Dalam catatan akhir tahun akan diulas kembali dan dievaluasi dalam serangkaian
diskusi yang melibatkan beberapa DPP dan DPC KAI yang ada di Indonesia. Diskusi
ini juga akan diikuti oleh masyarakat sehingga refleksi di akhir tahun ini juga akan
melibatkan perspektif masyarakat bagaimana masyarakat selaku subjek yang
terlibat atau berdampak langsung atas peristiwa-peristiwa hukum yang telah terjadi
selama satu tahun terakhir.
Harapannya CATAHU ini akan berdampak pada perbaikan di masa yang akan
datang, khususnya bagi stakeholder maupun bagi masyarakat guna terciptanya
keseimbangan hukum, baik dari sisi substansi, sistem, maupun budaya hukum.
Beberapa gambaran yang telah dirangkum dalam CATAHU ini dan akan menjadi
bahan diskusi diantaranya yaitu mengenai hukum dan teknologi. Mengenai hukum
dan teknologi sangat penting untuk menjadi perhatian kita mengingat banyaknya
angka cybercrime di Indonesia.
Menurut data dari institusi Polri, setidaknya ada 937 kasus yang dilaporkan dari
April-Juli 2021. Dari 937 kasus, ada tiga kasus dengan angka tertinggi yaitu kasus
provocative, hate content. dan hate speech, yaitu dengan jumlah sekitar 473 kasus.
Kemudian disusul oleh penipuan online dengan 259 kasus dan konten porno dengan
82 kasus.
Kasus cybercrime terus menjadi isu yang wajib diulas mengingat di zaman serba
digital ini, semua lini sangat dimungkinkan untuk beralih ke bentuk digital.
Kebijakan-kebijakan dari pemerintah hingga saat ini masih belum bisa
mengakomodir keamanan aktivitas digital.
Bicara mengenai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan aktivitas digital, salah
satunya pemerintah telah mengeluarkan Permenkominfo No.10 Tahun 2021 tentang
PSE Lingkup Privat. Menarik untuk dibahas, Permenkominfo ini meskipun menurut
pemerintah memiliki tujuan yang baik namun di kalangan pemilik PSE Lingkup Privat
masih menuai pro-kontra, terutama dalam hal moderasi konten yang menuai
anggapan bahwa pemerintah membatasi kebebasan berpendapat.
Selain isu hukum dan teknologi serta kebebasan berekspresi, dalam CATAHU juga
akan diulas mengenai RUU PDP yang sampai saat ini tidak kunjung disahkan.
Padahal pada bulan Mei 2021 terdapat kasus sebanyak 279 juta data Warga Negara
Indonesia (WNI) bocor dan dikabarkan telah diperjual belikan di forum online.
Baru-baru ini juga netizen dikecohkan dengan fitur instagram yang mengarahkan
pengguna untuk meng upload data-data pribadi di instastory. Hal tersebut tanpa
disadari oleh netizen dapat menjadi santapan segar bagi para oknum tidak
bertanggung jawab untuk menyalahgunakan data tersebut.
RUU PDP sangat urgent untuk segera disahkan, namun DPR masih belum kunjung
mengetok palu padahal RUU ini sudah masuk ke prolegnas prioritas 2021. Hal inilah
yang perlu kita kaji bersama dan secara kompak mendorong pemerintah untuk
segera mengesahkan RUU PDP.
Selain RUU PDP, RUU PKS juga tidak kunjung disahkan. Padahal tidak berbeda
dengan RUU PDP, RUU PKS juga telah masuk dalam prolegnas prioritas 2021.
Namun hingga penghujung tahun masyarakat masih digantung dengan nasib RUU
ini. Kita semua sepakat bahwa kasus kekerasan seksual merupakan hal yang keji.
Namun sangat disayangkan payung hukum terhadap kasus ini masih belum juga
disahkan oleh pemerintah. Hingga pada akhirnya kasus kekerasan seksual selalu
meningkat.
Di penghujung tahun 2021 ramai berita di media sosial tentang kekerasan seksual
yang menimpa para kaum perempuan, seperti mahasiswi di Universitas Sriwijaya,
Universitas Riau, Universitas Indonesia, dan yang masih sangat hangat
diperbincangkan yaitu kasus Novia Widyasari yang menjadi korban pemerkosaan
dan pemaksaan aborsi oleh oknum polisi.
Meski demikian, kabar baik juga muncul di tahun ini dengan terbitnya Permendikbud
Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di
Perguruan Tinggi. Permendikbud ini memberikan titik terang bagi korban dan
merupakan salah satu bentuk upaya keseriusan kemendikbud dalam mengatasi dan
mencegah tindak kekerasan seksual di lingkungan kampus. Meskipun demikian,
Permendikbud ini juga menuai kritik dari beberapa kalangan, salah satunya rumor
yang mengatakan bahwa peraturan ini memiliki potensi untuk melegalkan seks
bebas.
Last but not least peristiwa sangat penting yang terjadi di tahun 2021 yaitu mengenai
babak baru Undang-Undang Cipta Kerja. Setelah sempat menuai penolakan dari
publik, namun pemerintah tetap mengesahkan undang-undang ini, akhirnya
beberapa kelompok sipil mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
Adanya putusan langka seperti itu, perlu diadakan kajian lebih lanjut, terutama dari
perspektif hukum tata negara bagaimana bentuk-bentuk dan konsekuensi dari
putusan MK terhadap Undang-Undang yang diuji materikan.
HeyLaw adalah perusahaan rintisan digital yang bertujuan untuk membantu dan
mengedukasi masyarakat tentang persoalan hukum. Didirikan oleh Awaludin
Marwan, SH, MH, MA, PhD lulusan Utrecht University Belanda pada November
2019, siap memberikan layanan edukasi hukum terbaik demi emansipasi hukum
berbasis teknologi. Catatan Akhir Tahun ini juga diselenggarakan bersama K.A.I.
Moderator
Sambutan
● Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H., M.M, Dekan Fakultas
Hukum UNS
● Dr. Awaludin Marwan, Founder HeyLaw
● Iman Prihandono., S.H., M.H., LL.M., Ph.D, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga
● Adv. H. Tjoetjoe Sandjaja Hernanto, SH. MH. CLA. CIL. CLI. CRA, Presiden
Kongres Advokat Indonesia
Narasumber
● Ketua DPD KAI Sumsel - Adv Muhammad Aminuddin
● Ketua DPD KAI Bali - Adv. A.A. KOMPIANG GEDE, SH.,MH.,CIL
● Ketua DPD KAI Jabar - Adv. Deny M. Ramdhany, SH, CMe, CPCLE, CLMA
● Ketua DPD KAI Banten - ADV. DR ZAKARIAS MANAMBE, SH. MH. CIL.
M.TH. M.MIS. M.PD.K.
● Ketua DPD KAI Sulsel - Adv. Isra Mahmud. SHi. CLA. CIL
● Ketua DPC KAI Klaten - Adv. Agung Pramono, S.H., CIL.
● Ketua DPC KAI Kudus - Yusuf Istanto.,SH.MH.,CIL.CRA
● Prof. Susi Dwi Harijanti, S.H., LL.M., Ph.D. Guru Besar Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran;
● Diyah Sasanti, SH, MH, MBA, Mkn,CIL, CLI, CLA,CRA (Wakil Presiden
Kongres Advokat Indonesia)
● Adv. Kumala Sari Mukhlisah, S.H (Aktris & Lawyer)
Moderator