Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul Pemberlakuan Konstitusi Di Era Digital; Tantangan dan Implikasi
Bagi Hukum Tata Negara.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademis dalam rangka
memahami dan mendalami konsep-konsep hukum tata negara yang menjadi landasan
utama bagi sistem hukum suatu negara.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada Fitri Atum
Arum, S. H., M. H., M. Sc yang telah memberikan tugas ini sehingga mendapatkan
pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan topik yang diberikan.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa mendatang. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II ...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
A. Hukum Tata Negara........................................................................................ 4
B. Konstitusi ....................................................................................................... 5
C. Peran Konstitusi di Era Digital ....................................................................... 7
D. Konstitusi Digital Di Indonesia ...................................................................... 8
E. Tantangan Konstitusi di Era Digital .............................................................. 10
F. Upaya Perlindungan Dalam Era Digital .........................................................11
G. Hak Konstitusional Atas Privasi Di Era Digital ............................................. 12
BAB III................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
menjamin beberapa aspek kehidupan yang menjadi ciri khas masa kini;
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam keterlibatan politik dan
pengambilan keputusan di negara, sehingga masyarakat butuh platform
yang lebih baik untuk menyuarakan hak mereka. Keinginan untuk
memperkuat otoritas negara, baik dalam menghadapi masalah keamanan
dalam negeri atau urusan luar negeri; Keinginan untuk mengembangkan
sistem pemerintahan yang lebih transparan, akuntabel, dan responsif
terhadap kebutuhan rakyat; dan Perkembangan teknologi dan komunikasi
yang telah merubah cara hidup dan interaksi masyarakat, sehingga
diperlukan konstitusi yang dapat memenuhi tuntutan dalam bentuk
digital dan teknologi
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Namun demikian pada sisi lain juga dapat dipahami bahwa tiada satu
sistem ketatanegaraan yang digambarkan dalam konstitusi atau undang-
undang dasar sudah sempurna saat dilahirkan, karena ia adalah produk
zamannya. Dapat terjadi perubahan maupun perkembangan yang tidak
serasi dengan kebutuhan zaman dinamika Masyarakat. Oleh karena itu ada
kalanya suatu undang-undang dasar dirubah atau diganti dengan Undang-
Undang Dasar yang baru. Hal semacam ini terjadi kalua dianggap bahwa
4
Undang-Undang dasar tidak lagi mencerminkan konstelasi politik atau tidak
lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat (Tholib, 1998)
B. Konstitusi
5
Konstitusionalisme di Indonesia berawal dari berlakunya Undang-Undang
Dasar 1945 (Agus, 2023).
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam pe
nyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis
yang lazim disebut Undang-ndang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Tidak
semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar.
Kerajaan Inggris biasa disebut sebagai nega ra konstitusional, tetapi tidak
memiliki satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis, di
samping karena adanya negara yang dikenal sebagai negara konstitusional,
tetapi tidak memiliki konstitusi tertulis, nilai dan norma vang hidup dalam
praktik penye lenggaraan negara juga diakui sebagai hukum dasar, dan
tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti vang luas. Oleh karena
itu, Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan
norma hukum dasar tidak tertulis vang hidup sebagai konvensi
ketatanegaraan dalam praktik penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk
ke dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar (droit constitusionnel)
suatu negara (Asshiddiqie, 2010).
Konstitusi merupakan naskah legitimasi paham kedaulatan rakyat.
Naskah dimaksud merupakan kontrak sosial yang mengikat setiap warga
dalam membangun paham kedaulatan rakyat. Djokosoetono memintakan
perhatian atas beberapa makna konstekstual pemahaman konstitusi
sebagai berikut:
1. Konstitusi dalam makna materil (constitutie in materiele
zin), berpaut dengan gekwalificeerde naar de inhoud, yaitu
dititikberatkan pada isi konstitusi yang memuat dasar
(grondslagen) dari struktur (inrichting) dan fungsi
(administratie) negara.
2. Konstitusi dalam makna formal (constitutie in formele zin),
berpaut dengan gekwalificeerde naar de maker, yaitu
dititikberatkan pada cara dan prosedur tertentu dari
pembuatannya.
6
3. Konstitusi dalam makna UUD (grondwet) selaku
pembuktian (constitutie als bewijsbaar), agar menciptakan
stabilitas (voor stabiliteit) perlu dinaskahkan dalam wujud
UUD atau Grondwet.
Djokosoetono mengingatkan agar makna konstektual ketiga
pemahaman konstitusi tidak dibaurkan, misalnya kadangkala konstitusi
dalam makna formal tidak dibedakan dengan konstitusi dalam wujud
naskah UUD atau Grondwet (Marzuki, 2010)
Konstitusi di Indonesia berawal dari berlakunya UndangUndang
Dasar 1945 (UUD 1945). UUD 1945 merupakan landasan hukum yang
mengatur seluruh aspek kehidupan di Indonesia, mulai dari hak asasi
manusia, sistem pemerintahan, hingga hak-hak warga negara. UUD 1945
juga mengatur bahwa segala bentuk kekuasaan harus berada di bawah
kendali hukum dan konstitusi.
Konstitusi di Indonesia juga ditunjukkan melalui berbagai lembaga
pemerintahan yang beroperasi di bawah konstitusi. Lembaga ini meliputi
Mahkamah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Komisi Pemilihan Umum,
Kementerian, dan lain-lain. Konstitusi di Indonesia juga diwakili oleh
berbagai lembaga non-pemerintah, seperti lembaga advokasi dan organisasi
hak asasi manusia
Era digital pada saat ini disebut Era Dirupsi Digital. Dirupsi digital
merupakan perubahan secara besar-besaran yang menandai sebuah era
dari yang sifatnya offline ke Online (Sugianto & Handoko, 2019).
Perubahan konstitusi tidaklah hal yang baru. Sejak awal sejarah, konstitusi
telah mengalami perubahan demi menjawab tuntutan dan perkembangan
masyarakat. Perubahan konstitusi dapat dilakukan melalui berbagai
mekanisme, seperti revisi konstitusi, amendemen, atau pengadilan
7
konstitusi. Biasanya, perubahan konstitusi terjadi sebagai respons terhadap
pergeseran kebijakan, perubahan sosial, atau perkembangan norma dan
nilai-nilai masyarakat.
8
mencapai senilai US$ 130 miliar dan menciptakan 1000 teknopreneur
dengan nilai bisnis US$ 10 miliar pada tahun 2020.
Indonesia memiliki potensi besar sebagai pasar ekonomi digital
yang menjanjikan. Pengguna Internet di mencapai 132,7 juta penduduk ,
jumlah itu adalah 50 persen dari total populasi Indonesia. Ini
menunjukkan adopsi yang luas terhadap teknologi digital di Indonesia,
dengan jumlah pengguna internet, pengguna perangkat seluler, dan
pengguna media sosial yang tinggi. Riset yang dilakukan oleh Google dan
Temasek yang memprediksi market size ekonomi digital Indonesia
mencapai USD 100 miliar pada tahun 2025 menunjukkan proyeksi
yang optimis. Pertumbuhan ini dapat didorong oleh sektor e-commerce,
periklanan digital, layanan keuangan digital, dan sektor lainnya yang
terkait dengan ekonomi digital.
Teknologi digital sangat terkait dengan konstitusionalisme.
Mereka tidak hanya merupakan kumpulan arsitektur material dan
immaterial, tetapi juga menyediakan infrastruktur untuk menjalankan
kebebasan dan kekuasaan. Bahkan jika teknologi digital kemungkinan
akan tetap menjadi pendorong utama transformasi global dalam
beberapa dekade mendatang, evolusi tata kelola Internet saat ini
menjanjikan untuk mempengaruhi hubungan ini. Dinamika ini
memberikan dorongan pada peran baru konstitusionalisme global
dalam masyarakat informasi, menunjukkan bagaimana tatanan dan jenis
otoritas yang berbeda berinteraksi dalam skala global dan mengapa kita
perlu mendefinisikan checks and balances dengan lebih baik.
Perkembangan teknologi informasi dan potensi ekonomi digital
yang cukup besar juga diiringi oleh beberapa dampak negatif antara
lain ancaman terhadap hak atas privasi dan data diri warga negara. Dalam
era ekonomi digital yang semakin maju, perlindungan hak privasi
menjadi sangat penting. Hak privasi adalah hak asasi manusia yang
melindungi individu dari pengumpulan, penggunaan, dan pengungkapan
informasi pribadi mereka tanpa persetujuan atau izin mereka. Meskipun
9
hak privasi tidak dianggap sebagai hak absolut, perlindungan hukum
terhadap hak privasi tetap menjadi isu yang krusial. Ini dikarenakan
perkembangan teknologi yang memungkinkan pengumpulan dan
analisis data yang besar, serta kemampuan untuk melacak dan memantau
aktivitas individu secara terus-menerus (Subekti, Handayani, & Hidayat,
2023)
10
Perkembangan teknologi juga menciptakan tantangan baru dalam
domain hukum, seperti kejahatan siber, perlindungan data pribadi, dan
pengaturan kebijakan terkait teknologi baru seperti kecerdasan buatan dan
kendaraan otonom. Konstitusi harus mampu menangani isu-isu ini dengan
memberikan kerangka hukum yang tepat untuk melindungi masyarakat dan
menjaga ketertiban. Dalam menjawab tantangan ini, beberapa negara telah
mengadopsi perubahan konstitusi untuk mengakomodasi perubahan
teknologi dan dinamika masyarakat di era digital. Misalnya, beberapa
negara telah menambahkan pasal-pasal khusus yang melindungi privasi
online, kebebasan internet, dan hak-hak digital warga negara. Negara-
negara ini menyadari pentingnya mengikuti perkembangan teknologi dan
memastikan bahwa hukum tata negara tetap relevan dan efektif dalam era
digital. Tetapi perubahan konstitusi di era digital juga menimbulkan
berbagai perdebatan dan tantangan. Ada keraguan tentang bagaimana
mengatur kebebasan berekspresi dalam konteks online, terutama ketika
berkaitan dengan penyebaran berita palsu, pelecehan online, atau
penghinaan terhadap agama atau individu.
11
Dalam era digital, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia.
Dalam prosesnya, data pribadi menjadi semakin penting dan sensitif karena
banyak aktivitas yang dilakukan secara online. Data pribadi mencakup
informasi seperti nama, alamat, nomor identitas, informasi finansial,
riwayat kesehatan, dan informasi sensitif lainnya yang berkaitan dengan
individu.
12
Pelanggaran hak konstitusional atas privasi adalah tindakan yang
merugikan individu dengan melanggar privasi mereka. Di era digital saat
ini, pelanggaran hak konstitusional atas privasi semakin mudah dilakukan
karena kemajuan teknologi telah membuat informasi pribadi lebih mudah
diakses dan diproses. Beberapa bentuk pelanggaran hak konstitusional
atas privasi di era digital termasuk:
1. Pencurian IdentitasIni terjadi ketika seseorang menggunakan
informasi pribadi orang lain seperti nomor identitas, tanggal lahir,
atau informasi keuangan untuk melakukan kegiatan ilegal seperti
membeli barang atau jasa.
2. Penyalahgunaan Data Data yang diambil dari pengguna di internet
dapat disalahgunakan oleh perusahaan atau pihak ketiga. Hal ini
dapat berdampak pada privasi pengguna, seperti penggunaan
informasi pribadi untuk tujuan iklan atau pemasaran.
3. Pemantauan Tanpa IzinPemantauan tanpa izin adalah tindakan
memonitor aktivitas seseorang tanpa persetujuannya, misalnya
melalui pengintaian, penyadapan atau pengawasan kamera
CCTV.
4. Pencurian InformasiPencurian informasi dapat terjadi ketika peretas
mengakses data pribadi seseorang tanpa izin
13
Perlindungan privasi data pribadi yang mana telah dinyatakan oleh
sejumlah negara sebagai hak konstitusional atau disebut “data habeas”
yaitu aturan hukum yang terdapat pada negara-negara tertentu yang
bertujuan untuk melindungi data, akun kartu kredit/debit atau pembayaran
lainnya dengan detail informasi pengguna, fisiologis dan kondisi kesehatan
mental seseorang, rekam medis, dan informasi biometrik, dari pelanggaran
atau tindakan kriminal yang dapat ditimbulkan akibat penyalahgunaan data
pribadi yang dimiliki oleh seseorang (Priscyllia, 2019)
14
BAB III
KESIMPULAN
Era teknologi digital yang saat ini menjadi bagian dari kemajuan dunia
menjadi satu hal yang harus selalu diantisipasi oleh kita semua sebagai masyarakat
global. Saat ini melalui teknologi digital semua orang dapat mengakses apapun
hanya melalui smartphonenya dan dunia seolah-olah ada dalam genggaman
tangan kita. Pesatnya dunia digital saat ini menyebabkan semua pihak harus
mau berubah, ikut terlibat, beradaptasi dan berinovasi dengan teknologi (Adhani,
2021)
Perubahan hukum tata negara yang diperlukan untuk mengakomodasi
perkembangan teknologi informasi dan mengatur penggunaan dan pengembangan
teknologi baru dalam batasan yang etis dan bertanggung jawab. Perubahan hukum
tata negara harus mempertimbangkan perkembangan teknologi baru seperti
kecerdasan buatan dan kendaraan otonom. Konstitusi harus dapat mengatur
penggunaan teknologi baru dalam batasan yang etis dan bertanggung jawab,
menjaga tanggung jawab hukum, etika, dan implikasi sosial dari teknologi yang
semakin canggih. Dalam perubahan ini, penting untuk menetapkan prinsip-prinsip
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan
terkait teknologi informasi.
15
Tantangan dalam era digital, seperti privasi dan pengumpulan data pribadi,
kebebasan berekspresi, kebencian online, kesenjangan digital, dan pelecehan siber,
memerlukan respons yang responsif terhadap perkembangan teknologi.
Perlindungan hak asasi manusia dalam era digital harus mempertimbangkan
keseimbangan antara keamanan dan privasi, mendorong kebebasan berekspresi,
mengurangi kesenjangan digital, dan menegakkan pertanggungjawaban terhadap
pelanggaran hak asasi manusia di dunia maya (Kamala & Fandana, 2023).
16
DAFTAR PUSTAKA
17