Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

SISTEM HUKUM DI INDONESIA

SARAH ISLAMIATI
048791586

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
KASUS 1
Mengacu pada pertimbangan putusan MA yang disebutkan di atas, Berikan pendapat saudara
dikaitkan dengan fungsi hukum law as a tool of social engineering!
Putusan Mahkamah Agung (MA) dalam kasus Baiq Nuril menunjukkan bagaimana hukum bisa
berperan sebagai alat rekayasa sosial atau "law as a tool of social engineering." Fungsi hukum
sebagai alat rekayasa sosial mengacu pada kemampuan hukum untuk memengaruhi perilaku
masyarakat, mengubah norma-norma sosial, dan menciptakan efek jera sebagai akibat pelanggaran
hukum. Dalam konteks kasus ini, beberapa aspek dapat diidentifikasi:
1. Perlindungan Privasi dan Kesusilaan: Putusan MA menekankan pentingnya melindungi
privasi individu dan menjaga etika dan kesusilaan dalam penggunaan media elektronik. Ini
mencerminkan nilai-nilai sosial yang ingin dipegang oleh hukum dalam masyarakat
Indonesia, di mana menghormati privasi dan tidak menyebarluaskan informasi pribadi atau
intim tanpa izin menjadi hal yang sangat dihargai.
2. Efek Jera: Putusan MA memberikan pidana kepada Baiq Nuril sebagai contoh bagi
masyarakat agar lebih berhati-hati dalam penggunaan media elektronik. Dengan melakukan
ini, hukum berfungsi sebagai alat untuk menciptakan efek jera dan mencegah pelanggaran
serupa di masa depan. Masyarakat diajarkan konsekuensi dari tindakan yang merusak reputasi
dan privasi orang lain melalui media elektronik.
3. Memengaruhi Norma Sosial: Kasus Baiq Nuril telah memicu perdebatan di masyarakat
tentang batasan-batasan dalam penggunaan media elektronik, privasi, dan etika. Putusan MA
dapat mempengaruhi perkembangan norma sosial terkait penggunaan media sosial dan etika
dalam berkomunikasi secara elektronik. Dengan demikian, hukum juga berfungsi sebagai alat
untuk mengubah norma sosial dan memberikan panduan tentang perilaku yang diharapkan
dalam masyarakat.
Namun, perlu dicatat bahwa dalam konteks "law as a tool of social engineering," terdapat berbagai
sudut pandang dan dampak yang mungkin. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa putusan
MA dalam kasus ini terlalu keras dan dapat menghambat kebebasan berbicara dan hak privasi
individu. Oleh karena itu, sambil berusaha untuk mencapai tujuan rekayasa sosial, hukum juga
harus menjaga keseimbangan antara perlindungan hak individu dan kepentingan masyarakat.

KASUS 2
Mengapa masih terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh
negara, terutama hak ulayat, meskipun telah ada ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang
memberikan jaminan hak konstitusional masyarakat hukum adat ? Silakan dianalisis kelemahan
dari ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945.

Pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, terutama hak ulayat, meskipun telah ada
ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang memberikan jaminan hak konstitusional masyarakat
hukum adat, dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor yang mengakar dalam sejarah hukum dan
politik di Indonesia. Berikut adalah beberapa kelemahan dari ketentuan Pasal 18B ayat (2) UUD
1945 yang dapat menjelaskan fenomena ini:
1. Ketidakjelasan Implementasi: Salah satu kelemahan utama dari Pasal 18B ayat (2) adalah
ketidakjelasan dalam implementasinya. Meskipun undang-undang harus mengatur bagaimana
hak-hak masyarakat hukum adat diakui dan dihormati, belum ada undang-undang nasional
yang mengatur hal ini secara rinci. Tanpa pedoman yang jelas, hak-hak masyarakat hukum
adat dapat dengan mudah diabaikan atau disalahartikan oleh pihak berwenang.
2. Tumpang Tindih dengan Hukum Lain: Selain ketidakjelasan implementasi, seringkali terdapat
tumpang tindih antara hak-hak masyarakat hukum adat dengan hukum nasional yang
mengatur pemanfaatan sumber daya alam dan lahan. Ini dapat mengakibatkan konflik hukum
dan ketidakpastian hukum yang memengaruhi hak ulayat masyarakat adat.
3. Peran Pemerintah: Pemerintah seringkali memiliki kontrol besar atas lahan dan sumber daya
alam, dan kadang-kadang memiliki kepentingan ekonomi atau politik dalam pengelolaan
tanah dan sumber daya alam di wilayah yang dihuni oleh masyarakat hukum adat. Hal ini
dapat mengakibatkan pengabaian terhadap hak ulayat dan penindasan masyarakat adat dalam
upaya memperoleh akses atau kontrol atas sumber daya tersebut.
4. Histori Kolonial: Pelanggaran hak-hak masyarakat hukum adat tidak dapat dipahami tanpa
mengingat pengaruh politik hukum masa kolonial di Indonesia. Hukum kolonial, seperti
Algemene Bepalingen, Reglemen Regering, dan lndische Staatregeling, sering kali
menempatkan masyarakat hukum adat di bawah kendali dan regulasi kolonial, mengabaikan
atau merampas hak-hak tradisional mereka. Warisan hukum kolonial ini masih memengaruhi
cara pemerintah mengelola sumber daya alam dan tanah di wilayah-wilayah tersebut.

Kaitkan tanggapan anda bahwa pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat hukum adat oleh
negara tidak terlepas dari pengaruh politik hukum masa kolonial yang dicantumkan dalam
Algemene Bepalingen, Reglemen Regering dan lndische Staatregeling.
Jadi menurut saya , kelemahan utama dalam Pasal 18B ayat (2) adalah ketidakjelasan dan
kekurangan regulasi yang memadai untuk mengimplementasikan hak-hak masyarakat hukum
adat. Selain itu, faktor sejarah seperti politik hukum masa kolonial juga berdampak pada cara
negara memperlakukan masyarakat hukum adat dan hak ulayat mereka. Reformasi hukum yang
lebih mendalam dan upaya untuk menegakkan hak-hak masyarakat hukum adat mungkin
diperlukan untuk mengatasi pelanggaran hak-hak ini secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai