Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

SISTEM HUKUM INDONESIA

Jawaban

A. Pendapat saya tentang pertimbangan putusan Mahkamah Agung (MA) dalam kasus Baiq
Nuril yang mengacu pada fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial adalah sebagai
berikut:

Pertimbangan MA dalam kasus ini mencerminkan peran hukum sebagai alat untuk
membentuk dan mengatur perilaku sosial masyarakat. Fungsi hukum sebagai alat rekayasa
sosial adalah upaya untuk menciptakan perubahan dalam perilaku masyarakat agar sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap penting oleh masyarakat dan
pemerintah.

Dalam kasus Baiq Nuril, MA melihat bahwa penjatuhan pidana terhadapnya adalah
langkah yang diperlukan untuk memberikan pelajaran kepada individu (Baiq Nuril) dan
masyarakat secara umum. Pertimbangan ini menunjukkan bahwa hukum di sini tidak hanya
berfungsi sebagai alat untuk menghukum individu yang melakukan pelanggaran, tetapi juga
sebagai alat untuk mendidik dan memberikan peringatan kepada masyarakat tentang
pentingnya berhati-hati dalam menggunakan media elektronik, khususnya dalam hal
menyebarkan informasi pribadi atau percakapan pribadi tanpa izin.

Fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial juga mencakup upaya untuk menciptakan
norma-norma sosial yang lebih baik dan lebih sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Dalam
kasus ini, MA menginginkan masyarakat Indonesia untuk lebih memahami dan
menghormati privasi orang lain, serta untuk mendukung penggunaan media elektronik yang
bertanggung jawab dan etis.

Namun, perlu dicatat bahwa pandangan tentang apakah penjatuhan hukuman dalam
kasus ini adalah tindakan yang efektif dalam mencapai tujuan rekayasa sosial dapat
menjadi subjektif. Beberapa mungkin berpendapat bahwa hukuman pidana tidak selalu
menjadi solusi terbaik dalam mengubah perilaku sosial, dan pendekatan pendidikan dan
kesadaran masyarakat mungkin lebih efektif. Selain itu, ada juga pertanyaan etis tentang
kebijakan hukum ITE yang mungkin memerlukan evaluasi lebih lanjut dalam konteks hak
asasi manusia dan kebebasan berekspresi.

Dalam kasus Baiq Nuril, pertimbangan MA mencerminkan bagaimana hukum dapat


digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial yang lebih luas, yaitu mengubah
perilaku dan norma-norma dalam masyarakat terkait dengan penggunaan media elektronik
dan privasi. Namun, pendekatan seperti ini perlu diperdebatkan dan dievaluasi secara kritis
untuk memastikan bahwa hukuman yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan,
hak asasi manusia, dan kebebasan berekspresi.

B. Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, terutama hak ulayat, di Indonesia,
meskipun ada ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang memberikan jaminan hak
konstitusional masyarakat hukum adat, dapat disebabkan oleh sejumlah faktor dan
kelemahan dalam pelaksanaan serta interpretasi pasal tersebut:
1. Ketidakjelasan dan Ketidakpastian Hukum: Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 mengakui
hak-hak masyarakat hukum adat, tetapi seringkali tanpa definisi yang jelas tentang apa
yang dimaksud dengan "masyarakat hukum adat" dan "hak tradisional." Kurangnya
panduan hukum yang spesifik mengenai hak-hak ini menciptakan ketidakpastian
hukum yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin merampas tanah dan
sumber daya alam yang ada di tanah adat.
2. Konflik dengan Hukum Lain: Konstitusi Indonesia memiliki banyak aturan dan
peraturan yang mengatur tentang kepemilikan tanah, pemanfaatan sumber daya alam,
dan investasi. Terkadang, pasal-pasal ini berkonflik dengan Pasal 18B ayat (2), dan
penyelesaian konflik semacam ini dapat mengorbankan hak-hak masyarakat hukum
adat.
3. Lemahnya Penegakan Hukum: Meskipun ada ketentuan konstitusional yang mengakui
hak-hak masyarakat hukum adat, penegakan hukum seringkali lemah. Kurangnya
sumber daya, pengetahuan, dan tekad dalam penegakan hukum dapat menyebabkan
ketidakadilan dalam perlindungan hak-hak masyarakat hukum adat.
4. Kekuatan Politik dan Ekonomi: Dalam beberapa kasus, tekanan politik dan ekonomi
yang kuat dari pihak-pihak tertentu, seperti perusahaan besar atau proyek-proyek
investasi, dapat memengaruhi proses pembuatan kebijakan dan penegakan hukum.
Hal ini dapat mengarah pada pengabaian terhadap hak-hak masyarakat hukum adat
demi kepentingan ekonomi dan politik.

Terkait dengan pengaruh politik hukum masa kolonial, sejarah hukum Indonesia
mencantumkan serangkaian peraturan dan undang-undang kolonial, seperti Algemene
Bepalingen (Peraturan Umum), Reglemen Regering (Peraturan Pemerintah), dan Indische
Staatregeling (Peraturan Negara Hindia Belanda). Beberapa dari peraturan ini mungkin
tidak selalu mencerminkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan hak-hak masyarakat adat.
Pengaruh dan warisan hukum kolonial ini dapat menciptakan hambatan terhadap
perlindungan hak-hak masyarakat hukum adat, terutama ketika interpretasi dan
pelaksanaan hukum masih dipengaruhi oleh pandangan kolonial yang lebih otoriter dan
kurang mendukung hak-hak lokal.

Untuk mengatasi pelanggaran hak-hak masyarakat hukum adat, diperlukan upaya


serius dalam merumuskan undang-undang yang lebih jelas, meningkatkan penegakan
hukum, dan mengubah budaya politik dan hukum yang mendukung hak-hak masyarakat
hukum adat. Hal ini juga dapat melibatkan revisi undang-undang dan peraturan yang lebih
memadai untuk melindungi hak-hak masyarakat hukum adat dan peningkatan kesadaran
publik mengenai pentingnya menghormati dan melindungi hak-hak mereka.

Anda mungkin juga menyukai