Disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah study Pengantar Tata Hukum Indonesia
(PTHI)
Disusun oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS SYARI’AH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada Tuhan pencipta alam semesta Allah SWT
yang telah memberikan banyak rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga kami kelompok 1
bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari dunia kebodohan
menuju dunia penuh dengan keilmuwan seperti sekarang ini.
Kami juga ucapkan terima kasih, dalam penyelesaian makalah ini kami senantiasa
dibantu dan dibimbing dari beberapa pihak yang mendukung dalam penyelesaian makalah
ini. Dan sepantasnya kami haturkan banyak terima kasih kepada bapak dosen kami Dr. M.
Aunul Hakim, MH dan teman-teman kelas ICP yang memberikan dukungan baik moral
maupun materil serta semua pihak yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami membuka dengan seluas-luasnya apabila ada kritik serta
saran guna menyempurnakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Sejarah tata hukum Indonesia telah mengalami pembentukan dan perkembangan yang
penuh dinamika. Hal ini terjadi karena masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai tokoh
utama dari pelaku sejarah.
Sejarah merupakan suatu cerita kejadian masa lalu yang dikenal sebagai lagenda,
kisah, hikayat, dan lain sebagainya. Sejarah bisa juga diartikan menjadi suatu
pengungkapan berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sedangkan sejarah tata hukum
Indonesia sendiri merupakan suatu pencatatan atas kejadian-kejadian penting terkait tata
hukum Indonesia di masa lalu yang perlu kita ketahui, diingat, dan dipahami oleh bangsa
Indonesia kita. Sejarah tata hukum Indonesia terbentuk dari sebelum tanggal 17 Agustus
1945 dan sesudah tanggal 17 Agustus 1945. Atau yang kita kenal dengan masa pro-
kolonial, masa kolonial, hingga masa kemerdekaan.
Fase pro-kolonial atau biasa disebut dengan fase sebelum penjajahan, yang dimana
dahulu Indonesia masih menganut sistem kerajaan, diantaranya ialah kerajaan majapahit,
kerajaan sriwijaya, kerajaan mataram, dan lain sebagainya. Pada fase ini terdapat dua
zaman kerajaan yaitu kerajaan Hindu-Budha dan kerajaan Islam. Fase Kolonial atau yang
biasa dikenal dengan fase penjajahan, fase ini dimulai sejak Belanda menjajah Indonesia
hingga akhir dari penjajahan bangsa Jepang. Dan fase terakhir ialah fase kemerdekaan
yang dimana pada fase ini terdapat tiga masa yaitu, masa orde lama, orde baru, dan masa
reformasi.
iii
ABSTRACT
The history of legal syste in Indonesia has undergone dynamic formation and
development. This happen because the indonesian people and nation are the main
characters of historical actors.
History is a story of past events known as legends, stories, saga, and so on.
History can also be interpreted as an incident of past events. Meanwhile, the history of
the Indonesian legal system itself is a record of important events related to the
Indonesian legal system in the past that we need to know, remember, and understand
by our Indonesian people. The history of the Indonesian legal system was formed
before August 17, 1945 and before August 17, 1945. Or what we know as the pro-
colonial period, the colonial period, until the independence period.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah tata hukum Indonesia telah mengalami pembentukan dan perkembangan yang
penuh dinamika. Hal ini terjadi karena masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai tokoh utama
dari pelaku sejarah, dalam kaitanya sejarah hukum di indonesia dewasa ini lebih ke
pembahasan fase-fase dari sejarah peristiwa hukum yang pernah terjadi di Indonesia dengan
menitik beratkan kepada perkembangan metode-metode hukum yang pernah dicetuskan oleh
para bangsa-bangsa seperti Belanda, Inggris, dan Pribumi. Dimana kita ketahui bahwasannya
negara sudah memiliki hukum sejak awal seperti dalam masa kerajaan sebelum
dicetuskannya sistem pemerintahan dan aturan-aturan hukum yang ada secara terstruktur.
Sejarah hukum di Indonesia juga banyak dipengaruhi oleh hukum Belanda khususnya pada
hukum pidana.
Hal ini terjadi karena bangsa Indonesia yang pernah menjadi negara jajahan Belanda
selama tiga setengah abad. Tetapi, hukum di Indonesia tetap mencerminkan kepribadian
negara Indonesia dengan adanya Proklamasi kemerdekaan. Kemerdekaan negara Indonesia
yang diproklamirkan ini merupakan sarana untuk menghidupkan kembali kesadaran bahwa
bangsa Indonesia memiliki tata hukum yang berbeda dengan negara lain dibuktikan oleh
adanya ilmu pengetahuan Hukum Adat yang merupakan sumber dari tatanan hukum yang
ada. Perjalanan perkembangan hukum di Indonesia paling banyak pada era Hindia belanda
pada saat menduduki kekuasaan di Indonesia. Kala itu terdapat modifikasi-modifikasi dari
masa Vereenigde Oost Indische Compagnie hingga sampai ke masa kependudukan Jepang
walaupun paling banyak perubahan tatanan hukum pada saat itu terpusat pada kekuasaan
pemerintahan Belanda di Indonesia hingga menjelang reformasi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dari sejarah itu sendiri ?
2. Bagaimana tahapan-tahapan hukum dari fase pra- kolonial ?
3. Bagaimana tahapan-tahapan hukum dari fase kolonial ?
4. Bagaimana tahapan hukum dari fase kemerdekaan ?
C. Tujuan penulisan
Pertama dalam hal ini kami melakukan penulisan sebagai pemenuhan tugas dari studi mata
kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia, yang kedua kami melakukan penulisan ini sebagai
bahan pembelajaran diskusi kelas lebih-lebih dalam segi pengenalan sejarah hukum di
Indonesia dari masa ke masa. Dan juga dalahm hal ini tujuan penulisan ini sebagai cara
mahasiswa/i dalam mengetahui salah satu cakupan dari mata kuliah PTHI.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sejarah
Memelajari suatu disiplin ilmu, wajib bagi kita untuk mengetahui tentang
identitas ilmu itu, mengenali latarbelakang dan kegunaan ilmu tersebut. Maka
sebelum kita masuk mempelajari ilmu, kita harus membuka gerbangnya, yakni sejarah
ilmu itu sendiri. Dengan mengetahui latar belakang kemunculan ilmu, kita tidak akan
meremehkan materi yang termuat dalam setiap kajiannya. Sehingga, kegunaan dari
mempelajari ilmu tersebut, dapat kita peroleh, untuk kemudian diimplementasikan
kedepannnya.
Kata sejarah secara etimologi berasal dari bahasa arab, syajaratun yang artinya
pohon, asal-usul, keturunan. Kemudian istilah atau kata ini masuk ke dalam bahasa
melayu menjadi syajarah, yang memiliki arti tidak jauh dari pengertian keturunan atau
silsilah. Pengertian sejarah dalam arti sempit adalah uraian mengenai peristiwa pada
masa lampau, atau riwayat suatu rangkaian kejadian masa lalu. Sedangkan menurut
arti yang lebi luas sejarah adalah suatu proses pemikiran atau hasil daari pemikiran.1
Dan dapat diartikan juga bahwa sejarah merupakan rekontruksi dari peritiwa-
peristiwa yang sudah terjadi.
Hukum sebagai suatu disiplin ilmu tentunya memiliki alasan mengapa harus
dipelajari oleh beberapa kalangan, dan apa yang melatarbelakangi kemunculan
hukum. Pada paragraf diatas telah dijelaskan mengenai arti dari sejarah, selanjutnya
akan kita jelaskan tentang sejarah hukum di Indonesia. Menurut Kuntowijoyo sejarah
ialah ilmu tentang waktu, hukum yang ada saat ini adalah hasil dari proses masa
lampau. Hukum di Indonesia terbagi atas tiga periodisasi, periode prakolonial yaitu
hukum yang berlaku pada masa hindu budha serta islam, periode colonial yaitu
hukum produk pemerintah kolonial, dan terakhir hukum pada masa kemerdekaan.
1. Fase prakolonial
Sebelum pengaruh kolonialisme datang ke nusantara, masa ini dipengaruhi
oleh hegemoni kerajaan hindu budha hingga islam. Hukum berperan sedemikian rupa
,sehingga segala sesuatunya berjalan dengan tertib dan teratur. 2 Dalam menjalankan
fungsinya, tentu badan hukum yang ada pada masa hindu budha serta islam memiliki
otoritas penuh, hal ini yang akan kita bahas, apa itu hukum pada masa prakolonial dan
bagaimana hukum itu bekerja.
1
Wahyu Sasongko, Sejarah Tata Hukum Indonesia, (Lampung: PPKPUU FH Unila, 2013), 18.
2
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakata: Prenadamedia Group, 2009), 13.
2
dalam bidang hukum. Manawa Dharmasastra adalah sumber hukum hindu yang
paling terkenal , banyak bidang hukum Hindu yang termuat dalam Kitab ini , antara
lain meliputi : bidang hukum keagamaan, bidang hukum kemasyarakatan, dan bidang
hukum ketatanegaraan. Adapun beberapa sumber hukum hindu, antara lain: sumber
hukum menurut sejarah, sumber hukum dalam arti sosiologi, dan sumber hukum
dalam arti formal.
Hukum Hindu berarti perundang-undangan yang termasuk kedalam bagian
penting dari kehidupan beragama dan bermasyarakat. terdapat kode etik yang harus
dihayati dan dijalankan sehingga menjadi kebiasaan yang hidup didalam masyarakat.
Dengan demikian pemerintah dapat menjalankan hukum ini sebagai kewenangan
mengatur tata pemerintahan serta pengadilan,juga dapat digunakan sebagai hukuman
bagi pelangggarnya.3 Terdapat dalam Kidung Sorandaka bahwa Lembu Sora
dikenakan tuntutan hukuman mati berdasarkan Kitab Kutara Manawa, akibat dari
terbunuhnya Mahisa Anabrang dalam masa pemberontakan Rangga Lawe. Kidung
Sorandaka menguraikan tentang adanya Kitab Undang-Undang Kutara Manawa pada
zaman kerajaan Majapahit. Dan hasil dari penelitian prasasti zaman Majapahit
setidaknya terdapat dua prasasti yang mencatat nama Kitab Undang-Undang Kutara
Manawa, yaitu Prasasti Bendasari tidak bertarik dan Prasasti Trawulan berangka
tahun 1358. 4
Kerajaan Sriwijaya, sebagai salah satu kerajaan budha yang menjalankan
system hukumnya dengan baik di nusantara. Sebagai salah satu kerajaan maritim yang
mengembangkan ciri khas tradisi diplomasi untuk mempertahankan peran sebagai
pusat perdagangan. Kekuatan utama Kerajaan Sriwijaya adalah penguasaan terhadap
daerah Selat Malaka, yang menjadi kunci pelayaran perdagangan ke Cina dan negeri
barat lainnya. Sektor perdagangan dan pelayaran menjadi sektor andalan Kerajaan
Sriwijaya membutuhkan pengawasan langsung dari penguasa kerajaan. Kerajaan
Sriwijaya mempunyai kekuatan angkatan laut untuk melakukan ekspedisi ke luar
negeri sekaligus memastikan jalur pelayaran aman dari bajak laut.5
Sejarah tidak menghapus fakta masa lalu untuk kepentingan tertentu, justru
sejarah hadir sebagai pengentahuan tentang asal usul perkara itu sendiri. Dalam hal ini
hukum, sejarah hukum memberikan kita pengettahuan bagaimana hukum sama lalu
bisa bertahan atau justru berproses sangat kompleks di masa sekarang. Ada beberapa
praktik pemerintahan Indonesia yang masih mempertahankan hukum atau istilah
hukum pada masa hindu budha, seperti semboyan bangsa Indonesia, bhinneka tunggal
ika yang berasal dari bahasa sangsekerta, wawasan nusantara atau sumpah palapa oleh
maha oatih gajah mada, juga motto yang digunakan oleh tentara nasional Indonesia
dan kepolisian republik Indonesia. Beberapa hal tadi adalah praktik pemerintahan
negara untuk kebijakan dalam negaranya sendiri, terdapat praktik hukum hindu bidha
yang ikut mewarnai pemerintahan negara terkait kebijakan luar negerinya, seperti
3
Made Adi Nughraha Tristaningrat, Manawa Dharmasastra Kitab Hukum Hindu, Stahnmpukuturan, (2020),
30.
4
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakata: Prenadamedia Group, 2009), 46.
5
Sartika Intaning Pradhani, “ Sejarah Hukum Maritim Kerajaan Sriwijaya,” Lembaran Sejarah Vol 13,
(Oktober, 2017), 187.
3
politik luar negeri Indonesia, yang bebas aktif, hal ini sama seperti hukum politik luar
negeri kerajaan sriwijaya dan majapahit, dimana mereka bebas bekerjasama dengan
negara manapun, aktif dalam hubungan diplomasi, juga pemberlakuan wajib transit di
selat malaka bagi kapal—kapal yang kan berlayar kebarat atau ke timur. Pengaruh
hukum islam juga tak bisa dipandang remeh dalam kontribusinya menjalankan
pemerintahan negara Indonesia, di nangroe aceh darus salam mereka menganutt
unndang-undang dasar 1945, tappi mereka juga mempertahankan hukum yang
ditinggalkan oleh kerajaan islam terdahulu. Sebagai bukti bahwa hukum Indonesia
saat ini bermula dari penerapan hhukum dalam ajaran islam adalah, adanya
pengadilan negeri untuk mengurusi masalah hukum perdata di Indonesia.
2. Fase kolonial
Dalam fase kolonial ini di mulailah ekspedisi bangsa barat eropa, dalam perebutan
sumber daya kala itu juga memperebutkan kekuasaan yang ada beserta pemberlakuan
adaptasi hukum dari barat yang di patenkan di Indonesia yang lambat laun mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya waktu dan berubahnya kebijakan yang ada.
4
pun hukum adat Indonesia tetap dibiarkan berlaku bagi orang-orang Pribumi. Dari
pengulasan di atas dapat kita ketahui, bahwa saat VOC berakhir pada 31 Desember
1799 karena dibubarkan oleh pemerintah Belanda, tata hukum yang berlaku pada
waktu itu terdiri atas aturan-aturan yang diciptakan oleh gubernur jenderal yang
berkuasa di daerah - daerah kekuasaan VOC serta aturan-aturan tidak tertulis maupun
tertulis yang berlaku bagi orang-orang pribumi, yaitu hukum adatnya masing-masing.
6
Purnadi dan Soerjono. Perundang-undangan, 28: Paulus, Garis Besar. 126.
5
5. Pluralisme (pluralism): keragaman hukum karena banyaknya peraturan hukum
yang berlaku untuk golongan penduduk yang berbeda-beda secara
berdampingan dalam satu negara.
Politik hukum yang bercorak dualisme dan pluralisme hukum tersebut telah muncul
cabang hukum yang disebut Hukum Antar Golongan (intergentiel recht)7. Dari
kenyataan sejarah tersebut dapat kita ketahui bahwasanya tata hukum pada masa
Besluiten Regerings (BR) terdiri atas peraturan-peraturan tertulis yang
dikodofikasikan, peraturan-peraturan tidak tertulis (hukum adat) yang khusus berlaku
bagi orang bukan golongan Eropa.
7
Sudargo Gautama, Hukum Antar Golongan. Suatu Pengantar, Cetakan Ke-5 (jakarta: PT Ichtiar Baru-Van
Hoeve, 1980), 19.
8
Purnadi dan Soerjono, Perundang-undangan, 29.
6
bagi pemerintahan sebagai acuan ketika menerbitkan peraturan pelaksana pada tingkat
daerah (local verordeningen).
Adapun bentuk peraturan perundang-undangan yang berlaku (Positive law) pada masa
Regerings Reglement :
1. Wet, dibuat oleh raja dengan mendengar nasihat atau pendapat dari Raad van
State dan bersama-sama dengan Staten General.
2. KB, dibuat oleh Raja dengan nasehat dari Raad van State dan dibantu oleh
Minister dan Minister van Kolonien (menteri daerah dan menteri jajahan) di
belanda.
3. Kroon Ordonnantie, dibuat oleh GouverneurGeneraal dengan mendengar
Raad van Nederlands Indie, atas pertolongan atau kuasa Raja yang dapat
berupa izin (machtiging) atau pengesahan (goedkeuring).
4. Ordonnantie, dibuat oleh Gouverneur General dengan mendengar Raaad van
Nederlands Indie9.
Dalam Pasal 163 IS diatur tentang pembagian golongan penduduk Hindia Belanda,
yang terdiri atas tiga golongan penduduk yang memiliki ciri masing-masing, yaitu:
1. Golongan Eropa (Europeanen)
9
Purnadi dan soerjono, Perundang-undangan, 37-38.
10
Moh. Mahfud MD, Analisis Isi (Content Analysis) tentang Karakter Produk Hukum Zaman Kolonial Studi
tentang Politik dan Karakter Produk Hukum pada Zaman Penjajahan di Indonesia (Yogyakarta, Penerbit UII
Press, 1999), 20-21.
11
Wolhoff, Pengantar, 62-63.
7
Semua orang Belanda; Semua orang yang berasal dari Eropa, ialah kelahiran dan
keturunan Eropa; Semua orang Jepang; Semua orang yang berasal dari tempat
lain asalkan di negerinya tunduk pada hukum keluarga yang asas-asas hukumnya
sama dengan hukum keluarga Belanda.
2. Golongan Bumi Putera (Inlander).
Penduduk asli atau pribumi yang lahir dan keturunan dari penduduk yang
berdiam di Nusantara sejak zaman dulu.
3. Golongan Timur Asing (Vreemde Oesterlingen), ialah semua orang yang
tidak termasuk golongan Eropa dan Bumi Putera (orang Cina, Arab, dan
Pakistan).
Pembagian golongan penduduk HB menurut ketentuan Pasal 163 IS tersebut. Dalam
pasal 131 IS diterapkan berlakunya peraturan hukum tertentu sesuai golongan, yang
terbagi :
1) Hukum perdata yang berlaku bagi golongan Eropa adalah Burgerlijk Wetboek
dan Wetboek van Koophandel (BW dan WvK) yang diundangkan berlakunya
tanggal 1 Mei 1848, dengan asas konkordasi.
2) Hukum pidana material yang berlaku bagi golongan Eropa ialah Wetboek van
Strafrecht (WvS) yang diundangkan berlakunya tanggal 1 Januari 1948 melalui
S.1915:732.
3) Hukum acara yang digunakan dalam proses peradilan bagi golongan Eropa ialah
Reglement op de Burgerijk Rechtsvordering untuk proses perkara perdata dan
Reglement op de Strafvordering yang diundangkan melalui S. 1847:53.
keduanya berlaku untuk daerah Jawa dan Madura. Susunan peradilan yang
digunakan bagi golongan Eropa di Jawa dan Madura, yaitu:
-Residentiegerecht
-Road van Justitie
-Hooggerechtshof
Dalam proses penyelenggaraan peradilan di samping susunan peradilan, masih ada
lembaga-lembaga pengadilan lain yang melaksanakan peradilan itu sendiri. Lembaga
pengadilan itu diantaranya:
• Peradilan Gubernemen, mencakup seluruh HB termasuk peradilan militer.
• Peradilan Pribumi, peradilan bagi BP yang diperbolehkan melaksanakan
peradilan sendiri oleh hakim-hakim Pribumi.
• Pengadilan Swapraja, peradilan bagi BP yang diperbolehkan melaksanakan
peradilan sendiri (zelfbestuursrechtspraak), seperti di wilayah kerajaan
Surakarta dan Yogyakarta.
• Pengadilan Agama, peradilan bagi pemeluk agama islam.
• Pengadilan Desa, peradilan bagi masyarakat desa.12
12
Supomo, Sistem Hukum, 36
8
1. Indonesia Timur di bawah kekuasaan Angkatan Laut Jepang berkedudukan di
Makasar.
2. Indonesia Barat di bawah kekuasaan Angkatan Darat Jepang berkedudukan di
Jakarta.
Peraturan-peraturan yang digunakan dalam mengatur pemerintah di wilayah Hindia-
Belanda dibuat atas dasar Gun Seirei melalui Osamu Seirei. Dalam keadaan genting
pemerintah serta tentara Jepang di Hindia-Belanda menentukan hukum yang berlaku
untuk mengatur Pemerintahan dengan mengeluarkan Osamu Seirei No. 1/1942. Pasal
3 Osamu Seirie No. 1/1942 menentukan bahwa “semua badan pemerintahan dan
kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintah yang lama akan tetap
diakui sah untuk sementara waktu, asal tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintahan militer.” Dari ketentuan Pasal 3 Osamu Seirie No. 1/1942 tersebut dapat
diketahui bahwa hukum yang mengatur pemerintahan dan lain-lain tetap
menggunakan Indische Staatregeling (IS). Hukum perdata, pidana, dan hukum acara
yang berlaku untuk semua golongan sama halnya dengan yang ditentukan dalam Pasal
131 IS, dan golongan-golongan penduduk yang ada sama halnya dengan yang
ditentukan dalam Pasal 163 IS. Kemudian Pemerintah bala tentara Jepang
mengeluarkan Gun Seirei nomor istimewa 1942, Osamu Seirei No. 25 tahun 1944 dan
Gun Seirie No. 14 tahun 1942, Gun Seirei nomor istimewa tahun 1942 dan Osamu
Seirei No. 25 tahun 1944 memuat aturan-aturan pidana umum dan aturan-aturan
pidana khusus. Gun Seirei No. 14 tahun 1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia-
Belanda.
3. Fase Kemerdekaan
Terdapat beberapa masa dalam fase kemerdekaan ini.
1) Masa 1945-1949
Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, undang-undang dasar yang menjadi
pedoman dalam setiap penyelenggaraaan pemerintah ditetapkan tanggal 18
Agustus 1945. Dimana bentuk dan tata hukum yang berlangsung pada masa
itu dapat dilihat dipasal II aturan peralihan UUD 1945. Pasal II UUD 1945
menentukan bahwa, “segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsug berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang
dasar ini”.
Dari ketentuan diatas dapat diketahui bahwa hukum yang dikehendaki
untuk mengatur penyelenggaraan negara ialah peraturan-peraturan yang
berlaku sejak masa sebelum Indonesia merdeka. Dengan demikian, tata hukum
yang berlaku pada masa ini ialah dimana segala peraturan yang telah ada dana
pernah berlaku dimasa penjajahan Belanda, masa jepang berkuasa dan produk-
produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Indonesia sendiri dari
tahun 1945-1949.13
13
Dr. Rahman Syamsuddin, S.H., M.H.. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada Group 2019, 56.
9
2) Masa 1949-1950.
Pada masa ini dimana masih berlakunya konstitusi RIS. Pada masa ini tata
hukum yang berlaku ialah tata hukum yang terdiri dari peraturan-peraturan
yang telah dinyatakan berlaku dimasa 1945-1949 dan hasil dari produk
peraturan baaru yang telah dihasilkan pemerintah negara yang saat itu
berwenang selama jangka waktu 27 Desember 1949 sampai 16 Agustus 1950.
Dimana hal ini telah ditentukan pemerintah melalui pasal 192 k RIS sebagai
berikut: “peraturan-peraturan, undang-undang dan ketentuan tata usaha yang
sudah ada pada saat konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku tidak berubah
sebagai peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan RIS sendiri.14
3) Masa 1950-1959.
Pada saat itu konstitusi RIS hanya berlaku selama 7 bulan 16 hari yang dimana
diganti dengan UUDS 1950 dan berlaku sampai 4 juli 1959. Tata hukum yang
berlaku pada saat itu ialah tata hukum yang terdiri dari semua peraturan yang
telah dinyatakan berlaku berdasarkan pasal 142 UUDS 1950, lalu ditambah
dengan adanya peraturan baru yang saat itu telah dibentuk oleh pemerintah
negara yang dimana terlaksana dalam kurun waktu 17 Agustus 1950 samapi
dengan 4 juli 1959.15
4) Masa 1950-Sekarang.
Dikaraenakan adanya dekrit presiden 5 Juli 1959 UUDS hanya berlaku sampai
tanggal 4 juli sehingga tergantikan dengan UUD yang saat itu telah berlaku
sejak 5 juli 1959 hingga saat ini ialah UUD 1945. Dimana tata hukum yang
berlaku pada masa ini ialah tata hukum yang terdiri dari segala bentuk
peraturan yang telah berlaku dari masa 1950-1959 dan yang telah dinyatakan
masih berlaku berdasarkan ketentuan pasal II yaitu mengenai Aturan
peralihan UUD 1945 yang ditambah dengan berbagai macam peraturan yang
ditambah dengan berbagai peraturan yang dibentuk setelah Adanya Dekrit
Presiden 4 juli 1959. 16
14
Dr. Rahman Syamsuddin, S.H., M.H.. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada Group 2019, 57.
15
Dr. Rahman Syamsuddin, S.H., M.H.. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada Group 2019, 57.
16
Dr. Rahman Syamsuddin, S.H., M.H.. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada Group 2019, 57.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Kata sejarah secara etimologi berasal dari bahasa arab, syajaratun yang artinya pohon,
asal-usul, keturunan. Kemudian istilah atau kata ini masuk ke dalam bahasa melayu
menjadi syajarah, yang memiliki arti tidak jauh dari pengertian keturunan atau silsilah.
Pengertian sejarah dalam arti sempit adalah uraian mengenai peristiwa pada masa
lampau, atau riwayat suatu rangkaian kejadian masa lalu. Fase prakolonial sebelum
pengaruh kolonialisme datang ke nusantara, masa ini dipengaruhi oleh hegemoni kerajaan
hindu budha hingga islam. Fase Kolonial atau yang biasa dikenal dengan fase
penjajahan, fase ini dimulai sejak Belanda menjajah Indonesia hingga akhir dari
penjajahan bangsa Jepang, pada fase ini terdapat beberapa masa yaitu Masa Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC) 1602-1799, Masa Besluiten Regerings (1814-1855),
Masa Regerings Reglement (1855-1926), Masa Indische Staatsregeling (1926-1942),
Masa penjajahan jepang (1942-1945), lalu tedapat fase kemerdekaan yang terdapat
beberapa masa yaitu Masa 1945-1949, Masa 1950-1959, Masa 1950-Reformasi.
B. Saran.
Kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi didalam
pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mahfud MD, Moh. Analisis isi (Content Analysis) tentang Karakter Produk Hukum
Zaman Kolonial: Studi tentang Politik dan Karakter Produk Hukum Zaman
Penjajahan di Indonesia. (Yogyakarta: Penerbit UII Press, 1999).
Wolhoff, G.J. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia. (Jakarta:
Timun Mas, 1960).
Supomo, R. Sistem Hukum di Indonesia: Sebelum Perang Dunia II, Cetakan ke-11.
(Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita, 1982).
Syamsuddin, Dr. Rahman S.H., M.H.. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada
Group 2019.
12