Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUKUM PERDATA
Untuk memenuhi mata kuliah
PENGANTAR ILMU HUKUM
Dosen pengampu : Endang Pristiwati, S.H, M.H

Di susun oleh :
Putri Lisna Nuradha : 190102030075
Rusli : 190102030098
Sherlintiana : 190102030088
Siti Halimah : 190102030004
Suchi Lestari : 190102030090

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS SYARIAH
HUKUM TATANEGARA
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada seluruh umat-Nya. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda Rasulullah SAW yang
menjadi teladan untuk umat seluruh alam.
Alhamdulillah, saya telah menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini,
sebagai pemenuhan karya ilmiah tugas mandiri.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Endang Pristiwati, S.H, M.H selaku Dosen Pengampu Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata
Hukum Indonesia.
Segala daya dan upaya kami lakukan untuk menyusun makalah ini, akan tetapi dengan
keterbatasan waktu, tenaga dan minimnya pengalaman, tentunya masih banyak kekurangan di
dalamnya, untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk menyempurnakan langkah kami kedepan. Sekian, semoga bisa bermanfaat
bagi kita semua.

Banjarmasin, Desember 2019

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar (2)
Daftar Isi (3)
Bab I
A. Latar Belakang (4)
B. Rumusan Masalah (4)
C. Tujuan (4)
Bab II
A. Pengertian Hukum Perdata (6)
B. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia (6)
C. Sumber Hukum Perdata (7)
D. Macam-Macam Hukum Perdata (8)
E. Sistematika Hukum Perdataa (8)
Bab III
Kesimpulan (16)

Daftar Pustaka (17)

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,
baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara
seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga
seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya
hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh
lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum.
Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata.
Apa itu hukum perdata ? pertanyaan ini awalnya sangat sulit untuk dijawab, mengingat hukum
perdata mempunyai banyak segi, mempunyai arti sendiri. Penerapan hukum perdata berkaitan
dengan ruang lingkup hukum perdata itu sendiri dapat bersifat luas dan dapat pula bersifat
sempit. Dalam hukum perdata dapat melihat seberapa jauh seseorang bergaul di dalam
masyarakat dan apa saja yang dilakukan seseorang tersebut di masyarakat.
Pada kesempatan pertama kali ini, kelompok kami akan mencoba menerangkan tentang hukum
perdata. Makalah ini akan memaparkan tentang pengertian dan sekelumit tentang hukum perdata,
sumber hukum perdata dan hal-hal yang menyangkut tentang hukum perdata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Hukum Perdata?
2. Bagaimana sejarah Hukum Perdata di Indonesia?
3. Apa saja sumber Hukum Perdata?
4. Apa saja macam-macam Hukum Perdata?
5. Bagaimana sistem Hukum Perdata Indonesia?
6. Bagaimana sistematika Hukum Perdata?
7. Apa saja jenis-jenis Perjanjian ?
8. Apa saja asas-asas Perjanjian ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Hukum Perdata
2. Mengetahui sejarah Hukum Perdata di Indonesia

4
3. Mengetahui sumber Hukum Perdata
4. Mengetahui macam-macam Hukum Perdata
5. Mengenal sistem Hukum Perdata di Indonesia
6. Mengenal sistematika Hukum Perdata
7. Mengetahui jenis-jenis perjanjian
8. Mengetahui asas-asas perjanjian

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata


Para ahli memberikan pengertian hukum perdata sebagai berikut: 1
1. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara
warga negara perseorangan yang ada dengan warga negara perseorangan
yang lain.
2. Wirjono Prodjodikoro
Hukum Perdata adalah suatu rangkaian hukum antara orang-orang
atau badan hukum satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
3. Sudikno Mertokusumo
Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak
dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain.
Dari pengertian-pengertian tesebut, dapat disimpulkan bahwa Hukum Perdata
adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang/badan hukum yang satu
dengan orang/badan yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepentingan
pribadi badan hukum.
Hukum Perdata memiliki pengertian dalam arti luas dan arti sempit. Hukum perdata
dalam arti luas adalah bahan hukum sebagaimana tertera dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (BW), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (WVK) beserta sejumlah
undang-undang yang disebut undang-undang tambahan lainnya.
Sedangkan dalam arti sempit, Hukum Perdata adalah Hukum Perdata sebagaimana
terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).
Maka, Pengertian Hukum Perdata dari penjelasan adalah hukum yang mengatur
antar indvidu (warga negara) yang bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW) dan undang-undang yang lainnya.

B. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia

1
Harumiati Natadimaja. Hukum Perdata. Hlm 1

6
Hukum perdata yang berlaku sekarang di Indonesia adalah hukum perdata Belanda
atau BW (Burgerlijk Wetboek). Hukum perdata Belanda ini juga berasal dari hukum
perdata Prancis (Code Napolion), karena pada waktu itu pemerintahan Napolion Bonaparte
Prancis pernah menjajah Belanda. Adapun code Napolion itu sendiri disusun berdasarkan
hukum Romawi, yakni Corpus Juris Civilis yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum
yang paling sempurna. Selanjutnya setelah Belanda merdeka dari kekuasaan Prancis,
Belanda menginginkan pembentukan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sendiri yang
terlepas dari pengaruh kekuasaan Prancis. Untuk mewujudkan keinginan .Belanda tersebut,
maka dibentuklah suatu panitia yang dikeruai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat
rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan sebagai sumbernya
sebagian besar berasal dari "Code Napolion" dan sebagian kecil berasal dari hukum
Belanda kuno. Pembentukan kodifikasi hukum perdata Belanda itu baru selesai pada
ranggal 5 Juli 1830, dan diberlakukan pada tanggal I Oktober 1838. Hal ini disebabkan
karena pada bulan Agustus 1830 terjadi pemberontakan di daerah bagian selatan Belanda
yang memisahkan diri dari kerajaan Belanda yang sekarang ini disebut kerajaan Belgia.
Walaupun hukum perdata Belanda atau BW (Burgerlijk Wetboek) merupakan kodifikasi
bentukan nasional Belanda, namun isi dan bentuknya cebagian besar serupa dengan Code
Civil Prancis.
Dalam hal ini oleh J.Van Van menjelaskan, bahwa BW adalah saduran dari Cide
Civil, hasil jiplakan yang disalin dari bahasa Prancis ke dalam bahasa nasional Belanda.*
Kemudian hukum perdata/BW (Burgerlijk Wetboek) yang berlaku di Indonesia adalah
hukum perdata/BW Belanda, karena Belanda pernah meniajah Indonesia. Jadi BW Belanda
juga diberlakukan di Hindia Belanda (indonesia) berdasarkan asas konkordonansi
(persamaan). Adapun BW Hindia Belanda (Indonesia) ini disahkan oleh raja pada tanggal
16 Mei 1846, vang diundangkan melalui staatsblad Nomor 23 tahun 1847, dan dinyatakan
da h berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Setelah Indonesia merdeka, maka BW Hindia
Belanda tetap dinyatakan berlaku. Hal tersebut berdasarkan Pasal II aturan peralihan
Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen yang berbunyi "segala badan negara
dan peraturan yang ada, masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini". Atau Pasal 1 aturan peralihan Undang-Undang Dasar
1945 hasil amandemen yang berbunyi: "segala peraturan perundang-undangan yang ada
masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang- Undang Dasar
ini". Oleh karena itu, BW Hindia Belanda ini disebut dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Indonesia, sebagai induk hukum perdata Indonesia.

C. Sumber Hukum Perdata


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah
asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di temukan. Volamar
membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu KUHperdata ,traktat,

7
yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua
macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan
sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata
yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di
dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata
tidak tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari
sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.Yang menjadi sumber
perdata tertulis yaitu:
1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah Hindia
Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.
D.Macam-Macam Hukum Perdata
Hukum perdata dilihat dari fungsinya ada dua macam yaitu:2
1. Hukum perdata materil, yaitu aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban perdata, yaitu mengatur kepentingan-kepentingan perdata
setiap subyek hukum.
2. Hukum perdata formal, yaitu hukum yang mengatur bagaimana cara
mempertahankan hukum perdata materil.

E. Sistem Hukum Perdata Indonesia


Sistem hukum perdata di Indonesia bersifat pluralisme (beraneka ragam).
Keanekaragamannya ini sudah berlangsung sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini
disebabkan karena adanya pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) dan pasal 131 IS.
Pada pasal 163 IS disebutkan bahwa golongan penduduk di Indonesia dibagi tiga,
yaitu:
1. Golongan Eropa
2. Golongan Timur Asing
3. Golongan Bumi Putera
Pasal 131 IS mengatur mengenai hukum yang berlaku bagi golongan penduduk
tersebut.
1. Untuk golongan Eropah berlaku Hukum Perdata Eropah (BW)

2
Harumianti Natadimaja,Hukum Perdata mengenai Hukum Perorangan dan Hukum Benda.(Yogyakarta : Graha
Ilmu ,2009) Hlm 4

8
2. Golongan Timur Asing Tionghoa berlaku seluruh Hukum Perdata Eropah dengan
beberapa pengecualian dan tambahan. Untuk golongan Timur Asing bukan
Tionghoa berlaku Hukum Perdata Eropa dan hukum adatnya masing-masing.
3. Untuk Golongan Bumi Putera berlaku hukum adatnya masing-masing, kecuali ia
mengadakan penundukan secara sukarela berdasarkan S. 1917. No. 12, yaitu :
a. Tunduk kepada seluruh Hukum Perdata Eropa
b. Tunduk kepada sebagian Hukum Perdata Eropa
c. Tunduk kepada perbuatan tertentu
d. Tunduk secara diam-diam
Hukum Perdata / BW mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1998 dengan
berlakunya asas konkordansi / asas persamaan.3
F.Sistematika Hukum Perdata
Sistematika hukum perdata itu ada dua, yaitu sebagai berikut:4
1. Menurut Ilmu Hukum/ Ilmu Pengetahuan
2. Menurut Undang-undang/ Hukum Perdata

Sistematika menurut Ilmu Hukum/ Ilmu Pengetahuan terdiri dari:


a. Hukum tentang orang/ hukum perorangan/badan pribadi (Personen Recht)
Menurut KUH Perdata, seseorang masih dikatakan di bawah umur (belum
dewasa) apabila dia belum mencapaiusia 21 tahun, kecuali kalo di sudah menikah.
Seseorang yang telah menikah meskipun belum bersuia 21 tahun tidak akan menjadi
“belum dewasa” lagi jika pernikahnya tersebut bubar.
Di samping orang-orang (person), suatu badan atau perkumpulan dapat juga
memiliki hak dan dapat melakukan perbuatan hukum sepertihalnya manusia. Badan
atau perkumpulan itu mempunyai harta kekayaan sndiri, ikut serta dalm persolaan
hukum dan dapat juga di gugat atau menggugat di pengadilan dengan perantaraan
pengurusnya. Badan atau perkumpulan yang demikian ini di sebut badan hukum
(rehpersoon).

b. Hukum tentang keluarga/ hukum keluarga ( Familie Recht)


Hukum keluarga pada prinsipinya adalah serangkaian ketentuan tentang hak
dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan hidup kekeluargaan. Hak dan kewajiaban
itu amntra lain sebagai berikut.
1. Kekuasaan orangtua
Berkaitan dengan kekuasaan orangtua, seorang anak wajib hormat dan
patuh kepada orangtuanya, sebaliknya orangtua wajib memelihara, membimbing,
dan membiayai pendidikan anak-anaknya.

3
Harumianti Natadimaja,Hukum Perdata mengenai Hukum Perorangan dan Hukum Benda.(Yogyakarta : Graha
Ilmu ,2009) Hlm 4
4
Harumianti Natadimaja,Hukum Perdata mengenai Hukum Perorangan dan Hukum Benda.(Yogyakarta : Graha
Ilmu ,2009) Hlm 5

9
Menurut ketentuan KUH Perdata (BW) Kekuasaan Orangtua akan terhenti
apabila:
a. Anak-anak sudah dewasa (mencapai usia 21 tahun)
b. Perkawinan orangtua telah putus
c. Ditentukan oleh pengadilan
d. Pembebasan diri dari kekuasaan orangtua

2. Perwalian
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 menentukan, “Bahwa fakir miskin
dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Dengan demikian negara
berkewajiban untuk mengurus atau menunjuk seseorang atau badan/ lembaga
untuk memelihara orang-orang terlantar.
Dengan demikian, peralian dapat terjadi karena:
1. Perkawinan orangtua terputus, baik karena perceraian atau meninggal dunia.
2. Kekuasaan orangtua dihentikan oleh pengadilan, dan pengadilan
menetapkan seseorang menjadi wali dari anak yang bersangkutan.
3. Pengampuan
Pengampuan maksudnya adalah orang yang telah dewasa yang berada di
bawah pengawasan. Pengawasan ini dilakukan karena orang dewasa tersebut: (1)
sakit ingatan (gila), (2) pemboros, (3) tidak sanggup mengurus kepentingannya
sendiri, atau bagi pengusaha tidak mampu membayar hutang-hutangnya minimal
dari 3 orang kreditur.
c. Hukum tentang harta kekayaan/ hukum harta kekayaan/hukum harta benda (Vermogen
Recht)
Hukum harta kekayaan adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-
hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum harta kekayaan ini meliputi
dua hal:
1. Hukum benda
Hukum benda dalam KUH Perdata pada prinsipnya mengatur tentang
macam-macam benda, hak-hak kebendaan dan hukum waris.Yang termasuk benda
menurut hukum adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki, baik benda-benda yang
terlihat nyata maupun benda-benda yang tidak dapat dilihat.
1.1 Macam-macam Benda
Hukum membagi benda menjadi dua yaitu benda bergerak dan benda tidak
bergerak.
1.2 Hak-hak Kebendaan
a. Hak Milik (Eigendom)

10
Menurut Pasal570 KUH Perdata, hak milik adalah hak untuk menikmati
dan menguasai suatu benda dengan sebebas-bebasnya asal tidak
bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum.
Dikenal beberapa cara memperoleh hak milik, yaitu:
1. Pendakuan (toegening), yaitu cara memeproleh hak milik terhadap
benda-benda atau barang yang belum ada pemiliknya (resnulius).
Misalnya dengan cara memancing ikan dilaut.
2. Ikutan (Natreking), yaitu cara memiliki benda atau batang atau tumbuh-
tumbuhan yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya diatas
tanah milik seseorang.
3. Kadaluarsa (verjaring), yaitu suatu cara memiliki sesuatu dimana
seseorang menguasai sesuatu benda atau barang tak bergerak dalam
jangka waktu tertentu secara terus-menerus tanpa gangguan orang lain.
4. Pewarisan, yaitu cara memperoleh hak milik yang didasarkan atas
peralihan hak dari pewaris kepada ahli waris.
5. Penyerahan (levering), yaitu cara memperoleh hak milik yang
didasarkan atas peralihan hak tertentu, sehingga pemilik semula dari
suatu benda atau barang diharuskan untuk menyerahkan benda atau
barang tersebut kepada pemilik yang baru.

b. Hak Kedudukan berkuasa (Bezit)


Adalah suatu hak diamna seseorang dapat menikmati sesuatu benda,
baik karena usaha sendiri maupun atas bantuan orang lain, seolah-olah
benda itu miliknya.
c. Hak Kebendaaan yang Memberikan Jaminan
Adalah hak dimana seseorang mendapatkan hak orang lain sebagai
jaminan atas hutang yang dibuat orang lain tersebut.
2.Hukum Perikatan

d. Hukum Waris/ Erfrecht.


Hukum Waris dalam ilmu hukum merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Pengaturan mengenai hukum waris tersebut
dapat dijumpai dalam pasal 830 sampai dengan pasal 1130 KUH Perdata. Meski demikian,
pengertian mengenai hukum waris itu sendiri tidak dapat dijumpai pada bunyi pasal-pasal yang
mengaturnya dalam KUH Perdata tersebut. Untuk mengetahui pengertian mengenai hukum
waris selanjutnya kita akan coba menilik beberapa pengertian mengenai hukum waris yang
diberikan oleh para ahli, sebagai berikut:
 Hukum waris menurut Vollmar merupakan perpindahan harta kekayaan
secara utuh, yang berarti peralihan seluruh hak dan kewajiban orang yang
memberikan warisan atau yang mewariskan kepada orang yang menerima
warisan atau ahli waris.

11
 Hukum waris menurut Pitlo adalah sekumpulan peraturan yang mengatur
hukum mengenai kekayaan karena meninggalnya seseorang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum waris adalah hukum yang mengatur
mengenai kedudukan harta dan kekayaan seseorang setelah meninggal dunia dan mengatur
mengenai cara-cara berpindahnya harta kekayaan tersebut kepada orang lain. Selain beberapa
pengertian tersebut di atas, pengertian mengenai hukum waris juga dapat dilihat dalam
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, dalam pasal 171 disebutkan bahwa: Hukum Waris
adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan atas harta peninggalan
pewaris kemudian menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan menentukan
berapa bagian masing-masing.

G. Jenis-jenis Perjanjian
Secara teoretis dikenal ada 2 (dua) jenis perjanjian, yaitu perjanjian nominatif dan
perjanjian innomatif. Perjanjian nominatif adalah jenis-jenis perjanjian yang telah diatur
dalam undang-undang (KUH Perdata), sedangkan Perjanjian Innomatif adalah jenis perjanjian
yang tidak diatur dalam undang-undang (KUH Perdata) tapi lahir dengan sendirinya karena
adanya asas kebebasan berkontrak. Yang termasuk dalam perjanjian nominatif ini adalah:
a. Perjanjian Jual Beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga
yang telah diperjanjikan. Diatur mulai Pasal 1457 sampai dengan Pasal 1540 KUH Perdata.
b. Perjanjian Tukar Menukar, yaitu suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak
mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik, sebagai
gantinya suatu barang lain. Diatur mulai Pasal 1541 sampai dengan Pasal 1546 KUH
Perdata.
c. Perjanjian Sewa Menyewa, ialah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari
sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu, dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang
oleh pihak yang tersebut belakangan disanggupi pembayarannya. Diatur mulai Pasal 1548
sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata.
d. Perjanjian Perburuhan, yaitu suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh,
mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang lain, si majikan, untuk suatu
waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah. Diatur mulai Pasal 1601 a
sampai dengan Pasal 1603 KUH Perdata. Karena telah diundangkannya UU No. 13 Tahun
2003 maka pasal-pasal ini dinyatakan tidak berlaku, hanya tetap "diperhatikan" sebagai
pedoman saja.
e. Persekutuan, yaitu suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya. Diatur mulai Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1665
KUH Perdata.
f. Hibah, yaitu suatu persetujuan dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan
cuma-cuma dengan tidak dapat ditarik kembali menyerahkan sesuatu benda guna keperluan

12
si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Diatur mulai Pasal 1666 sampai dengan
Pasal 1693 KUH Perdata.
g. Perjanjian Pinjam Pakai, yaitu suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan
suatu barang kepada pihak lainnya untuk dipakai dengan cuma-cuma, dengan syarat bahwa
yang menerima barang ini, setelah memakainya atau setelah lewatnya suatu waktu tertentu,
akan mengembalikannya. Diatur mulai Pasal 1740 sampai dengan Pasal 1753 KUH
Perdata.
h. Perjanjian Pinjam Meminjam, yaitu suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain. suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis
karena akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang belakangan ini b keadaan yang sama pula. Diatur mulai Pasal
1754 sampai dengan Pasal 1773 KUH Perdata.
i. Persetujuan untung-untungan, yaitu suatu persetujuan yang hasilnya, mengenai untung
ruginya, baik bagi semua maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu ejadian
yang belum tentu. Diatur mulai Pasal 1774 sampai dengan Pasal 1791 KUH Perdata.
j. Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan
kepada orang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu
urusan. Diatur mulai Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata.
k. Penanggungan hutang, adalah suatu persetujuan dengan mana pihak ketiga, guna
kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang
manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. Diatur mulai Pasal 1820 sampai dengan
Pasal 1850 KUH Perdata.
l. Perdamaian, yaitu suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan,
menjanjikan atau menahan suatu barang mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung
ataupun mencegah timbulnya suatu perkara. Diatur mulai Pasal 1851 sampai dengan Pasal
1864 KUH Perdata.
H.Beberapa Asas-asas Perjanjian
1.Asas Kepribadian: suatu asas yang menyatakan seseorang hanya boleh melakukan
perjanjian untuk dirinya sendiri.
2. Asas konsensual/kesepakatan adalah suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai
kata sepakat, selama syarat- syarat lainnya sudah terpenuhi.
3.Perjanjian batal demi hukum: suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian akan
batal demi jika tidak memenuhi syarat objektif
4. Keadaan memaksa (Overmacht): suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi di luar
kemampuannya sehingga terbebas dari keharusan membayar ganti kerugian.
5.Asas canseling: suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat
subjektif dapat dimintakan pembatalan.

13
6.Asas kebebasan berkontrak artinya para pihak bebas membuat kontrak dan menentukan
sendiri isi kontrak tersebut sepanjang tidak bertentangan undang-undang, ketertiban umum
dan kebiasaan dan didasari atas iktikad baik.
Dengan demikian, asas ini mengandung makna bahwa keduabelah pihak bebas
dalam menentukan isi perjanjian, asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundangan. Karena adanya asas kebebasan berkontrak ini maka
dalam praktik ini timbul jenis-jenis perjanian yang pada mulanya tidak diatur dalam KUH
Perdata.
Jenis perjanjian inilah yang di atas disebut perjanjian innominatif yang pada
umumnya timbul dalam kegiatan bisnis. Yang termasuk perjanjian innominatif adalah
perjanjian jual beli kredit, sewa beli, sewa guna usaha, franchising (waralaba), dan lain-
lain.
7.Asas obligatoir suatu kontrak maksudnya bahwa setelah sahnya suatu kontrak, maka
kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban di
antara para pihak.
8. Zakwaarneming (1345 KUH Perdata) seseorang yang melakukan pengurusan terhadap
benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan maka ia harus mengurusnya
sampai selesai.
9.Asas pacta sunt servanda artinya suatu kontrak atau perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
I. Hukum Kewarisan Perdata
Masalah kewarisan diatur dalam Bab kesebelas sampai dengan bab tujuh belas dari Buku
II KUH Perdata. Beberapa pengertian yang perlu dipahami dalam hukum kewarisan adalah
sebagai berikut.5
1. Mewaris berarti menggantikan kedudukan orang yang meninggal mengenai hubungan-
hubungan hukum harta kekayaannya.
Untuk dapat mewaris maka seseorang harus:
a.Diberikan hak mewaris oleh undang-undang atau testament.
b. Sudah ada pada waktu warisan dibuka.
Yang tidak pantas mewaris adalah:
a. Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh si pewaris.

5
Zaeni Asyhadie,Arief Rahman,Mualifah.Pengantar Hukum Indonesia.(Jakarta:PT Grafindo Persada,2015).hlm 40

14
b. Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan memfitnah, atau telah
membuat tuduhan bahwa si pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan
hukuman penjara 5 tahun atau lebih.
c. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si pewaris untuk
membuat atau mencabut surat wasiat.
d. Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat dari si
pewaris.
2.Pewaris adalah orang yang meninggal dan meninggalkan harta kekayaan.
Ada beberapa golongan pewaris:
a.Suami atau istri dan keturunan.
b. Orangtua saudara dan keturunan
c. Saudara Sanak keluarga lain dalam garis menyimpang sampai dengan derajat keenam.
3.Ahli waris adalah mereka yang menggantikan kedudukan hukum dari orang yang meninggal
dunia dalam kedudukan hukum harta kekayaan. Ada dua macam ahli waris, yaitu ahli waris
berdasarkan undangundang, dan ahli waris berdasarkan testament (surat wasiat).
Hukum waris KUH Perdata (BW) tidak membedakan antara manusia dan badan
hukum, sehingga badan hukum dapat menjadi ahli waris.
KHU Perdata mengenal empat golongan ahli waris:
a.Keluarga sedarah dalam garis lurus ke bawah dan garwa (suami/istri) si pewaris.
b. Orangtua, saudara dan keturunan dari saudara.
c. Kakek dan nenek serta leluhur selanjutnya.
d. Keluarga selanjutnya dalam garis menyamping.
4. Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal.
J. Hukum Perdata Internasional
Yang dimaksud dengan hukum perdata internasional adalah keseluruhan peraturan
atau norma hukum dan/atau asas-asas hukum yang mengatur hubungan hukum antara
peserorangan dan/atau badan pribadi yang mengandung unsur asing dan mengutamakan
kepentingan individu. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agos menyatakan bahwa: Hukum
Perdata Internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan
perdata yang melintas batas negara. Dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan
hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing- masing tunduk pada hukum perdata
(nasional) yang berlainan. Kata "Internasional" pada hukum perdata internasional tidak
menunjukkan bahwa ada hukum perdata yang berlaku internasional, namun kata ini hanya
menunjukkan bahwa hubungan hukum yang terjadi adalah hubungan hukum keperdataan di

15
mana para pihaknya berbeda kewarganegaraan, atau adanya unru-unsur yang menunjukkan
bahwa hubungan hukum itu adalah hubungan hukum internasional. Setiap negara mempunyai
hukum perdata internasional (Gesamt-verweisung) sendiri-sendiri, hukum ini tidak
terkodifikasi. namun tersebar dalam berbagai "peraturan perundang-undangan".6

6
Zaeni Asyhadie,Arief Rahman,Mualifah.Pengantar Hukum Indonesia.(Jakarta:PT Grafindo Persada,2015).hlm 42

16
Bab III
Kesimpulan

Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang/badan hukum
yang satu dengan orang/badan yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepentingan
pribadi badan hukum. Hukum perdata bersumber dari KUH perdata, Traktat, Yurispudensi dan
Kebiasaan.
Hukum Perdata Indonesia diambil dari hukum perdata Belanda (BW) yang disahkan oleh
raja pada tanggal 16 Mei 1846, vang diundangkan melalui staatsblad Nomor 23 tahun 1847, dan
dinyatakan da h berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Setelah Indonesia merdeka, maka BW Hindia
Belanda tetap dinyatakan berlaku. Hal tersebut berdasarkan Pasal II aturan peralihan Undang-
Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen yang berbunyi "segala badan negara dan peraturan
yang ada, masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar ini". Atau Pasal 1 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen yang
berbunyi: "segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang- Undang Dasar ini". Oleh karena itu, BW Hindia Belanda ini
disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, sebagai induk hukum perdata
Indonesia.
Hukum Perdata Indonesia mengundang-undangkan mengenai, hukum perorangan, hukum
keluarga, hukum tentang kekayaan dan hukum waris.

17
Daftar Pustaka

Natadimaja, Harumiati. Hukum Perdata. 2009. Jakarta. Graha Ilmu.


M.Hum, S.H., Ishaq. H. Dr. Pengantar Ilmu Hukum (PHI). 2015. Depok. Rajagrafindo Persada.
M. Hum, S.H., Rachman, Arief, dkk. Pengantar Ilmu Hukum. 2015. Depok. Rajagrafindo Persada.
Fuady, Munir. Konsep Hukum Perdata. 2015. Depok. Rajagrafindo Persada

18

Anda mungkin juga menyukai