Pada kasus Baiq Nuril (BN), penerapan konsep law as a tool of social engineering ialah berupa
pertimbangan putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyoroti pentingnya menjatuhkan
hukuman untuk memberikan pembelajaran bagi Terdakwa dan masyarakat Indonesia. Hukum yang
digunakan sebagai alat rekayasa social bertujuan untuk memberikan efek jera dan mengubah
prilaku Masyarakat untuk lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media elektronik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kasus Baiq Nuril :
- Mahkamah agung berupaya memberikan perlindungan hukum untuk mencegah terjadinya
pelanggaran privasi melalui media eletktronik.
- Perlindungan data pribadi, penggunaan media elektronik yang salah dapat menyebabkan
berbagai macam kecurangan dan kejahatan, salah satunya ialah penyebaran data pribadi.
Hukum dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang bagaimana menggunakan teknologi komunikasi modern secara etis dan menjaga
privasi orang lain. Keputusan MA juga menekankan perlunya persetujuan dari individu
terkait sebelum mengungkapkan informasi pribadi mereka.
- Keseimbangan social, nilai hukum yang sama bagi setiap warga negara membuktikan jika
seseorang melakukan kesalahan, maka orang tersebut tetap dihukum.
Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa hukum harus selalu disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, hukum harus selalu diperbarui dan disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat.
(Referensi : https://krisnaptik.wordpress.com/polri-4/teori/hukum-sbg-rekayasa-sosial/)
Jawab :
Undang-undang dasar tahun 1945 pasal 18B ayat (2) berisikan tentang “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”
Pelanggaran terhadap hak-hak Masyarakat adat seringkali terjadi karena kurangnya kesadaran
dan pemahaman apparat negara dan penegak hukum sehingga terjadi pelanggaran terhadap
pasal 18B yat 2 UUD 1945. Masyarakat adat tidak mempunyai kekuatan yang cukup dan
keterbatasan akses kekuasaan politik dan ekonomi. Mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan kekuasaan yang merugikan Masyarakat adat karena hak-haknya dilanggar
oleh negara. Kepentingan pemerintah yang tidak sejalan dan dirasa merugikan Masyarakat adat
juga menjadi faktor utama dalam pelanggaran hak-hak Masyarakat adat, contohnya dalam
bidang Pembangunan.
Kelemahan yang dirasa pada undang-undang dasar 1945 pada pasal 18B ayat 2 adalah :
- Keterbatasan perlindungan terhadap hak-hak Masyarakat adat
- Keterbatasan dalam mengatasi konflik
- Kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan peraturan pasal 18B ayat 2
Jawab :
Pada masa kolonial, pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan yang menguntungkan
kepentingan mereka sendiri dan sering kali mengabaikan hak-hak masyarakat hukum adat.
Algemene Bepalingen adalah undang-undang yang memberikan otoritas kepada pemerintah
kolonial untuk mengatur kehidupan masyarakat di wilayah jajahan. Reglemen Regering adalah
peraturan yang mengatur administrasi pemerintahan kolonial, sedangkan Indische Staatregeling
adalah konstitusi yang mengatur hubungan antara pemerintah kolonial dan masyarakat di Hindia
Belanda.
Ketiga dokumen tersebut mencerminkan pandangan politik hukum kolonial yang merugikan
masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat sering kali dianggap sebagai "masyarakat
terbelakang" dan hak-hak mereka diabaikan atau dianggap tidak relevan. Hal ini mengakibatkan
pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, seperti hak atas tanah, hak atas sumber
daya alam, dan hak atas kebudayaan mereka.