Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KE-1 TUTORIAL ONLINE

Sistem Hukum Indonesia


ISIP4131

Nama : Pandu Setiawan


NIM : 049513989
Prodi : Ilmu Hukum
Semester : 2 (dua)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
Kasus I

1. Mengacu pada pertimbangan putusan MA yang disebutkan di atas, Berikan pendapat


saudara dikaitkan dengan fungsi hukum law as a tool of social engineering !
Jawab :
Berdasarkan kasus I tersebut dapat di identifikasi fungsi hukum law as a tool of social
engineering fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial adalah konsep yang menekankan
peran hukum dalam membentuk, memandu, dan mengubah perilaku dan norma-norma sosial
dalam masyarakat.
Dalam konteks kasus Baiq Nuril (BN), pertimbangan putusan Mahkamah Agung (MA)
yang menyoroti pentingnya menjatuhkan hukuman untuk memberikan pembelajaran bagi
Terdakwa dan masyarakat Indonesia pada umumnya mencerminkan konsep ini. Pendapat
saya adalah bahwa dalam kasus BN, hukum digunakan sebagai alat rekayasa sosial dengan
tujuan menciptakan efek jera dan mengubah perilaku dalam penggunaan media elektronik
dan perlindungan data pribadi.
Berikut adalah beberapa aspek yang harus dipertimbangkan:
Pencegahan Pelecehan dan Pelanggaran Privasi
Melalui putusan ini, hukum berfungsi sebagai alat untuk mencegah pelecehan dan
pelanggaran privasi melalui media elektronik. Ini memungkinkan individu untuk lebih
berhati-hati dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi komunikasi, terutama
ketika menyangkut data pribadi dan percakapan pribadi. Dengan memberlakukan sanksi
hukuman, hukum berusaha untuk mengubah perilaku yang merugikan individu lain.
a. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Putusan MA juga mencerminkan upaya untuk mendidik masyarakat Indonesia tentang
pentingnya penggunaan yang etis dan bertanggung jawab atas media elektronik.
Hukum dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang bagaimana menggunakan teknologi komunikasi modern secara etis dan menjaga
privasi orang lain.
b. Perlindungan Data Pribadi
Keputusan MA juga menekankan perlunya persetujuan dari individu terkait sebelum
mengungkapkan informasi pribadi mereka. Hal ini sejalan dengan perkembangan hukum
perlindungan data di banyak negara.Hukum sebagai alat rekayasa sosial berperan dalam
memastikan bahwa penggunaan data pribadi seseorang dilakukan dengan izin dan
kepatuhan pada etika.
c. Efek Jera
Penerapan hukuman dalam kasus ini adalah upaya untuk menciptakan efek jera, yang
berpotensi mengurangi perilaku yang merugikan dalam penggunaan media elektronik.
Efek jera adalah salah satu instrumen penting dalam rekayasa sosial untuk mencegah
pelanggaran hukum. Namun, sementara putusan MA mencerminkan aspirasi untuk
menggunakan hukum sebagai alat rekayasa sosial, ada berbagai pandangan tentang
keadilan dan dampak dari hukuman yang diberikan. Dalam kasus seperti ini, penting
untuk menilai sejauh mana hukum dapat mencapai tujuannya sebagai alat rekayasa sosial
tanpa mengabaikan hak-hak individu, mempertimbangkan situasi dan faktor-faktor
khusus kasus tersebut, dan terus memantau dampaknya pada masyarakat secara
keseluruhan. Hal ini memungkinkan hukum untuk menjadi alat yang efektif dalam
membentuk perilaku dan norma sosial yang positif, sejalan dengan prinsip hukum
sebagai alat rekayasa sosial.

2. Kasus II
a. Mengapa masih terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum
adat oleh negara, terutama hak ulayat, meskipun telah ada ketentuan Pasal 18B ayat (2)
UUD 1945 yang memberikan jaminan hak konstitusional masyarakat hukum adat ?
Silakan dianalisis kelemahan dari ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945.
Jawab : Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, terutama hak ulayat,
meskipun telah ada ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang memberikan jaminan
hak konstitusional masyarakat hukum adat, dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor yang
berkaitan dengan sejarah politik hukum kolonial dan kelemahan dalam implementasi
aturan tersebut.

Beberapa faktor yang relevan untuk memahami mengapa pelanggaran masih terjadi
adalah sebagai berikut:
1) Sejarah Politik Hukum Kolonial
Pengaruh masa kolonial yang dicantumkan dalam dokumen seperti Algemene
Bepalingen, Reglemen Regering, dan Indische Staatregeling menciptakan kerangka
hukum yang mendahulukan hak-hak tanah yang diakui oleh pemerintah kolonial atas
tanah adat yang ditempati oleh masyarakat adat. Masyarakat adat kehilangan kendali
atas tanah mereka selama masa kolonial, dan sistem ini mewariskan ketidaksetaraan
dalam pemilikan tanah setelah kemerdekaan Indonesia. Praktik ini tetap berlanjut
dalam bentuk modern meskipun ada upaya untuk mengubahnya secara
konstitusional.
2) Ketidakjelasan peraturan
Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 mengakui eksistensi dan hak masyarakat hukum adat,
tetapi masih ada kekurangan dalam peraturan dan mekanisme yang memadai untuk
mengimplementasikan hak-hak ini secara efektif. Undang-undang yang mengatur
hak ulayat dan hak-hak masyarakat adat secara lebih rinci masih belum tersedia atau
belum mencukupi, sehingga penerapannya seringkali kurang jelas. Hal ini membuka
celah untuk interpretasi yang beragam, dan seringkali pemerintah atau pihak ketiga
dapat menafsirkan dan mengelola tanah adat sesuai kepentingan mereka.
3) Kekuasaan Ekonomi dan Politik
Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat seringkali dipicu oleh
kepentingan ekonomi dan politik yang kuat. Pihak -pihak yang memiliki kepentingan
dalam penguasaan tanah sering memiliki akses yang lebih besar ke sumber daya,
termasuk modal dan koneksi politik, yang memungkinkan mereka untuk
mendominasi dan memanfaatkan tanah adat. Kekuasaan ekonomi ini seringkali
berinteraksi dengan politik hukum dan memungkinkan pelanggaran hak-hak
masyarakat hukum adat terjadi.
b. Kaitkan tanggapan anda bahwa pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat
oleh negara tidak terlepas dari pengaruh politik hu Hal ini membuka celah untuk
interpretasi yang beragam, dan seringkali pemerintah atau pihak ketiga dapat
menafsirkan dan mengelola tanah adat sesuai kepentingan mereka. kum masa kolonial
yang dicantumkan dalam Algemene Bepalingen,
Reglemen Regering dan lndische Staatregeling.
Jawab :
Tanggapan saya adalah bahwa pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat
oleh negara tidak terlepas dari pengaruh politik hukum masa kolonial yang dicantumkan
dalam Algemene Bepalingen, Reglemen Regering, dan Indische Staatregeling.
Pada masa kolonial, pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan yang
menguntungkan kepentingan mereka sendiri dan sering kali mengabaikan hak-hak
masyarakat hukum adat. Algemene Bepalingen adalah undang-undang yang memberikan
otoritas kepada pemerintah kolonial untuk mengatur kehidupan masyarakat di wilayah
jajahan. Reglemen Regering adalah peraturan yang mengatur administrasi pemerintahan
kolonial, sedangkan Indische Staatregeling adalah konstitusi yang mengatur hubungan
antara pemerintah kolonial dan masyarakat di wilayah jajahan.
Ketiga dokumen tersebut mencerminkan pandangan politik hukum kolonial yang
merugikan masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat sering kali diabaikan dalam
proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berdampak pada hak-hak
mereka. Hal ini mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat,
seperti hak atas tanah, hak atas sumber daya alam, dan hak atas kebudayaan mereka.
Dalam konteks politik hukum masa kolonial, kepentingan politik dan ekonomi
pemerintah kolonial lebih diutamakan daripada hak-hak masyarakat hukum adat.
Pengaruh politik hukum masa kolonial ini masih terasa hingga saat ini, di mana negara
masih sering kali melanggar hak-hak masyarakat hukum adat dalam kebijakan dan
tindakan mereka.
Dengan demikian, pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh negara
tidak dapat dipisahkan dari pengaruh politik hukum masa kolonial yang terdapat dalam
Algemene Bepalingen, Reglemen Regering, dan Indische Staatregeling.

Anda mungkin juga menyukai