-baru ini membandingkan vasopresin
dosis rendah dengan norepinefrin menunjukkan bahwa vasopresin dosis
rendah tidak mengurangi angka kematian dibandingkan dengan
norepinefrin antara pasien dengan syok sepsis.
c. Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi jaringan
dilakukan ventilasi mekanik ,bukan dengan memberikan bikarbonat.
d. Antibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering sebagai
rekomendasi antibotik awal pasien sepsis. Sebaiknya diberikan antibiotik
spektrum luas dari bakteri gram positif dan gram negative.cakupan yang
luas bakteri gram positif dan gram negative (atau jamur jika terindikasi
secara klinis).
e. Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bentuk rekayasa
genetika aktifasi protein C, telah disetujui untuk digunakan di pasien
dengan sepsis berat dengan multiorgan disfungsi (atau APACHE II skor
>24);
bila
dikombinasikan
dengan
terapi
konvensional,
dapat
Sepsis kronis
Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi dilanjutkan
minimal selama 2 minggu.
2.
3.
Perubahan yang dimaksud dapat dilihat dari bertambahnya ukuran fisik (anggota
tubuh). Dengan kata lain, pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif (angka) sehingga
pertumbuhan itu mudah diukur dan menunjukkan perubahan yang dapat diamati
secara fisik. Proses ini dapat diukur, misalnya melalui penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak. Misalnya seorang anak
menjadi tinggi dan besar.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan fungsi anggota tubuh.
Perkembangan lebih ditekankan pada bertambah atau menjadi lebih baiknya
fungsi anggota tubuh. Perkembangan lebih bersifat kualitatif. Ada waktu dan usia
yang sesuai untuk setiap proses dan tepat dengan tahap perkembangan tertentu.
Waktu proses dan tahapan tersebut berbeda untuk setiap anak. Karena itu,
pendidik tidak bisa membandingkan perkembangan satu anak dengan anak lain
seperti sebuah perlombaan atau pertandingan. Selain itu, perkembangan sangat
erat kaitannya dengan pertumbuhan. Anak yang bisa berjalan sudah pasti
pertumbuhan kakinya sudah tuntas. Kaki anak sudah kuat menyokong tubuh.
Karena kaitan tersebut sering kali kata pertumbuhan jarang disebut-sebut
sehingga yang dikenal hanya kata perkembangan.
B. Konsep Perkembangan Usia
1) Prinsip Perkembangan
Ada beberapa prinsip dalam perkembangan (deus,2006), yaitu
a. Perkembangan merupakan suatu kesatuan.
b. Perkembangan diidentifikasi dalam beberapa aspek. Semua aspek
saling berkaitan. Misalnya, anak belajar membaca berkaitan dengan
kesiapan aspek kognitif (berpikir).
c. Perkembangan dapat diprediksi.
d. Anak sudah dapat berdiri dapat diperkirakan ia akan segera berjalan.
Dari sisi umur pun dapat diperkirakan perkembangan anak. Anak usia
satu tahun diperkirakan sudah dapat berkomunikasi menggunakan satu
kata. Misalnya, mam untuk menyatakan mau makan.
e. Rentang perkembangan anak bervariasi.
f. Ada anak usia 12 bulan sudah dapat berjalan tapi anak yang lainnya
baru bisa berjalan setelah berusia 18 bulan.
g. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan (maturation) dan
pengalaman (experience).
h. Kematangan (maturation) merupakan proses alami. Kapan masa
kematangan untuk satu kemampuan muncul ditentukan oleh diri anak
sendiri. Faktor gizi dan kesehatan turut menentukan terjadi proses
kematangan. Faktor kematangan untuk setiap aspek kemampuan
bervariasi. Tetapi, guru atau pendidik perlu mengetahui kapan kira-kira
kematangan untuk setiap kemampuan muncul. Hal itu penting karena
sangat erat dengan kesiapan belajar. Oleh Montessori dikenal dengan
masa siap. Anak yang belajar kemampuan di saat masa matang itu
alat-atal
indra.
Perkembangan
mental
menyangkut
menangis.
Usia
setahun
secara
berangsur
dapat
mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar
usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat
egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7
tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam membentuk
diri anak pada usia ini belajar sambil bermain karena dinilai sejalan
dengan tingakt perkembangan usia ini.
b
melompat.
2) Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan dalam motorik halus adalah kemampuan
bergerak dengan menggunakan otot kecil, seperti yang ada di jari
untuk melakukan aktivitas, seperti mengambil benda kecil,
memegang sendok, membalikan halaman buku dan memegang
pensil atau krayon.
3) Perkembangan Kognitif
dan
keterampilan
menggunakan
alat
berpikir.
memecahkan
masalah.
4) Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah suatu proses pembentukan
kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan ide, perasaan
dan sikap kepada orang lain. Perkembangan bahasa meliputi
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
5) Perkembangan Sosial Emosi
Perkembangan Sosial Emosional merupakan gabungan dari
perkembangan sosial dan emosi. Perkembangan adalah suatu proses
pembentukan kemampuan dan keterampilan untuk bersosialisasi.
Sedang perkembangan emosi berkaitan dengan kemampuan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang
ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa
yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia
bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal yang mana yang perlu
dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati, kemandirian dan
mengendalikan diri. Perkembangan sosial-emosional merupakan
proses pem-bentukan kemampuan dan keterampilan mengendalikan
diri dan berhubungan dengan orang lain.
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1) Faktor internal
a) Intelegensi
Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat
menentukan
tingkat
kecepatan
perkembangan
kepribadian.
dan
lebih
cepat
pula
dalam
mencapai
Karena
bayi
belum
dapat
mengungkapkan
apa
yang
dirasakannya.
Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai
orang yang berbeda-beda dengan dirinya, sehingga akan terjadi Stranger
Anxiety (cemas pada orang yang tidak dikenal), sehingga bayi akan
menolak orang baru yang belum dikenal. Kecemasan ini dimanifestasikan
dengan menangis, marah dan pergerakan yang berlebihan.Disamping itu
bayi juga telah merasa memiliki ibunya, sehingga jika berpisah dengan
ibunya akan menimbulkan Separation Anxiety (cemas akan berpisah).
Hal ini akan kelihatan jika bayi ditinggalkan oleh ibunya, maka akan
menangis sejadi-jadinya, melekat dan sangat tergantung dengan kuat.
ketrampilan,
merasa
kesepian
dan
sendiri.
Anak
membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak
memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya.
e. Remaja (12-18 tahun)
Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat di rumah
sakit adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya dan
kelompok. Anak tidak merasa takut berpisah dengan orang tua akan tetapi
takut kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok.
Kecemasan lain disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan oleh akibat
penyakit fisik, kecacatan serta kurangnya privacy.
2) Peran Perawat Dalam Mengurangi Stres Akibat Hospitalisasi
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan utama pada sepsis neonatorum tidak khas seperti
pada kasus-kasus lain, tetapi biasanya didapatkan sebagian gejala dari
gejala yang biasa terjadi seperti malas minum, kuning, letalergi, dll.
b. Riwayat penyakit sekarang: perlu ditanyakan:
- Mulai kapan anak terlihat lemas lemas, kesadaran menurun, malas
minum, kuning?
- Apakah anak muntah? Berapa kali? Jumlah?
- Apakah anak panas? Mulai kapan?
- Apakah anak mencret?
- Apakah terdapat sesak nafas?
Biasanya
pada
bayi
yang
terkena
Infeksi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang;
b. Kesadaran: normal
c. Vital sign: TD
: normal
d. Nadi
: normal (110-120 x/menit)
e. Suhu
: Demam (Suhu >38 C) atau hipotermi (<36C)
f. Pernafasan : meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-60x/menit)
g. Kepala dan leher:
Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut
Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan, adanya
caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
Mata
Mulut
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe, Terdapat kaku
kuduk pada leher
h. Dada
Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi
: Jantung : Dullness
Paru
: Sonor
Auskultasi : terdengar suara wheezing
i. Abdomen
Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda tanda infeksi pada tali pusat (jika
infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah
(2 arteri dan 1 vena)
Palpasi
: Teraba keras, kaku seperti papan
Perkusi
: Pekak
Auskultasi : Terdengar bising usus
j. Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
k. Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah
terdapat
hipospandia,
Tujuan
Noc :
Intervensi
Nutrition Management
1.
2.
and Fluid
3.
Intake
Nutritional Status :
nutrient intake
meningkatkan intake FE
Anjurkan
pasien
untuk
4.
5.
vitamin c
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung
Weight control
6.
tinggi
serat
Kriteria hasil :
terpilih
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
7.
(sudah
di
gizi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
8.
harian
Monitor jumlah nutrisi dan
9.
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien
Nutrition Monitoring
1.
2.
BB pasien
dalam batas normal
Monitor
adanya
penurunan
berat
badan
3.
Monitor
tipe dan jumlah aktivitas
4.
Monitor
lingkungan selama makan
Jadwalkan
pengobatan
7.
dan
tindakan
8.
Monitor
turgor kulit
9.
Monitor
kekeringan, rambut kusam
dan mudah patah
10.
Monitor
mual dan muntah
11.
Monitor
kadar albumin, total protein,
Hb dan kadar Ht
12.
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
13.
Monitor
pucat,
kemerahan,
kekeringan
dan
jaringan
konjungtiva
14.
Monitor
Catat
jika
lidah
berwarna
magenta,
scarlet
2.
Ketidakefektifan
pola
nafas
Noc :
Airway Management
1.
2.
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
3.
Indentifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Ventilation
hiperventilasi
Respiratory status :
Airway patency
Vital sign status
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
Mendemonst
rasikan batuk efektif
dan suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (
mampu
mengeluarkansputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
Menunjukka
n jalan nafas yang
paten ( klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi nafas
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
Tanda
tanda vital dalam
rentang normal
( tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu)
4.
5.
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6.
Keluarkan secret
dengan batuk atau suction
7.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
8.
Lakukan suction
pada mayo
9.
Berikan
bronkodilator bila perlu
10.
Berikan pelembab
udara kassa basah NACL
lembab
11.
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
12.
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen therapy
1.
Bersihkan
mulut, hidung dan secret
trakea
2.
Pertahankan
jalan nafas yang paten
3.
Atur peralatan
oksigenasi
4.
Monitor aliran
oksigen
5.
Pertahankan
posisi pasien
6.
Observasi
adanya tanda tanda
hipoventilasi
7.
Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
2.
Catat adanya
fluktasi tekanan darah
3.
Monitor VS
saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
4.
Auskultasi
TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5.
Monitor TD,
nadi dan RR sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
6.
Monitor
kualitas dari nadi
7.
Monitor
irama dn frekuensi
pernapasan
8.
Monitor
suara paru
9.
Monitor pola
nafas abnormal
10.
Monitor
suhu, warna dan
kelembaban kulit
11.
Monitor
sianosis perifer
12.
Monitor
adanya chrushing triad
( tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13.
Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
Noc :
Immune Status
Infection Control
1.
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
2.
Pertahankan teknik
isolasi
3.
4.
Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
5.
Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan
6.
7.
8.
Pertahankan
lingkungan aseptic
selama pemasangan
alat
9.
Knowledge :
infection control
Risk control
Kriteria hasil :
a. Klien terbebas
dari tanda dan
gejala infeksi
b. Mendeskripsikan
proses
penularan
penyakit, factor
yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaan
nya
c. Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit
dalam batas
normal
e. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
menurunkan infeksi
kandung kencing
Infection Protection
1.
2.
Monitor hitung
granulosit, WBC
3.
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4.
Batasi pengunjung
5.
Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
6.
Pertahankan teknik
isolasi k/p
7.
Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
8.
9.
Inspeksi kondisi
luka/ insisi bedah
10.
Dorong masukkan
Dorong masukkan
cairan
12.
2. Implementasi
Pada implementasi,
perawat
melakukan
Dorong istirahat
13.
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotic
sesuai resep
14.
15.
Ajarkan cara
menghindari infeksi
16.
Laporkan
kecurigaan infeksi
17.
Laporkan kultur
positif
tindakan
berdasarkan,
adalah
tindakan
intelektual
untuk
melengkapi
proses
D. Daftar Pustaka
1. Aminullah A. 2008.Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia
2. Rudolph AM. 2006. Julien IEH, Colin DR. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1
Edisi 2. Jakarta: EGC
3. Nurarif AH dan Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis dan Nanda-NIC-NOC jilid 1 dan 2. Panduan Penyusunan Asuhan
keperawatan professional. Yogyakarta: Media Action
4. Bulecheck, Gloria M, et al. 2008. Nursing Intervention Classifcation (NIC) Fifth
Edition. USA: Mosbie Elsevier,
5. Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta :
EGC
6. Guntur H. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Ilmu Penyakit Dalam FKUI