Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PELAKSANAAN HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Pelajaran PPKN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

Afif Fathin

Hadziq Hibrizi A.Nugraha

Raysa Ayu Ramadhani

Zalfa Azelya Chelsa

Nabila Syahgita

XI MS 1

SMAN PLUS PROVINSI RIAU T.P 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "pelaksanaan hukum dan peradilan di
indonesia" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran PPKN. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang cara pelaksanaan hukum dan peradilan di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Zaiful selaku guru Mata
Pelajaran PPKN. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua anggota
kelompok yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 25 Juli 2022

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pelaksanaan hukum di Indonesia.....................................................................5
B. Sistem hukum di Indonesia..............................................................................6
C. Proses Penegakan Hukum di lingkungan Peradilan.........................................7
D. Peradilan Indonesia..........................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum
dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan
didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/
ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat
dan menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagamaina Pelaksanaan Hukum di Indoensia?
2. Bagaimana Sistem hukum di Indonesia?
3. Bagaimana Proses Penegaakan Hukum di Lingkungan Peradilan?
4. Apa yang Dimaksud Dengan Peradilan Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Hukum di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Sistem Hukum di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Proses Penegakan Hukum di Lingkungan Peradilan
4. Untuk Mengetahui Pengertian dari Peradilan Indonesia
BAB II PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan hukum di Indonesia


Indonesia adalah negara hukum. Maka itu, perlindungan dan penegakan hukum secara
adil merupakan hal mutlak yang harus diwujudkan di Indonesia. Penegakan hukum di
Indonesia dilaksanakan supaya tercipta keadilan dalam masyarakat. Penegakan hukum
adalah proses dilakukannya upaya untuk tegak atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata, sebagai pedoman perilaku dalam lalu-lintas atau hubungan-hubungan
hukum di kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pelaksanaan hukum di dalam masyarakat selain tergantung pada kesadaran hukum


masyarakat juga sangat banyak ditentukan oleh aparat penegak hukum, oleh karena
sering terjadi beberapa peraturan hukum tidak dapat terlaksana dengan baik oleh karena
ada beberapa oknum penegak hukum yang tidak melaksanakan suatu ketentuan hukum
sebagai mana mestinya. Hal tersebut disebabkan pelaksanaan oleh penegak hukum itu
sendiri yang tidak sesuai dan merupakan contoh buruk dan dapat menurunkan
citra .Selain itu teladan baik dan integritas dan moralitas aparat penegak hukum mutlak
harus baik, karena mereka sangat rentan dan terbuka peluang bagi praktik suap dan
penyelahgunaan wewenang. Uang dapat mempengaruhi proses penyidikan, proses
penuntutan dan putusan yang dijatuhkan.

Hikmahanto Juwono menyatakan di Indonesia secara tradisional institusi hukum yang


melakukan penegakan hukum adalah kepolisian, kejaksaan, badan peradilan dan advokat.
Di luar institusi tersebut masih ada diantaranya , Direktorat Jenderal Bea Cukai,
Direktorak Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Imigrasi.
Perlindungan hukum dimaknai sebagai daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh
setiap orang maupun lembaga pemerintah.

di dalam hukum terdapat beberapa unsur, diantaranya:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

2. Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

3. Peraturan itu bersifat memaksa.

4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Adapun yang menjadi karakteristik dari hukum adalah:

1. Adanya perintah dan larangan.


2. Perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh semua orang.

Tata hukum merupakan hukum positif atau hukum yang berlaku di suatu negara
pada saat sekarang. Tata hukum bertujuan untuk mempertahankan, memelihara,
dan melaksanakan tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat
dicapai ketertiban di negara tersebut. Tata hukum Indonesia merupakan
keseluruhan peraturan hukum yang diciptakan oleh negara dan berlaku bagi
seluruh masyarakat Indonesia yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan pelaksanaan tata hukum tersebut
dapat dipaksakan oleh alat-alat negara yang diberi kekuasaan. Tata hukum
Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia. Oleh karena itu tata
hukum Indonesia baru ada ketika Negara Indonesia diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945. Hal tersebut bisa dilihat dalam:

a. Proklamasi Kemerdekaan : “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan


Kemerdekaan Indonesia”.
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
: “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian dari
pada itu…. disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan….
B. Sistem hukum di Indonesia

Sebagai negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang
hidup dan berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil,sistem hukum
adat, dan sistem hukum Islam. Ketiga sistem hukum tersebut saling melengkapi,
harmonis dan romantis. Hukum Islam mempengaruhi corak hukum di Indonesia
karena mayoritas penduduk di Indonesia menganut agama Islam yang
memungkinkan hukum Islam menjadi bagian yang penting dan berpengaruh dalam
sistem hukum di Indonesia. Sedangkan hukum adat sebagai hukum yang asli yang
tumbuh dan berkembang dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat mempengaruhi
proses berlakunya hukum di Indonesia. Bahkan, nilai-nilai yang terkandung dari
hukum adat dan hukum Islam di Indonesia digunakan dalam pembentukan
yurisprudensi di Mahkamah Agung. Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana
hukum adat dan hukum Islam yang berkarakter “tidak tertulis” mampu mengisi
legal gapdari sistem hukum civil Indonesia. Metode penelitian yang digunakan
dalam tulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif dan menggunakan
beberapa pendekatan yakni pendekatan undang-undang, pendekatan perbandingan,
dan pendekatan sejarah. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pluralisme hukum yang
ada di Indonesia dapat menjadi solusi dari adanya legal gapyang tercipta karena
kekakuan penerapan hukum civil. Kekakuan tersebut dapat diatasi dengan
fleksibilitas dari norma dan nilai yang terdapat dalam hukum adat dan hukum
Islam, sehingga dapat menciptakan ketertiban di masyarakat.hukum tersebut saling
melengkapi, harmonis dan romantis.

C. Proses Penegakan Hukum di lingkungan Peradilan

Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan terhadap lembaga peradilan dan


lembaga penegak hukum lainnya langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:

a. Peningkatan kualitas dan kemampuan aparat penegak hukum yang lebih


profesioanal, berintegritas, berkepribadian, dan bermoral tinggi.

b. Perlu dilakukan perbaikan–perbaikan sistem perekrutan dan promosi aparat


penegak hukum, pendidikan dan pelatihan, serta mekanisme pengawasan yang
lebih memberikan peran serta yang besar kepada masyarakat terhadap perilaku
aparat penegak hukum.

c. Mengupayakan peningkatan kesejahteraan aparat penegak hukum yang sesuai


dengan pemenuhan kebutuhan hidup.

D. Peradilan Indonesia

Lembaga peradilan nasional sama artinya dengan pengadilan negara, yaitu


lembaga yang dibentuk oleh negara sebagai bagian dari otoritas negara di bidang
kekuasaan kehakiman dengan sumber hukumnya peraturan perundang-undangan
yang berlaku di dalam negara.
Dasar Hukum Lembaga Peradilan Adapun yang menjadi dasar hukum
terbentuknya lembaga-lembaga peradilan nasional adalah:

a. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat
Indonesia”

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bab IX pasal


24 ayat (2) dan (3), yaitu: (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi (3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.

c. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

d. Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer

e. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

f. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

g. Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

h. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas


UndangUndang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

i. Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan Atas


UndangUndang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum

j. Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas


UndangUndang Nomor 7 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

k. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas


UndangUndang Nomor 5 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
l. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung

m. Undang-Undang RI Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana


Korupsi

n. Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

o. Undang-Undang RI Nomor 49 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas


Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum

p. Undang-Undang RI Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

q. Undang-Undang RI Nomor 51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Dalam pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman disebutkan bahwa

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan


peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
Dalam sistem peradilan di Indonesia, ada lima jenis peradilan yaitu peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara, dan
peradilan tipikor.

Peradilan Umum
Peradilan umum adalah peradilan yang ditujukan bagi warga negara secara
umum. Peradilan umum menangani perkara perdata ataupun pidana dalam
menjamin kehidupan bermasyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Peradilan umu terbagi menjadi dua pengadilan, yaitu pengadilan negeri dan
pengadilan tinggi. Pengadilan negeri berkedudukan di Kota atau Kabupaten,
sedangkan pengadilan tinggi berkedudukan di Ibu Kota Provinsi.

Peradilan Agama
Peradilan agama adalah peradilan yang ditujukan bagi mereka yang beragama
Islam. Menurut Ichtijanto dalam Pengadilan Agama di Indonesia (1982),
peradilan agama berwenang mengurus perkara nikah, talak, rujuk, cerai, talak,
wakaf, waris, hibah, sadaqah, dan baitulmal.
Peradilan militer Menurut Nikmah Rosidah dalam buku Hukum Peradilan
Militer (2019), pengadilian militer berwenang mengadili tindak pidana yang
dilakukan oleh Prajurit ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) atau
yang dipersamakan.
Pengadilan militer dibagi berdasarkan pangkat militer menjadi:
1. Pengadilan militer
2. Pengadilan militer tinggi
3. Pengadilan militer utama
4. Pengadilan militer pertempuran

Peradilan tata usaha negara


Peradilan tata usaha negara adalah peradilan yang mencakup administrasi
warga negara. Pengadilan tata usaha dibagi menjadi dua, yaitu pengadilan tata
usaha negara dan pengadilan tata usaha tinggi. Pengadilan tata usaha negara
berkedudukan di kota atau kabupaten, sedangkan pengadilan tata usaha tinggi
berkedudukan di provinsi.

Pengadilan tipikor

Peradilan tipikor atau tindak pidana korupsi. Undang – Undang Nomor 46


Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana KorupsiPasal 5, berbunyi:
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu-satunya pengadilan yang
berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi.
Contoh tindak pidana korupsi adalah perbuatan yang merugikan negara, suap,
gratifikasi, penggelapan, pemerasan, perbuatan curang, dan juga benturan
kepentingan dalam pengadan kepentingan dalam pengadaan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan hukum dan
peradilan di Indonesia sudah berjalan dengan semestinya, terprogram dan terstruktur.
upaya untuk mencapai ketertiban dan keadilan dalam penegakan hukum telah ada
perubahan dan perbaikan dari sistem peradilan itu sendiri, serta upaya meningkatkan
sumber daya manasia dan pemberdayaan lembaga peradilan dan lembaga penegak
hukum lainnya (Kepolisian dan Kejaksaan) serta adanya partisipasi masyarakat demi
mewujudkan hukum yang berkeadilan dan mengayomi masyarakat.

B. Saran
1.    Sebaiknya kita sebagai penerus bangsa Indonesia yang baik harus
selalu patuh terhadap hukum yang berlaku
2.    Sebagai pelajar kita harus memahami hukum dan peradilan yang
berjalan di Indonesia
3.    Mengembangkan Sifat Kooperatif dengan mematuhi segala
peraturan hukum di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
https://www.unja.ac.id/tanggapan-terhadap-sistem-hukum-di-indonesia/

file:///C:/Users/A%20S%20U%20S/Downloads/Documents/74-401-1-PB.pdf

https://sumberbelajar.seamolec.org/Media/Dokumen/59c1c0bf865eacd503e3cd29/
c1eb452405ea86583662dc482014e027.pdf

https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/305

https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/06/173231369/5-jenis-peradilan-di-
indonesia?page=all#:~:text=Dalam%20sistem%20peradilan%20di%20Indonesia%2C
%20ada%20lima%20jenis%20peradilan%20yaitu,usaha%20negara%2C%20dan
%20peradilan%20tipikor.

Anda mungkin juga menyukai