Dosen Pengampu :
DR. Ir. Minto Waluyo, MM.
DISUSUN OLEH:
FAIZA EKA RAMADHANIA (20011010103)
SITI ALFI NIKMATIN KHOIRIYAH (20011010128)
WILLY ARYA WICAKSANA (20025010048)
ERLINDA ESTRELLA (20025010065)
PHILIPUS WAHYU BASKORO EBEN (20025010070)
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Tipe
Kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (GusDur)”.
Terima kasih kami ucapkan kepada DR. Ir. Minto Waluyo, MM telah
membantu kami baik secara moral maupun materi.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca.
Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
III. SIMPULAN
....................................................................................................10
3.1 Kesimpulan
..................................................................................................10
3.2 Saran
............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
11
ii
I. PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tipe Kepemimpinan?
2. Apa saja macam-macam Tipe Kepemimpinan?
3. Apa Tipe Kepemimpinan yang dimiliki oleh Presiden Keempat RI K.H
Abdurrahman Wahid (Gus Dur)?
4. Apa saja sikap yang perlu diteladari dari Tipe Kepemimpinan K.H
Abdurrahman Wahid (Gus Dur)?
2
II. PEMBAHASAN
3
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan
yang efisien kepada para pengikutnya. Seorang pemimpin yang
berdemokratis dihormati dan disegani bukan ditakuti karena perilaku
pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional mendorong
pada bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan
kreativitasnya.
b. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe Kepemimpinan Otoriter ini menganggap bahwa
kepemimpinan adalah hak pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidak
perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada orang lain
yang turut campur. Seorang pemimpin yang tergolong otokratik
memiliki serangkaian karateristik yang biasanya dipandang sebagai
karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang
yang egois. Seorang pemimpin otokratik akan menunjukan sikap yang
menonjolakan keakuannya, dan selalu mengabaikan peranan bawahan
dalam proses pengambilan keputusan, tidak mau menerima saran dan
pandangan bawahannya.
c. Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Tipe Kepemimpinan Kharismatik ini memiliki kekuatan energi
daya tarik yang bisa untuk mempengaruhi orang lain. Sehingga ia
mempunyai pengikut yang besar jumlahnya (Kartono, 2010). Seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang di kagumi
oleh orang banyak pengikut tersebut tidak selalu menjelaskan secara
kongkrit mengapa tipe pemimpin yang kharismatik sangat dikagumi.
d. Tipe Kepemimpinan Transformasional
Menurut Keller (1992) mengemukakan bahwa Kepemimpinan
Transformational adalah sebuah tipe kepemimpinan yang
mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki
maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri. Seorang
4
pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat
mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang
tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan
kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan membuat bawahan
melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan
pribadinya.
e. Tipe Kepemimpinan Militeris
Tipe Kepemimpinan Militeris biasanya banyak mengunakan
sistem perintah, sistem komando dari atasan ke bawahan yang sifatnya
keras, sangat otoriter dan menghendaki bawahan agar selalu patuh.
Tipe ini sifatnya kemiliteran, hanya gaya warnanya yang mencontoh
gaya kemiliteran tetapi dilihat lebih seksama tipe ini mirip dengan tipe
otoriter (Kartono, 2010).
f. Tipe Kepemimpinan Paternalistik
Ditinjau dari segi nilai organisasi yang dianut biasanya seorang
pemimpin yang peternalistik mengutamakan nilai kebersamaan, dalam
organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang peternalistik
kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol. Artinya
seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan
semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata
mungkin.
5
mengarah pada pola komunikasi kharismatik yang dimiliki oleh seorang kyai
atau ulama, sebanyak apapun pengalaman oraganisasi serta latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh Gus Dur, tetap saja bahwa Gus Dur merupakan
sosok terpenting dalam perkembangan suatu organisasi keagamaan (Nahdlatul
Ulama) terbesar di Indonesia.
Tipe kharismatik itu sendiri adalah tipe kepemimpinan yang merujuk
pada kepribadian seseorang yang memiliki daya tarik dalam berpenampilan
dan berkomunikasi. Seseorang yang berkharisma memiliki daya pikat yang
luar biasa, bahkan kadang dianggap memiliki kemampuan supranatural.
Pemimpin semacam ini sangat percaya diri, tegas, menonjol dalam banyak
hal, otentik, fokus, serta ahli berpidato yang membuat audiensinya seakan-
akan tersihir perkataannya. Setidaknya ada tiga ciri pada pemimpin yang
kharismatis, pertama, memiliki kepekaan emosi yang tinggi, kedua, mampu
mempengaruhi yang lain secara luar biasa, dan ketiga, tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan tipe transformasional adalah tipe
pemimpin yang mencoba mengubah dan memotivasi para pengikut dengan
membuat mereka menyadari pentingnya hasil tugas, membujuk mereka untuk
mendahulukan kepentingan tim dan organisasi, mengaktifkan kebutuhan
mereka yang lebih tinggi. Pola transformasional biasanya dipakai oleh
pemimpin-pemimpin yang mempunyai kharisma yang tinggi serta mempunyai
pengaruh yang optimal terhadap pengikutnya, sehingga motivasi yang
diberikan untuk menyelesaikan tugas akan menjadi efektif. Gus Dur sebagai
seorang pemimpin yang mempunyai pengaruh dan kharisma yang besar
tentunya tidak ingin menyia-nyiakan momentum tersebut, sehingga banyak
sekali perubahanperubahan yang dinilai Gus Dur cukup baik untuk
perkembangan bangsa dijadikan suatu kebijakan yang harus dilaksanakan oleh
struktur yang ada di bawahnya.
Gus Dur lebih cenderung kepada gaya kepemimpinan yang
transformasional, yaitu dengan memberikan motivasi kepada para bawahanya
6
dengan menggunakan kharismatik yang dimilikinya, namun Gus Dur juga
tidak menyadari bahwa tidak bisa hanya dengan mengandalkan sebuah
kharisma yang dimiliki sehingga mampu memotivasi para bawahanya.
7
Soeharto. Hidup serba sederhana, dan apa adanya. Ia hidup sak madyo
(seadanya). Pernah ada riwayat yang ditulis ajudannya. Saat keluarganya
sendiri hanya punya sekarung beras. Itu pun untuk persediaan keluarganya
sendiri. Tiba-tiba datanglah pengemis ke rumahnya. Gus Dur memberikan
semua karung beras itu pada pengemis tadi. Saat pengemis itu pulang,
anaknya menunjukkan sikap kurang setuju pada Ayahnya. Lalu Gus Dur
bilang kepada anaknya. ” Allah tidak akan membiarkan hambanya
kelaparan.” Akhirnya, selang beberapa waktu, datang para Kiai membawa
sembako, snack, dan sebagainya. Inilah sikap asketis Gus Dur yang tidak
pernah merasa memiliki semuanya. Begitu pula saat ia dilengserkan, ia
merasa biasa saja ” Tidak ada jabatan di dunia ini yang patut
dipertahankan dengan mati-matian.”
d) Penyayang dan Pelindung Kaum Minoritas
Gus Dur adalah penyayang dan pelindung kaum minoritas.
Melindungi kaum minoritas adalah perjuangan Gus Dur yang tidak
mudah. Ia sadar tidak mudah memberikan penjelasan kepada orang yang
belum paham apa tujuan kita melindungi kaum minoritas. Gus Dur
sebelum dan setelah menjadi presiden menyuarakan Islam inklusif dan
toleran. Ia selalu berjuang bagi para kaum minoritas. Adanya Imlek benar-
benar dirasakan kaum Tionghoa maupun kita semua. Spirit itulah yang
kini diteruskan oleh kita selaku warga bangsa.
e) Pejuang
Gus Dur adalah pejuang yang gigih sampai akhir hayat. Ia adalah
sosok yang memperjuangkan kesembuhan sakitnya sampai titik darah
penghabisan. Lawatan ke luar negeri sewaktu ia menjadi presiden adalah
lawatan politiknya untuk bangsanya, sekaligus upaya untuk
menyembuhkan matanya sampai tiada lagi harapan. Ia juga berjuang
hingga akhir waktu menyampaikan kebenaran meski langkahnya kalah
secara politis.
8
f) Hormat dan Taat pada Guru
Gus Dur adalah orang yang hormat dan taat pada guru-gurunya.
Ketika ia dicalonkan menjadi presiden, ia benar-benar bimbang. Barulah
saat para Kiai dan para guru-gurunya mengiyakan baru ia mengiyakan
atau menyanggupi. Begitu taatnya ia dengan guru-gurunya selain orang
tuanya.
g) Kerja Keras dan Tak Kenal Lelah
Di saat-saat pertama menjadi presiden, ia menunjukkan lelah yang
tiada terkira. Ia porsir jadwal kegiatannya seperti tidak ada jeda. Bahkan ia
sering kurang tidur. Ia sering terlihat tidur bahkan ketika rapat. Pengakuan
ajudannya menyatakan ia sering begadang dan hanya satu sampai dua jam
tidur.
h) Teladan Berbuku
Julukan sebagai pelahap buku yang rakus bahkan sudah ia lakoni di
waktu SMP. Ia memahami Karl Marx justru di usia belia. Bacaan novel
maupun bacaan lain tidak pernah absen dari tangannya. Gus Muh di buku
Gus Dur garis miring PKB menuturkan Gus Dur sering cuek terhadap
yang di sebelah atau sampingnya saat ia membaca buku. Saat satu
matanya divonis buta, ia masih nekat untuk terus berbuku dan membaca.
9
III. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tipologi
kepemimpinan Politik KH. Abdurrahman Wahid adalah seorang pemimpin
kharismatik – transformasional, hal ini berdasarkan beberapa fakta dan data-data
politik yang dilakukan Gus Dur lebih mengarah pada pola perilaku kharismatik -
transformasional. Pola transformasional yang muncul sebenarnya berdasarkan
kebijakan Gus Dur yang cukup visioner, seperti pembubaran Departemen
Penerangan dan Departemen Sosial, membuka hubungan dagang dengan Israel,
Pemisahan TNI-POLRI, Seringnya melakukan reshuflle kabinet, mengeluarkan
Dekrit Presiden, seringnya melakukan kunjungan ke luar negeri, serta seringnya
konflik Internal PKB. Meskipun Gus Dur dalam mengambil kebijakan tersebut
cenderung mengandalkan sikap kharismatik yang dimilikinya, namun Gus Dur
tidak pernah melakukan tekanan serta ancaman dengan menggunakan kekerasan
atau kekuatan militer. Kepercayaan diri yang terlalu kuat itulah yang
mengarahkan pada kesimpulan bahwa pola komunikasi yang dibangun oleh Gus
Dur lebih cenderung ke arah pola komunikasi dalam kehidupan tradisonal
pesantren, yaitu pola kharismatik seorang santri terhadap kyainya.
3.2 Saran
Diharapkan akan hadir sosok pemimpin yang bijaksana dan mempunyai
visi besar untuk membawa kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia. Yang
kelak bisa menjadi teladan bagi generasi penerus untuk bisa memajukan bangsa
dan negara menjadi lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arif Syaifudin Yudistira. 2020. Sembilan Warisan Gus Dur Yang patut Di teladani.
Naim, Abu. 2014. Tipologi kepemimpinan Politik Gusdur. Jurnal Pendidikan,
Komunikasi, dan Pemikiran Hukum IslamPendidikan, Komunikasi, dan
Pemikiran Hukum Islam 6 (1): 1-20
Supriadi, Hasan. 2018. Gaya Kepemimpinan Presiden Indonesia. Jurnal Agregasi 6
(2): 139-148
Wijaya, Krisna Agung, dkk. 2019. Kepemimpinan di Era KH Abdurrahman Wahid
Mattayang, B. (2019). Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan
Teoritis. JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2(2),
45-52.
Fahmi, F., & Iskandar, W. (2020). Tipologi Kepemimpinan Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam Di Madrasah. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ,
10 (1), 1-10.
11