Anda di halaman 1dari 11

Kasus Pelanggaran Hak dan

Pengingkaran Kewajiban

KELOMPOK 2
ADINDA
BAHARUDIN ALI SOFIAN
INTAN LIANA
NAHDHIYATUL AISYAH
NURUL KANDRI
Faktor Penyebab Pelanggaran Hak dan
Pengingkaran Kewajiban

Faktor penyebab pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Uraian faktor internal dan eksternal sebagai
berikut.
a) Faktor Internal
1) Sikap Egois
Sikap egois dapat memicu terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara. Contohnya, pengendara mobil yang memacu kenderaan di atas batas
kecepatan yang sudah ditentukan sehingga pengguna jalan lain merasa terganggu.
2) Rendahnya Kesaradan terhadap Peraturan
Rendahnya kesadaran terhadap peraturan dapat memicu pelanggaran hak
sekaligus pengingkaran kewajiban. Contoh, pedagang yang berjualan di trotoar
3) Sikap Tidak Toleran
Sikap tidak toleran dapat menyebabkan munculnya perilaku saling tidak
menghargai dan tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain.
Contohnya, sikap tidak toleran kepada sesama umat beragama dapat memicu
terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban.
b. FaktorEksternal
1) Ketidaktegasan Aparat Penegak Hukum
Aparat penegak hukum yang tidak tegas memicu terjadinya pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban. Contohnya, ada pengendara sepeda motor yang tidak
mengenakan helm saat berkendara tetapi aparat penegak hukum tidak
menilangnya.
2) Adanya Kesempatan
Situasi dan kondisi dapat menjadi faktor eksternal terjadinya pelanggaran hak
dan pengingkaran kewajiban.
3) Minimnya Sosialisasi Peraturan dari Pemerintah
Pemerintah pun dapat terlibat dalam kasus pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban. Kondisi demikian dapat terjadi karena minimnya sosialisasi peraturan
dari pemerintah sehingga warga menjadi tidak tahu adanya peraturan.
4) Penyalahgunaan Kekuasaan
Penyalahgunaan kekuasaan dapat dilakukan oleh oknum pemerintahan selaku
pemegang otoritas kekuasaan. Contohnya, beberapa pejabat melakukan korupsi.
5) Terjadinya Krisis Moral dan Karakter Bangsa
Krisis moral dan karakter bangsa disebabkan masyarakat Indonesia belum
sepenuhnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia harus memahami bahwa
manusia saling membutuhkan sehingga setiap masyarakat Indonesia harus
dapat mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati. Dengan
demikian, kepentingan masyarakat dapat terakomodasi dengan baik dan
mampu mengurangi terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
terhadap orang lain.
6) Aparat Hukum yang Bertindak Sewenang-wenang
Kecenderungan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat negara
memang tidak dapat dimungkiri dapat terjadi apalagi jika memiliki kesempatan
melakukan penyalahgunaan kekuasaan, baik secara sengaja maupun kelalaian.
Oleh karena itu, diperlukan jaminan penegakan hukum dan pengembangan
prinsip saling menghormati dan menghargai sehingga tidak terjadi pelanggaran
hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
7) Kesalahan dalam Mengimplementasikan Norma-Norma dan
Perintah Hukum
Terdapat banyak ketentuan yang diatur dalam norma dan hukum yang
dalam pelaksanaannya memerlukan penafsiran dan menyesuaikan
kondisi nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Terjadinya kesalahan penafsiran dan penerapan norma bisa
saja terjadi. Penafsiran hukum yang dilakukan aparat pemerintahan
dapat saja keliru dan mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak warga
negara.
8) Penyalahgunaan Teknologi
Perkembangan teknologi memberikan dampak positif dan negatif.
Masyarakat dapat memanfaatkan teknologi untuk membantu pekerjaan
agar lebih efisien. Teknologi juga dapat memberikan dampak negatif
apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Contohnya, penyebaran berita
tidak benar atau hoax yang membuat orang lain menjadi gelisah.
Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara

Pelanggaran hak adalah suatu perbuatan seseorang, baik disengaja maupun tidak disengaja
mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuan pemilik hak. Beberapa contoh kasus
pelanggaran hak warga negara sebagai berikut.
a) Pendidikan Tidak Merata
Pemerintah mempunyai kewajiban menyelenggarakan pendidikan sebagaimana diatur
dalam pasal 31 UUD NRI Tahun 1945. Penyelenggaraan pendidikan yang dibangun
pemerintah tidak boleh bersifat diskriminasi, baik fasilitas pendidikan antarsekolah maupun
diskriminasi terhadap peserta didik. Akan tetapi, masih ada hak-hak pendidikan warga
negara yang belum terpenuhi. Fakta sosial ini membuktikan bahwa masih ada pelanggaran
hak pendidikan bagi warga negara dalam hal pemberian fasilitas pendidikan, seperti di
daerah-daerah terpencil atau pedalaman.
b) Munculnya Ketidakadilan Hukum
Indonesia merupakan negara hukum. Pernyataan tersebut dipertegas dalam pasal 1 ayat
(3) UUD NRI Tahun 1945. Hukum harus berfungsi layaknya pisau yang mampu mengiris
persoalan keadilan. Kenyataannya, hukum di Indonesia bagaikan pisau yang tajam ke bawah
tetapi tumpul ke atas sehingga melahirkan sebuah ketidakadilan.
Hukum hanya menjadi alat bagi kalangan tertentu. Padahal, pasal 27 ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945 telah menyatakan bahwa semua orang berkedudukan sama di depan hukum.
c) Menciptakan Kegaduhan di Perpustakaan
Orang yang menciptakan kegaduhan di perpustakaan mengganggu hak
orang lain untuk merasakan ketenangan dalam belajar, mendapatkan
hak pendidikan, dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagaimana yang diatur dalam pasal 28C ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945. Pasal tersebut memberikan hak kepada warga negara untuk
mengembangkan diri, mendapat pendidikan, dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta budaya.
d) Tidak Mendapatkan Kesempatan Memilih
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi. Setiap orang berhak
menggunakan hak pilih apabila telah memenuhi syarat sesuai letemtiam
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh,
sesorang yang telah memenuhi syarat tidak mendapatkan kesempatan
memilih karena tidak tercantum dalam daftar pemilih.
e) Banyaknya Anak di Bawah Umur yang Harus Mencari Penghasilan
Anak di bawah umur yang mencari penghasilan merupakan salah satu
warga negara yang tidak mendapatkan haknya secara utuh. Kondisi yang
mereka alami salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi yang memaksa
mereka putus sekolah. Fakta ini tidak sesuai dengan pasal 31 UUD NRI
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”.
f) Tingginya Angka Pengangguran
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pengangguran per Agustus 2018
sebesar 5,34% atau setara 7.001 juta orang. Padahal pasal 27 ayat (2)
mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Tingginya angka pengangguran
mengindikasikan belum terpenuhinya hak untuk mendapatkan pekerjaan.
Masih minimnya lapangan pekerjaan menjadi salah satu faktor belum
terpenuhinya hak tersebut.
g) Pelanggaran Hak Cipta
Pembajakan hasil ciptaan orang lain merupakan salah satu
pelanggaran hak. Dalam pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah dijelaskan bahwa setiap orang
tanpa izin pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan secara
komersial. Melakukan pembajakan berarti telah melanggar hak
seseorang.
h) Membuang Sampah Sembarangan
Setiap orang harus memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan
karena telah diwajibkan oleh negara. Membuang sampah sembarangan
merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak orang lain, yaitu pasal
28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Menurut pasal tersebut, setiap
orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga
Negara

Pengingkaran kewajiban adalah penyalah aturan yang harus dikerjakan, tetapi


menggunakan jasa orang lain untuk mengerjakannya atau tidak ikut serta dalam
pelaksanaan suatu kewajiban.
a) Melanggar Aturan Berlalu Lintas
Rambu lalu lintas berfungsi untuk mengatur lalu lintas supaya tidak terjadi
macet atau kecalakaan. Orang yang melanggar tersebut berarti dapat
dikategorikan telah melanggar kewajiban sebagai warga negara untuk taat pada
hukum. Padahal dalam pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 ditegaskan
bahwa warga negara wajib menjunjung hukum tidak ada kecualinya.
b) Menghindari Tugas Menjaga Keamanan Lingkungan
Menjaga keamanan lingkungan merupakan kewajiban setiap anggota
masyarakat. Cara tersebut dapat meminalisasi tingkat kriminalitas di
lingkungan masyarakat. Akan tetapi, banyak daerah yang belum mengaktifkan
kegiatan tersebut. Padahal, menjaga keamanan lingkungan merupakan bentuk
kewajiban masyarakat.
c) Untuk Rasa Berakhir Ricuh
Setiap warga negara berhak melakukan unjuk rasa. Untuk
melakukan unjuk rasa harus tetap menjaga keamanan lingkungan
tempat unjuk rasa berlangsung. Perbuatan tersebut sesungguhnya telah
mengingkari salah satu kewajiban warga negara yang terdapat dalam
pasal 30 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 tentang menjaga kemanan
negara.
d) Tidak Membayar Pajak
Membayar pajak merupakan wujud ketaatan terhadap hukum yang
berlaku, seperti melanggar undang-undang tentang perpajakan.
Padahal menurut pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya, termasuk membayar pajak tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai