Dosen Pengampu
Prihati Yuniarlin S.H, M.Hum.
DISUSUN OLEH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyusun ataupun menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar serta tanpa suatu halangan
apapun.
Makalah ini disusun dengan mengusung tema “ Hukum di Indonesia” yang mana pada kesempatan
ini saya akan menjelaskan lebih rinci dan khusus lagi mengenai sistem hukum di Indonesia. Semoga
makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat dan memberikan pemahaman bagi kita semua terhadap
hukum yang berjalan di Indonesia.
Terlepas dari semua itu, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata
kuliah pengantar ilmu hukum ibu Prihati Yuniarlin S.H, M.Hum yang telah mengajar dan memberikan
ilmunya juga memberikan kesempatan saya untuk menyusun makalah ini. Selain itu saya pribadi telah
bersedia menerima saran dan kritik atas makalah yang saya susun, karena saya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB II
PEMBAHASAN
dibenarkan hukum. Sehingga di dalam ilmu hukum yang dikenal sebagai subjek hukum
adalah manusia dan badan hukum.
D. Hukum Adat
Istilah adat berasal dari bahasa arab yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bermakna
“kebiasaan”, adat atau kebiasaan adalah tingkah laku seseorang yang terus menerus
dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama.
Adat istiadat terkadang dipertahankan karena kesadaran masyarakatnya, tetapi tidak jarang
pula adat istiadat dipertahankan dengan sanksi atau akibat hukum sehingga menjadi hukum
adat.
Ciri-ciri hukum adat diantaranya tidak tertulis secara sistematis, tidak dihimpun dalam
bentuk kitab perundangan, tidak teratur, keputusannya tidak memakai konsideran
(pertimbangan), serta pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai
penjelasan. Hukum adat merupakan suatu istilah dimasa silam terkait pemberian ilmu
pengetahuan hukum kepada kelompok hingga beberapa pedoman serta kenyataan yang
mengatur dan menerbitkan kehidupan masyarakat Indonesia. Para ilmuwan melihat bahwa
masyarakat Indonesia hidup di berbagai daerah pelosok yang juga menggunakan peraturan-
peraturan maupun adat istiadat masing-masing. Istilah hukum adat itu sendiri tidak dikenal
di desa-desa, namun mereka hanya berbicara mengenai adat istiadat yang harus dipatuhhi,
yang kadang-kadang mempunyai sanksi-sanksi terhadap pelanggarnya.
Perubahan hukum di Indonesia pada kenyataannya berlangsung, baik yang dilakukan oleh
penyelenggara negara yang berwenang (lembaga legislatif dan eksekutif) melalui penciptaan
berbagai peraturan perundangan yang menjangkau semua fase kehidupan baik yang berorientasi
pada kehidupan perorangan, kehidupan sosial maupun kehidupan bernegara (politik) atau yang
diusulkan oleh berbagai lembaga yang memiliki komitmen tentang pemabruan dan pembinaan
hukum, sehingga mampu mengisi kekosongan atau kevakuman hukum dalam berbagai segi
kehidupan.
Perkembangan sistem Hukum Indonesia makin tampak ketika adanya sumbangan dari
pemikiran para filsuf pemikir hukum. Perkembangan itu salah satunya adalah dari madzhab
positivis. Dalam arti ini, positivisme sama tuanya dengan filsafat. Tetapi sebagai gerakan yang
tetap dalam filsafat umum, sosiologi dan ilmu hukum pada hakikatnya adalah gejala modern. Yang
di satu pihak menyertai pentingnya ilmu pengetahuan, dan sisi yang lain menjelaskan tentang
filsafat politik dan teori tentang ilmu hukum (Friedmann. 1960:143). Lahirnya pemikiran mazhab
positivis mempunyai landasan tersendiri sehingga pandangan ini memiliki ciri khas tersendiri,
namun sayangnya pejabat negara yang diberi tugas untuk membentuk dan melaksanakan hukum
kurang memper-hatikan landasan pemikiran mazhab hukum positivis, akibatnya keadilan hukum
selalu menjadi perdebatan dalam masyarakat dan tidak jarang selalu melahirkan konflik baik
vertikal maupun horizontal. Hukum tidak dikonsepkan sebagai asas-asas moral yang abstrak
tentang hakikat keadilan, melainkan sesuatu yang telah dipositifkan sebagai undang-undang guna
menjamin kepastian hukum.
Pembentukan hukum yang dimaksud disini adalah lahirnya aturan tertulis yang memiliki
keabsahan untuk diberlakukan. Lahirnya hukum yang sah karena adanya keputusan dari suatu
badan/lembaga yang diberi berwenang oleh konstitusi untuk menciptakan hukum. Jika
mengartikan hukum sebagai sistem aturan hukum positif, maka lembaga yang membentuk hukum
(legislative functie) dalam sistem Pemerintahan Indonesia dijalankan oleh Lembaga Legislatif
(Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Daerah),
Lembaga Eksekutif (Presiden/Wakil Presiden dibantu para Menteri), dan Lembaga Yudikatif
(kehakiman). Pembentukan Undang-Undang Oleh Lembaga DPR/DPD dengan persetujuan
Presiden. Bentuk hukum yang diciptakan oleh lembaga ini adalah undang-undang. Ciri khas
undang-undang yang dibentuk oleh Lembaga DPR/DPD dengan persetujuan Presiden adalah
materi atau isinya yang bersifat ”umum”. Hal ini sesuai dengan pemikiran Hans Kelsen bahwa
6
Undang-undang sebagai norma hukum yang bersifat umum. Isi undang-undang selalu bersifat
umum, sehingga sebagian besar pasal-pasal yang terdapat di dalamnya masih membutuhkan aturan
pelaksana berupa Peraturan Pemerintah. Di Indonesia, penerapan prinsip ini melahirkan masalah
karena hukum selalu menjadi kendala dalam pembangunan bahkan hukum itu bersifat statis dan
tidak dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan yang berubah. Oleh karena prinsip yang
mengacu pada aturan hukum tertulis sehingga banyak kasus dalam sengketa lingkungan, para
pelaku kejahatan selalu dinyatakan bebas dari tuntutan hukum karena tidak memenuhi unsur-unsur
dalam aturan hukum lingkungan. Wajar jika dikatakan bahwa wajah penegakan hukum di
Indonesia dinyatakan dengan ungkapan “Hukum hanya berlaku terhadap mereka yang lemah”.
Kenyataan ini sangat bertentangan dengan prinsip “Setiap orang bersamaan kedudukannya di
depan hukum”.
tersebut, dalam konteks yurisprudensi sebagai sumber hukum bagi hakim dalam mengadili
perkara, beberapa langkah kongkrit dalam mengefektifkan peran yurisprudensi, dapat dilakukan
antara lain melalui pertama penegasan kualifikasi yurisprudensi.
Menurut surojo wignjodipuro menjelaskan putusan hakim mengenai suatu perkara tertentu
dapat dijadikan dasar keputusan hakim lain. Sehingga putusan hakim terhadap persoalan hukum
tertentu tersebut dapat dinamakan sebagai yurisprudensi. Peran dan kedudukan yurisprudensi
dalam sistem hukum di Indonesia sangat penting dilihat dari yurisprudensi sebagai pengisi
kekosongan hukum serta memperjelas atau mempertegas suatu hukum yang kabur atau kurang
jelas, serta mewujudkan kepastian hukum bagi pencari keadilan. Pasal 5 ayat (1) UU No.48/2009
tentang kekuasaan kehakiman mejelaskan. bahwa "hakim dan hakim konstitusi wajib menggali,
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat".
Dalam pembuatan keputusan hakim melihat fakta dan peristiwa yang telah dibuktikan
sehingga hakim dapat menentukan hukumnya. Namun yurisprudensi dianggap menjadi salah satu
sumber hukum putusan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Yurisprudensi merupakan salah
satu sumber hukum yang tidak tertulis Hal ini berdasarkan hal ini berdasar dari kebiasaan
masyarakat yang berulang dan diikuti dan berlanjut sehingga membentuk norma dan membentuk
hukum yang sifatnya turun menurun kebiasaan yang ada dapat menjadi kebiasaan tertulis dengan
syarat materiil yaitu perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan kebiasaan
serta syarat intelektual yakni keyakinan yang ada dalam masyarakat yang menimbulkan hukum.
Kedudukan yurisprudensi dalam sistem hukum yang ada di Indonesia yaitu sebagai acuan dan
patokan Hakim dalam pengambilan keputusan putusan. Yurisprudensi juga berperan sebagai salah
satu sumber hukum formal yang ada di Indonesia.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat. Sistem
hukum anglo saxon ialah suatu sitem hukum yang didasarkan pada yurispudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum eropa kontinental merupakan suatu sistem hukum dengan ciri-
ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis
yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hukum Islam adalah
hukum yang berasal dari agama Islam, yaitu hukum yang diturunkan oleh Allah untuk
kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan akhirat. Hukum Adat adalah aturan yang
tidak tertulis dan merupakan pedoman untuk sebagian besar orang-orang Indonesia dan
dipertahankan dalam pergaulan hidup sehari hari baik di kota maupun di desa.
2. Sistem Hukum Indonesia menggunakan sistem Eropa Kontinental. Seiring berkembangnya
tradisi dan kebiasaan masyarakat Indonesia, menyebabkan Indonesia menjalankan sistem
perpaduan hukum antara Sistem Hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon. Selain itu
Indonesia juga menjalankan sistem hukum yang sesuai dengan pemikiran para filsuf
dengan aliran/ mazhab Positivisme. Hukum yang ada di Indonesia tidak terlepas dari
konteks sejarah. Hukum yang ada di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda.
Indonesia menggunakan sistem Hukum Belanda karena pada saat itu Indonesia merupakan
negara jajahan kolonial Belanda dan karena pada saat yang bersamaan Indonesia belum
memiliki hukum yang berasal dari tradisinya sendiri.
3. Peraturan perundang-undangan tidak pernah mengatur secara lengkap dan detail, oleh
karenanya yurisprudensi lah yang akan melengkapinya. Yurisprudensi dapat dijadikan
sebagai acuan atau sumber daya saat membentuk undang-undang; mengambil putusan
terhadap masalah yang sama dalam hal peraturannya belum ada; mengembangkan
ilmu hukum melalui peradilan. Dengan demikian terlihat bahwa peranan
yurisprudensi sangat besar dalam pembangunan nasional.
9
DAFTAR PUSTAKA
Mertokusumo, Sudikno. 2019. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta:
CV.Maha Karya Pustaka
Nurhadianto, Fajar. 2015. Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia. Jurnal
TAPIs, Vol.XI No 1.
Nursadi, Harsanto. 2008. Sistem Hukum Indonesia. Jakarta :
Universitas Terbuka
Rohidin. 2016. Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta :
Lintang Rasi Aksara Books
Yulia. 2016. Hukum Adat. Sulawesi : UNIMAL PRESS
Maysarah, Andi. 2017. Perubahan dan Perkembangan Sistem Hukum Indonesia. Jurnal Warta Edisi:
Universitas Dharmawangsa
Simanjuntak, Enrico. 2018. Peran Yurisprudensi dalam Sistem Hukum di Indonesia. Jakarta :
Universitas Indonesia
http://eriton.staff.unja.ac.id/2021/04/07/sistem-civil-law/
https://www.kompasiana.com/miladwi3497/60a5a0eed541df65c43f3b52/peran-dan-kedudukan-
yurisprudensi-dalam-sistem-hukum-di-indonesia