Anda di halaman 1dari 5

TUGAS I

MATA KULIYAH SISTEM HUKUM DI INDONESIA

UNIVERSITAS TERBUKA

NAMA : A. RYZA NUR ARIFIN

NIM : 049122599
JAWABAN

1. Fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial adalah konsep yang menekankan peran
hukum dalam membentuk, memandu, dan mengubah perilaku dan norma-norma sosial
dalam masyarakat. Dalam konteks kasus Baiq Nuril (BN), pertimbangan putusan
Mahkamah Agung (MA) yang menyoroti pentingnya menjatuhkan hukuman untuk
memberikan pembelajaran bagi Terdakwa dan masyarakat Indonesia pada umumnya
mencerminkan konsep ini. Pendapat saya adalah bahwa dalam kasus BN, hukum
digunakan sebagai alat rekayasa sosial dengan tujuan menciptakan efek jera dan
mengubah perilaku dalam penggunaan media elektronik dan perlindungan data pribadi.

Berikut adalah beberapa aspek yang harus dipertimbangkan:

1. Pencegahan Pelecehan dan Pelanggaran Privasi, Melalui putusan ini, hukum


berfungsi sebagai alat untuk mencegah pelecehan dan pelanggaran privasi melalui
media elektronik. Ini memungkinkan individu untuk lebih berhati-hati dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi komunikasi, terutama ketika menyangkut
data pribadi dan percakapan pribadi. Dengan memberlakukan sanksi hukuman, hukum
berusaha untuk mengubah perilaku yang merugikan individu lain.

2. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat, Putusan MA juga mencerminkan upaya untuk


mendidik masyarakat Indonesia tentang pentingnya penggunaan yang etis dan
bertanggung jawab atas media elektronik. Hukum dapat digunakan sebagai sarana
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bagaimana menggunakan
teknologi komunikasi modern secara etis dan menjaga privasi orang lain.

3. Perlindungan Data Pribadi, Keputusan MA juga menekankan perlunya persetujuan


dari individu terkait sebelum mengungkapkan informasi pribadi mereka. Hal ini sejalan
dengan perkembangan hukum perlindungan data di banyak negara. Hukum sebagai alat
rekayasa sosial berperan dalam memastikan bahwa penggunaan data pribadi seseorang
dilakukan dengan izin dan kepatuhan pada etika.
4. Efek Jera, Penerapan hukuman dalam kasus ini adalah upaya untuk menciptakan
efek jera, yang berpotensi mengurangi perilaku yang merugikan dalam penggunaan
media elektronik. Efek jera adalah salah satu instrumen penting dalam rekayasa sosial
untuk mencegah pelanggaran hukum.

2. a). Sebab, menurut pandangan mereka eksistensi MHA juga dapat menjadi tantangan
berat dalam kaitannya dengan proses demokrasi lokal, dimana pemanfaatan tanah-
tanah untuk pembangunan dipastikan akan bersinggungan dengan hak-hak tanah adat,
yang tentunya dikuasai oleh tokoh-tokoh adat yang belum tentu berkesesuaian dengan
pembangunan otonomi daerah yang rasional.

Konstruksi pasal konstitusi yang ambigu, terkait pengakuan dan penghormatan tersebut
tidak luput dari konsensus atau jalan tengah yang hanya memberikan kepuasan politis
belaka. Nyatanya, Mahkamah Konstitusi sebagai pelindung konstitusi juga tidak
mampu membuat tafsiran yang menguntungkan MHA. Alasan lain, mengapa Pasal
18B ayat (2) tersebut tidak mudah diimplementasikan, karena persoalan rumusan
bahasa yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Hukum Dasar. Konstruksi Pasal 18B
ayat (2) telah menjadi penyebab utama tidak dapat diterapkannya perintah UUD.
Disatu pihak, konstruksi bahasa pasal bersyarat (clause conditional) yang dalam bahasa
hukum mengindikasikan sifat norma yang sangat sulit diterapkan. Hal ini bertentangan
dengan kaidah bahasa UUD yang harus dibuat jelas (obvious), obyektif (objective),
tidak mengandung multi tafsir (non-multi interpretation), dan harus dapat diterapkan
(applicable), serta tidak boleh membuat kelompok tertentu menjadi susah atau tidak
beruntung. Apakah asumsi dasar bahwa Pasal 18B ayat (2) terkait pengakuan MHA
menjadi penyebab awal tidak efektif mendapatkan dukungan teoritis dan juridis.
Pertama, tidak dapat dipungkiri bahwa Pasal 18B ayat (2) tidak dapat diterapkan dan
dibuktikan melalui kenyataan bahwa selama ini MK tidak pernah dapat mengabulkan
usulan MHA di MK, dikarenakan MHA belum merupakan legal standing yang
lejitimit. Keempat syarat yaitu, sepanjang masih hidup, sesuai perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. b). pendapat Padmo Wahyono bahwa Politik Hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah, bentuk dan isi hukum yang akan dibentuk. Oleh karena itu
berdasarkan pengertian tersebut, suatu politik hukum memiliki tugasnya meneruskan
perkembangan hukum dengan berusaha membuat suatuius constituendummenjadiius
constitutumatau sebagai pengantiiusconstitutumyang sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan masyarakat. Sedangkan politik hukum berbeda artinya dengn ilmu politik,
sebab ilmu politik memiliki pengertian menyelidiki sampai seberapa jauh batas
realisasi yang dapat melaksanakan cita-cita sosial dan kemungkinan apa yang dapat
dipakai untuk mancapai suatu pelaksanaan yang baik dari cita-cita social itu. Politik
hukum suatu negara biasanya dicantumkan dalam Undang- Undang Dasarnya tetapi
dapat pula diatur dalam peraturan-peraturan lainnya. Politik Hukum dilaksanakan
melalui dua segi, yaitu dengan bentuk hukum dan corak hukum tertentu. Bentuk hukum
itu dapat: 1.Tertulis yaitu aturan-aturan hukum yang ditulis dalam suatu Undang-
Undang dan berlaku sebagai hukum positif. Dalam bentuk tertulis ada dua macam
yaitu: a.Kodifikasi ialah disusunnya ketentuan-ketentuan hukum dalam sebuah kitab
secara sistematik dan teratur. b.Tidak dikodifikasikan ialah sebagai undang-undang
saja. 2.Tidak tertulis yaitu aturan-aturan hukum yang berlaku sebagai hukum yang
semula merupakan kebiasaan-kebiasaan dan hukum kebiasaan. Corak hukum dapat
ditempuh dengan: a.Unifikasi yaitu berlakunya satu sistem hukum bagi setiap orang
dalam kesatuan kelompok sosial atau suatu negara. b.Dualistis yaitu berlakunya dua
sistem hukum bagi dua kelompok social yang berbeda didalam kesatuan kelompok
sosial atau suatu negara. c.Pluralistis yaitu berlakunya bermacam-macam sistem
hukum bagi kelompok- kelompok sosial yang berbeda di dalam kesatuan kelompok
sosial atau suatu negara. Di atas telah dijelaskan arti, bentuk, dan corak politik hukum,
berikut ini dibahas Politik Hukum bangsa Indonesia. Keberadaan Hukum di Indonesia
sebagaimana telah dijelaskan diatas sangatlah dipengaruhi oleh keberadaan sejarah
hukum. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya undang-undang yang dibuat jaman
Hindia Belanda sampai sekarang masih berlaku. Selain itu, masuknya hukum Islam
juga mempengaruhi hukum di Indonesia, sebagian permasalahan-permasalahan
perdata masih menggunakan hukum Islam. Oleh karen itu, perlu diketahui terlebih
dahulu bagaimana politik Hukum Hindia Belanda sehingga dapat memahami
bagaimana Politik Hukum Indonesia. Keberadaan Politik hukum Hindia Belanda dapat
dilihat berdasarkan berlakunya 3 pokok peraturan Belanda (sebagaimana dijelaskan
diatas) yaitu masa berlakunya AB, RR dan IS.

Anda mungkin juga menyukai