Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENGKAJI SISTEM HUKUM INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu :
Mansyur, S.H.,M.H

Disusun oleh :

Kelompok 1

Nama NIM
Nina Pebriani 220711654
Regy Elfadianur 220711597
Muhammad Risaldi 220711610
Rusmah Mujalipah 220711608
Jesica Anastasya 220711614
Muhd. Alif Fathan 220711598
Ragil Andhika 220711628
Onaro Risa 220711589
Zulkarnain 220711627
Jefri Noor Rahman 220711627
Muh. Taufiq Hidayatsyah

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan


pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengkaji Sistem Hukum
Indonesia” dengan tepat waktu. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas dosen
pada bidang Pengantar Ilmu Hukum di kampus Universitas Kutai Kartanegara.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Sistem Hukum yang ada di Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak


Mansyur, S.H.,M.H selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah wawasan terkait bidang yang di tekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis ini terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tenggarong, 27 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................
DAFTARISI ......................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................
A. latar belakang .........................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................
A. Mutu Pendidikan Di Indonesia ......................................................................................................
B. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan Di Indonesia ..............................................................
C. Solusi Untuk Memperbaiki Mutu pendidikan Di Indonesia ....................................................
BAB III
PENUTUP........................................................................................................................................................
.
A.Kesimpulan .............................................................................................................................................
B.Saran..........................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan
mengarahkan perilaku manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini
ditangkan dalam undang undang baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
Hukum tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima bagi
pelanggar undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda
bahkan sanksi pidana yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan
tersebut. Hukum yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa sumber
yang sebelum merdeka sudah berlaku, antara lain hukum yang bersumber
dari agama, hukum yang bersumber dari adat atau kebiasaan dan hukum
yang bersumber dari negara lain yang menjajah Indonesia. Ketiga sumber
hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan satu
dengan lain, karena apabila hukum negara ditegakkan di wilayah yang
sangat menjunjung tinggi hukum adat maka keberadaan hukum itu sendiri
akan berbenturan dengan masyarakat. Hal ini sangat berbanding terbalik
dengan tujuan hukum itu sendiri yaitu menciptakan mengatur dan
mengarahkan manusia untuk lebih baik. Di dalam Undang undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 Bab 1 Pasal 1 ayat (3) dijelaskan
bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara Hukum “, hal ini menunjukkan
bahwa segala sesuatu yang terjadi di Indonesia baik yang berhubungan
dengan negara ataupun masyarakatnya diatur sesuai peraturan hukum yang
berlaku. Hal ini dirumuskan untuk membatasi hak dan kewajiban
masyarakat terhadap masyarakat dan masyarakat terhadap negara agar
terjaminnya rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diulas oleh penulis dalam makalah ini
adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum?
b. Negara Indonesia menganut sistem hukum yang mana?
c. Mengapa di Indonesia menganut sistem hukum tersebut?
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang sebuah sistem hukum
b. Untuk mengetahui sistem hukum yang ada di Indonesia
c. Untuk mengetahui mengapa Indonesia menganut sistem hukum
tersebut

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Hukum


Sistem hukum adalah suatu kesatuan yang memiliki unsur-unsur
yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan kesatuan tersebut. Didunia ini sistem hukum tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan kita sehar-hari. Ada banyak sistem hukum di dunia ini. dua
diantaranya adalah sistem hukum eropa kontinental dan sistem hukum
anglo saxon.
Sistem eropa kontinental atau sistem sipil berasal dari bahasa Latin
ius civile yakni hukum yang diterapkan kepada seluruh masyarakat
Romawi. Pada zaman Kaisar Justinian (Abad ke-VI BC), dilakukan
kodifikasi Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas empat buku, yakni
Instituti, Diegesta/Pandectae, Caudex, dan Novellae. Dalam
perkembangannya, ketentuan Corpus Iuris Civilis tersebut dijadikan dasar
penyusunan kodifikasi kitab hukum di berbagai negara seperti Jerman,
Belanda, Italia, Perancis dan beberapa negara Asia, termasuk Indonesia.
Dalam sistem eropa kontinental, mengikatnya hukum dikarenakan
hukumnya disusun dalam undang-undang yang terkodifikasi secara
sistematis. Dengan demikian, sistem eropa kontinental menekankan
pentingnya hukum yang tertulis, yaitu peraturan perundang-undangan
sebagai dasar utama sistem hukumnya. Secara hostoris, hal tersebut lahir
dari berkembangnya asas legalitas di Eropa yang meminta adanya hukum
yang ditulis dalam sebuah undang-undang untuk menjamin perlindungan
terhadap rakyat. Tujuan dari hukum tertulis adalah untuk menjamin bahwa
hukum itu harus pasti. Hukum yang pasti tersebut bercirikan adanya
kejelasan baik tulisan dan makna, tidak sumir, tidak multitafsir, dan tidak
ambigu. Berdasarkan konsep tersebut, pengembanan hukum dalam sistem
eropa kontinental dilakukan melalui proses legislasi.
4

Sistem anglo saxon atau dikenal juga dikenal sistem common law
pada awalnya berkembang di Inggris sekitar abad ke-XI. Sistem ini mulai
berkembang semenjak menguatnya posisi raja dengan mendirikan institusi
baru dalam bentuk pengadilan kerajaan. Sistem ini berasal dari kebiasaan-
kebiasaan yang ditemukan dalam putusan pengadilan, sehingga hukumnya
bersifat tidak tertulis. Dalam perkembangannya, sistem ini menyebar ke
berbagai koloni Inggris dengan beberapa varian, di antaranya adalah
sistem anglo-america. Dalam sistem ini, hukum yang diciptakan oleh
pengadilan atau hakim melalui putusannya merupakan sumber hukum
primer. Joseph Dainow9 menyatakan putusan yang dibuat oleh pengadilan
atau hakim tidak hanya mengikat para pihak yang berperkara, namun
putusan tersebut wajib diikuti oleh hakim yang lain setelahnya dalam
kasus yang sama, karenanya putusan tersebut menjadi aturan umum atau
aturan kebiasaan. Dari pendapat tersebut, hakim memiliki peranan yang
sangat penting di dalam pengembanan hukum. Hakim mempunyai tugas
untuk menciptakan hukum melalui putusan-putusan-nya. Konsep seperti
ini dalam sistem hukum common law disebut jugde made law. Hakim
berfungsi sebagai positive legislator, di mana hakim memformulasikan
norma hukum case by case. Putusan hakim yang berisi prinsip atau norma
hukum kemudian dijadikan norma umum yang tidak hanya mengikat para
pihak yang bersengketa, namun berlaku dan mengikat umum.
B. Sistem Hukum Di Indonesia
Sistem Hukum Kontinental, Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia
Di dalam sejarahnya, sistem hukum Indonesia merupakan peninggalan
dari kolonial Belanda (Eropa Kontinental/civil law) yang pernah
menguasai Indonesia lebih dari 350 tahun, sehingga sistem hukum
Belanda juga diterapkan di Indonesia berdasarkan asas konkordasi.
Menurut Andi Hamzah, pengaruh sistem hukum Belanda ini juga
mempengaruhi putusan hakim, dimana hakim di Indonesia dalam
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara termasuk di dalamnya
mengenai masalah penemuan hukum dipengaruhi oleh sistem hukum civil

4
5

tersebut. Sedangkan karakteristik utama hukum civil adalah dengan


adanya kodifikasi atau pembukuan hukum atau undang-undang dalam
suatu kitab.
Indonesia sendiri telah menundukan dirinya untuk menganut sistem
hukum civil, sehingga prinsip utamanya adalah mempositipkan hukum
dalam bentuk aturan tertulis atau dituangkan dalam bentuk undang-
undang. Hukum yang tidak tertulis tidak diakui sebagai hukum begitu juga
peraturan-peraturan yang dibuat selain oleh negara juga tidak disebut
sebagai hukum akan tetapi sebagai moral masyarakat. Namun, sistem
hukum civil ini dalam prakteknya memiliki banyak kelemahan karena
sifatnya yang tertulis sehingga menjadi tidak fleksibel dalam mengikuti
perkembangan masyarakat, cenderung kaku dan statis.
Penormaan dalam bentuk aturan tertulis dapat dikatakan merupakan
bentuk pembatasan atas suatu hal yang sifatnya abstrak atau pembatasan
dalam kontek materi dan dinamis atau pembatasan dalam dimensi waktu.
Oleh karena itu, value consciousness masyarakat ke dalam undang-undang
secara logis akan membawa suatu ketertinggalan substansi undang-
undang. Di samping itu, banyak peraturan perundang-undangan barat yang
di adopsi ke Indonesia dan diberlakukan di Indonesia, seperti Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
dengan demikian fenomena legal gab atau keterpisahan nilai-nilai
masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai peraturan perundang-undangan
merupakan persoalan yang mendasar dan secara substansif hukum
Indonesia akan selalu menjadi konsekuensi lanjutan yang sulit untuk
dihindari.
Sistem Hukum civil juga menjadikan para hakim sebagai corong undang-
undang sebagaimana dikatakan oleh Montesquieu, artinya hakim hanya
menegakkan hukum sebagaimana yang tertulis di dalam undang- undang.
Sistem Hukum civil ini mengikuti filsafat positivisme hukum yang
menyatakan bahwa tujuan utama hukum adalah kepastian hukum bukan

5
6

keadilan dan atau kemanfaatan, karena filsafat positivisme mengutamakan


hal- hal yang sifatnya jelas dan pasti (positif) di atas segalanya dengan
beragomentasi bahwa hanya sesuatu yang bersifat pasti saja yang dapat
dijadikan ukuran kebenaran. Dengan demikian, dalam kultur sistem
hukum civil, hukum identik dengan undang-undang, sumber hukum adalah
undang-undang, nilai-nilai bersumber dari undang-undang, oleh karena itu
civil law system tidak mengakui hukum-hukum dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
Legal gap yang ada di masyarakat dapat diatasi dengan menggunakan
sistem hukum yang tidak tertulis. Di Indonesia, terdapat dua sistem hukum
yang tidak tertulis, yakni sistem hukum adat dan sistem hukum Islam. Esin
Orucu dalam tulisannya yang berjudul What is a Mixed Legal System:
Exlusion or Expansion berpandangan bahwa tidak terdapat negara yang
murni menganut sistem civil law maupun common law. Oleh karena itu,
perpaduan antara dua sistem hukum atau lebih tidak dapat dihindarkan di
negara hukum modern saat ini. Orucu menjelaskan lebih lanjut bahwa
beberapa sistem hukum dapat saling bercampur karena relasi internasional
dan menciptakan pengaruh signifikan pada sistem hukum di tiap- tiap
negara.
Percampuran sistem hukum (mixed legal system) ini merupakan
perkembangan dan klasifikasi klasik dari suatu sistem hukum. Terdapat
beberapa contoh percampuran sistem hukum dan menyebutkan
percampuran sederhana (simple mixes) antara sistem hukum civil law dan
common law serta percampuran kompleks (complex mixes) antara kedua
sistem hukum tersebut dengan hukum agama atau hukum adat. Di
Indonesia, kehadiran sistem hukum Islam dan hukum adat dapat mengatasi
ketersenjangan dari dianutnya sistem hukum civil.

6
7

C. Indonesia Menganut Sistem Hukum Eropa Kontinental


Indonesia disebut menganut keluarga hukum Eropa Kontinental karena :
1. Menggunakan kodifikasi hukum (seperti kitab undang-undang Hukum
Pidana)
2. Berdasarkan sistem hukum di Eropa daratan, yaitu Code Napoleon
(undang-undang sipil Prancis yang di susun  pada masa kekuasaan
Napoleon Bonaparte) dan,
3. Tidak menggunakan prinsip putusan hakim sebelumnya sebagai dasar
putusan hakim-hakim selanjutnya (yang diterapkan pada keluarga
hukum Anglo-Sakson).
Selain itu, masifnya pembentukan peraturan juga dipengaruhi oleh sistem
hukum yang dianut oleh sebuah negara. Secara tradisional, terdapat dua
kelompok tradisi hukum yang utama didunia, yaitu tradisi hukum
continental (Civil Law Traditional) dan tradisi hukum anglo-saksis
(Common Law Tradition). Perbedaan keduanya antara lain didasarkan
pada peranan hukum perundang-undangan dan yurisprudensi (putusan
badan peradilan). Negara-negara yang tergolong kedalam hukum
continental menempatkan hukum (peraturan) perundang-undangan sebagai
sendi utama sistem hukumnya. Sedangkan negara-negara yang menganut
tradisi hukum anglo-saksis menjadikan yurisprudensi sebagai sendi utama
sistem hukumnya.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental
(Civil Law System), eksistensi peraturan perundang-undangan sangatlah
penting, karena bila dikaitkan dengan asas legalitas yang berarti setiap
Tindakan pemerintah harus memiliki dasar pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Maka, tanpa adanya dasar wewenang yang
diberikan oleh suatu peraturan, segala macam aparat pemerintah tidak
akan memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah
keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya.

7
BAB III
A. KESIMPULAN
Sistem Hukum Di Indonesia Sistem Hukum Kontinental, Hukum
Islam dan Hukum Adat di Indonesia Di dalam sejarahnya, sistem hukum
Indonesia merupakan peninggalan dari kolonial Belanda (Eropa
Kontinental/civil law) yang pernah menguasai Indonesia lebih dari 350
tahun, sehingga sistem hukum Belanda juga diterapkan di Indonesia
berdasarkan asas konkordasi.
Di samping itu, banyak peraturan perundang-undangan barat yang di
adopsi ke Indonesia dan diberlakukan di Indonesia, seperti Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dengan
demikian fenomena legal gab atau keterpisahan nilai-nilai masyarakat
Indonesia dengan nilai-nilai peraturan perundang-undangan merupakan
persoalan yang mendasar dan secara substansif hukum Indonesia akan
selalu menjadi konsekuensi lanjutan yang sulit untuk dihindari. Sistem
Hukum civil juga menjadikan para hakim sebagai corong undang-undang
sebagaimana dikatakan oleh Montesquieu, artinya hakim hanya
menegakkan hukum sebagaimana yang tertulis di dalam undang- undang.
Sistem Hukum civil ini mengikuti filsafat positivisme hukum yang
menyatakan bahwa tujuan utama hukum adalah kepastian hukum bukan
keadilan dan atau kemanfaatan. Dengan demikian, dalam kultur sistem
hukum civil, hukum identik dengan undang-undang, sumber hukum adalah
undang-undang, nilai-nilai bersumber dari undang-undang, oleh karena itu
civil law system tidak mengakui hukum-hukum dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
Di Indonesia, terdapat dua sistem hukum yang tidak tertulis, yakni sistem
hukum adat dan sistem hukum Islam.
Terdapat beberapa contoh percampuran sistem hukum dan menyebutkan
percampuran sederhana (simple mixes) antara sistem hukum civil law dan

8
9

common law serta percampuran kompleks (complex mixes) antara kedua


sistem hukum tersebut dengan hukum agama atau hukum adat.
Di Indonesia, kehadiran sistem hukum Islam dan hukum adat dapat
mengatasi ketersenjangan dari dianutnya sistem hukum civil.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental
(Civil Law System), eksistensi peraturan perundang-undangan sangatlah
penting, karena bila dikaitkan dengan asas legalitas yang berarti setiap
Tindakan pemerintah harus memiliki dasar pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

B. SARAN

9
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, S. (2016). MENGKAJI SISTEM HUKUM INDNOESIA (Kajian
Perbandingan Dengan Sistem Hukum Lainnya). Vol. 12, No. 2016,
Agustus 2016, 12, 164-171.

Amiruddin, M. (2017). PERBANDINGAN PELAKSANAAN EUTHANASIA DI


NEGARA YANG MENGANUT SISTEM HUKUM EROPA
KONTINENTAL DAN ANGLO SAXON. Vol. 4, No.1, Juni 2017, 4, 83-
102.

Friedmann. 1960. Teori dan Filsafat Hukum, telaah kritis atas teori-
teori hukum, Jakarta : Rajawali Pers.

Maysarah, A. (2017). PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM


HUKUM DI INDONESIA. Vol. 52, April 2017, 52, 1-14.

Dainow, J. (Vol. 15, No. 3 1966-1967). The Civil Law and The Common Law:
Some Points of Comparison, The Americal Journal of Comparative Law
(Vol. 15). Amerika Serikat: Joseph.

10

Anda mungkin juga menyukai