Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Pemberlakuan Konstitusi Di Era Digital; Tantangan Bagi Hukum Tata Negara

Dosen Pengampu: Fitri Atum Arum, S. H., M. H., M. Sc

Makalah Disusun Guna Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara

Disusun Oleh:

Ahmada Fathan Mubarok


21103050135

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul Pemberlakuan Konstitusi Di Era Digital; Tantangan dan Implikasi
Bagi Hukum Tata Negara.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademis dalam rangka
memahami dan mendalami konsep-konsep hukum tata negara yang menjadi landasan
utama bagi sistem hukum suatu negara.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada Fitri Atum
Arum, S. H., M. H., M. Sc yang telah memberikan tugas ini sehingga mendapatkan
pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan topik yang diberikan.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa mendatang. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II ...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
A. Hukum Tata Negara........................................................................................ 4
B. Konstitusi ....................................................................................................... 5
C. Peran Konstitusi di Era Digital ....................................................................... 7
D. Konstitusi Digital Di Indonesia ...................................................................... 8
E. Tantangan Konstitusi di Era Digital .............................................................. 10
F. Upaya Perlindungan Dalam Era Digital .........................................................11
G. Hak Konstitusional Atas Privasi Di Era Digital ............................................. 12
BAB III................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Revolusi digital memunculkan implikasi yang signifikan terhadap


dimensi konstitusional. Platform digital semakin memainkan peran
penting di persimpangan dan benturan kekuasaan antara logika pasar,
otoritas publik dan hak warga negara. Prinsip-prinsip konstitusional
diperlukan untuk menjamin perlindungan dan pelaksanaan hak-hak
dasar warga negara sekaligus juga pembatasan terhadap kekuasaan yang
tidak bertanggungjawab. Perlindungan data pribadi adalah komponen
kunci dari kerangka kerja Konstitusionalisme digital untuk memastikan
terlindunginya hak-hak dasar dan nilai-nilai demokrasi di era digital.
Upaya perlindungan hak dasar itu di Indonesia diwujudkan dalam
berbagai regulasi perlindungan data pribadi yang terus disempurnakan,
walaupun Indonesia termasuk yang tertinggal dalam perkembanganya
(Subekti, Handayani, & Hidayat, 2023)

Keresahan yang timbul di masyarakat Indonesia menunjukkan


adanya kebutuhan akan kajian ulang konstitusi guna menciptakan konstitusi
yang lebih inklusif dan dapat menjawab tuntutan zaman untuk masyarakat
sekarang. Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam politik serta
banyaknya masyarakat yang merasa tidak memiliki akses yang sama
terhadap hak asasi manusia dan kebebasan sipil. Kurangnya perlindungan
secara praktis terhadap nilai-nilai Pancasila yang dijadikan dasar negara
Indonesia. Belum adanya konstitusi yang mampu menjawab tuntutan dan
tantangan dalam era digital dan teknologi. (Santoso, Karim, Maftuh,
Sapriya, & Murod, 2023).

Ada beberapa alasan yang mendorong kajian ulang terhadap


konstitusi di Indonesia terjadi, di antaranya: Perkembangan zaman yang
semakin cepat dan dinamis sehingga diperlukan konstitusi yang dapat

1
menjamin beberapa aspek kehidupan yang menjadi ciri khas masa kini;
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam keterlibatan politik dan
pengambilan keputusan di negara, sehingga masyarakat butuh platform
yang lebih baik untuk menyuarakan hak mereka. Keinginan untuk
memperkuat otoritas negara, baik dalam menghadapi masalah keamanan
dalam negeri atau urusan luar negeri; Keinginan untuk mengembangkan
sistem pemerintahan yang lebih transparan, akuntabel, dan responsif
terhadap kebutuhan rakyat; dan Perkembangan teknologi dan komunikasi
yang telah merubah cara hidup dan interaksi masyarakat, sehingga
diperlukan konstitusi yang dapat memenuhi tuntutan dalam bentuk
digital dan teknologi

Perkembangan teknologi digital telah menciptakan perubahan


signifikan dalam hampir semua aspek kehidupan manusia. Era digital
telah melahirkan revolusi informasi, mengubah cara kita berkomunikasi,
bekerja, berbelanja, dan bahkan berpartisipasi dalam kehidupan politik.
Teknologi informasi telah mempengaruhi berbagai sektor, termasuk
pemerintahan dan hukum tata negara.

Dalam konteks hukum tata negara, konstitusi merupakan


dokumen penting yang menjadi landasan hukum bagi sebuah negara.
Konstitusi mengatur struktur dan fungsi pemerintahan, menjelaskan hak
dan kewajiban warga negara, serta melindungi hak asasi manusia.
Konstitusi juga menetapkan batasan dan kewenangan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya. Namun, dengan perubahan zaman dan kemajuan
teknologi, konstitusi harus mampu beradaptasi dengan tantangan dan
dinamika baru yang dihadapi oleh masyarakat di era digital (Rasji, Avianti,
& Edward, 2023)

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang


muncul ialah bagaimana pemberlakuan konstitusi berubah dalam
menghadapi tantangan dan perubahan di era digital?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan pemberlakuan


konstitusi dalam menghadapi era digital dalam hal tantangan pada Hukum
Tata Negara ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Tata Negara

Banyak definisi atau pengertian yang diberikan tentang hukum tata


negara, salah satunya ialah memberikan pengertian bahwa hukum tata
negara adalah seperangkat kaedah-kaedah hukum yang mengatur organisasi
negara. Dan seperangkat kaedah-kaedah hukum itu tidak lain adalah
konstitusi.
Dalam kehidupan bernegara secara modern adanya undang-undang
dasar atau konstitusi adalah keharusan sebagai suatu tuntutan yang tidak
dapat dipisahkan dari keinginan untuk mencapai cita-cita kehidupan
bernegara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa negara dan konstitusi
merupakan dua Lembaga yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut K.C.Wheare ada sasaran yang hendak dituju dalam usaha
mempertahankan konstitusi dalam usaha mempertahankan konstitusi
dengan jalan mempersulit perubahannya, antara lain:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak,
tidak secara serempangan dan dengan sadar (dikehendaki)
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya
sebelum perubahan dilakukan
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok, seperti kelompok minoritas
Bahasa atau kelompok agama atau kebudayaan mendapat jaminan.

Namun demikian pada sisi lain juga dapat dipahami bahwa tiada satu
sistem ketatanegaraan yang digambarkan dalam konstitusi atau undang-
undang dasar sudah sempurna saat dilahirkan, karena ia adalah produk
zamannya. Dapat terjadi perubahan maupun perkembangan yang tidak
serasi dengan kebutuhan zaman dinamika Masyarakat. Oleh karena itu ada
kalanya suatu undang-undang dasar dirubah atau diganti dengan Undang-
Undang Dasar yang baru. Hal semacam ini terjadi kalua dianggap bahwa

4
Undang-Undang dasar tidak lagi mencerminkan konstelasi politik atau tidak
lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat (Tholib, 1998)

Dalam studi Hukum Tata Negara itu sebenarnya adapula cabang


ilmu khusus yang melakukan telaah perbandingan antar-berbagai konstitusi,
yaitu Hukum Tata Negara Perbandingan atau Ilmu Perbandingan Hukum
Tata Negara. Tujuan metode perbandingan itu pada pokoknya ada dua,
yaitu: pertama, untuk membandingkan dua atau lebih konstitusi-konsti tusi
berbagai Negara guna menemukan prinsip-prinsip pokok hukum tata
Negara; dan kedua, untuk membandingkan satu konstitusi yang ditelaah
dengan konstitusi lain atau konstitusi-konstitusi Negara lain guna mema
hami lebih mendalam konstitusi yang ditelaah.

B. Konstitusi

Dalam wacana politik, kata 'konstitusi' biasanya digu nakan paling


tidak dalam dua pengertian. Pertama, kata ini digunakan untuk
menggambarkan seluruh sistem ketatanegaraan suatu negara, kumpulan
berbagai peraturan yang membentuk dan mengatur atau mengarah kan
pemerintahan. Peraturan-paraturan ini sebagian ber sifat legal, dalam arti
bahwa pengadilan hukum meng akui dan menerapkan peraturan-peraturan
tersebut, dan sebagian bersifat non-legal atau ekstra legal, yang berupa
kebiasaan, saling-pengertian, adat atau konvensi, yang tidak diakui oleh
pengadilan sebagai hukum namun tidak kalah efektifnya dalam mengatur
ketatanegaraan dibandingkan dengan apa vang secara baku disebut hukum.
Di hampir semua negara, sistem ketatanegaraan berisi campuaran dari
peraturan legal dan non-legal ini sehingga kita bisa menyebut kumpulan
peraturan ini sebagai Konstitusi (Wheare, 1996)
Konstitusi merupakan sebuah sistem yang mengatur hubungan
antara pemerintah dengan warga negara, dan menjamin hak-hak warga
negara. Konstitusi di Indonesia ditunjukkan melalui berbagai peraturan dan
undang-undang yang mengatur hak-hak warga negara dan pemerintah.

5
Konstitusionalisme di Indonesia berawal dari berlakunya Undang-Undang
Dasar 1945 (Agus, 2023).
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam pe
nyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis
yang lazim disebut Undang-ndang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Tidak
semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar.
Kerajaan Inggris biasa disebut sebagai nega ra konstitusional, tetapi tidak
memiliki satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis, di
samping karena adanya negara yang dikenal sebagai negara konstitusional,
tetapi tidak memiliki konstitusi tertulis, nilai dan norma vang hidup dalam
praktik penye lenggaraan negara juga diakui sebagai hukum dasar, dan
tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti vang luas. Oleh karena
itu, Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan
norma hukum dasar tidak tertulis vang hidup sebagai konvensi
ketatanegaraan dalam praktik penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk
ke dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar (droit constitusionnel)
suatu negara (Asshiddiqie, 2010).
Konstitusi merupakan naskah legitimasi paham kedaulatan rakyat.
Naskah dimaksud merupakan kontrak sosial yang mengikat setiap warga
dalam membangun paham kedaulatan rakyat. Djokosoetono memintakan
perhatian atas beberapa makna konstekstual pemahaman konstitusi
sebagai berikut:
1. Konstitusi dalam makna materil (constitutie in materiele
zin), berpaut dengan gekwalificeerde naar de inhoud, yaitu
dititikberatkan pada isi konstitusi yang memuat dasar
(grondslagen) dari struktur (inrichting) dan fungsi
(administratie) negara.
2. Konstitusi dalam makna formal (constitutie in formele zin),
berpaut dengan gekwalificeerde naar de maker, yaitu
dititikberatkan pada cara dan prosedur tertentu dari
pembuatannya.

6
3. Konstitusi dalam makna UUD (grondwet) selaku
pembuktian (constitutie als bewijsbaar), agar menciptakan
stabilitas (voor stabiliteit) perlu dinaskahkan dalam wujud
UUD atau Grondwet.
Djokosoetono mengingatkan agar makna konstektual ketiga
pemahaman konstitusi tidak dibaurkan, misalnya kadangkala konstitusi
dalam makna formal tidak dibedakan dengan konstitusi dalam wujud
naskah UUD atau Grondwet (Marzuki, 2010)
Konstitusi di Indonesia berawal dari berlakunya UndangUndang
Dasar 1945 (UUD 1945). UUD 1945 merupakan landasan hukum yang
mengatur seluruh aspek kehidupan di Indonesia, mulai dari hak asasi
manusia, sistem pemerintahan, hingga hak-hak warga negara. UUD 1945
juga mengatur bahwa segala bentuk kekuasaan harus berada di bawah
kendali hukum dan konstitusi.
Konstitusi di Indonesia juga ditunjukkan melalui berbagai lembaga
pemerintahan yang beroperasi di bawah konstitusi. Lembaga ini meliputi
Mahkamah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Komisi Pemilihan Umum,
Kementerian, dan lain-lain. Konstitusi di Indonesia juga diwakili oleh
berbagai lembaga non-pemerintah, seperti lembaga advokasi dan organisasi
hak asasi manusia

C. Peran Konstitusi di Era Digital

Era digital pada saat ini disebut Era Dirupsi Digital. Dirupsi digital
merupakan perubahan secara besar-besaran yang menandai sebuah era
dari yang sifatnya offline ke Online (Sugianto & Handoko, 2019).
Perubahan konstitusi tidaklah hal yang baru. Sejak awal sejarah, konstitusi
telah mengalami perubahan demi menjawab tuntutan dan perkembangan
masyarakat. Perubahan konstitusi dapat dilakukan melalui berbagai
mekanisme, seperti revisi konstitusi, amendemen, atau pengadilan

7
konstitusi. Biasanya, perubahan konstitusi terjadi sebagai respons terhadap
pergeseran kebijakan, perubahan sosial, atau perkembangan norma dan
nilai-nilai masyarakat.

Konsep Konstitusi Digital yang menekankan perlunya mengikuti


prinsip-prinsip konstitusional untuk mengatur hubungan antara pemerintah
dan individu dalam konteks digital.. Ini termasuk menjamin hak-hak
individu dalam hal privasi, perlindungan data, hak cipta, dan hak kekayaan
intelektual, serta memastikan bahwa pemerintah menggunakan teknologi
digital untuk menghormati hak-hak konstitusional.
Konstitusi di era digital juga menekankan perlunya mengikuti
prinsip-prinsip konstitusional untuk mengatur penggunaan teknologi digital
oleh pemerintah dan pihak swasta, termasuk memastikan bahwa
penggunaan teknologi digital tidak menghalangi hak-hak konstitusional.
Era digital sekarang menjadi salah satu pr besar instansi sekarang
menghadapi gejolak permintaan masyarakat dari segi pelayanan yang
berbasi digital, dan bagaimana intansi pemerintah memanfaatkan era digital
sekarang ini untuk mempermudah proses pelayanan tetapi dengan
menerapkan hukum yang berlaku, dan menjaga setiap privasi masyarakat ,
karena seperti kita ketahu bahwa era digital sekarang ini banyak terjadi
kebocoran data , serta berita hoaks yang kerap terjadi yang membuat
masyarakat resah akan hal itu.

D. Konstitusi Digital Di Indonesia

Saat ini pemerintah sedang mencanangkan Indonesia sebagai


kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun
2020. Salah satu landasan pembangunan nasional dalam pencanangan
ini adalah sektor digital. Pemerintah menargetkan transaksi ecommerce

8
mencapai senilai US$ 130 miliar dan menciptakan 1000 teknopreneur
dengan nilai bisnis US$ 10 miliar pada tahun 2020.
Indonesia memiliki potensi besar sebagai pasar ekonomi digital
yang menjanjikan. Pengguna Internet di mencapai 132,7 juta penduduk ,
jumlah itu adalah 50 persen dari total populasi Indonesia. Ini
menunjukkan adopsi yang luas terhadap teknologi digital di Indonesia,
dengan jumlah pengguna internet, pengguna perangkat seluler, dan
pengguna media sosial yang tinggi. Riset yang dilakukan oleh Google dan
Temasek yang memprediksi market size ekonomi digital Indonesia
mencapai USD 100 miliar pada tahun 2025 menunjukkan proyeksi
yang optimis. Pertumbuhan ini dapat didorong oleh sektor e-commerce,
periklanan digital, layanan keuangan digital, dan sektor lainnya yang
terkait dengan ekonomi digital.
Teknologi digital sangat terkait dengan konstitusionalisme.
Mereka tidak hanya merupakan kumpulan arsitektur material dan
immaterial, tetapi juga menyediakan infrastruktur untuk menjalankan
kebebasan dan kekuasaan. Bahkan jika teknologi digital kemungkinan
akan tetap menjadi pendorong utama transformasi global dalam
beberapa dekade mendatang, evolusi tata kelola Internet saat ini
menjanjikan untuk mempengaruhi hubungan ini. Dinamika ini
memberikan dorongan pada peran baru konstitusionalisme global
dalam masyarakat informasi, menunjukkan bagaimana tatanan dan jenis
otoritas yang berbeda berinteraksi dalam skala global dan mengapa kita
perlu mendefinisikan checks and balances dengan lebih baik.
Perkembangan teknologi informasi dan potensi ekonomi digital
yang cukup besar juga diiringi oleh beberapa dampak negatif antara
lain ancaman terhadap hak atas privasi dan data diri warga negara. Dalam
era ekonomi digital yang semakin maju, perlindungan hak privasi
menjadi sangat penting. Hak privasi adalah hak asasi manusia yang
melindungi individu dari pengumpulan, penggunaan, dan pengungkapan
informasi pribadi mereka tanpa persetujuan atau izin mereka. Meskipun

9
hak privasi tidak dianggap sebagai hak absolut, perlindungan hukum
terhadap hak privasi tetap menjadi isu yang krusial. Ini dikarenakan
perkembangan teknologi yang memungkinkan pengumpulan dan
analisis data yang besar, serta kemampuan untuk melacak dan memantau
aktivitas individu secara terus-menerus (Subekti, Handayani, & Hidayat,
2023)

E. Tantangan Konstitusi di Era Digital

Dalam era digital, konstitusi juga perlu menghadapi tantangan baru


yang dihadirkan oleh kemajuan teknologi informasi. Internet dan media
sosial telah mengubah cara orang berkomunikasi dan berinteraksi.
Masyarakat dapat dengan mudah berbagi informasi, menyampaikan
pendapat, dan berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik.
Partisipasi publik yang luas melalui platform online telah mempengaruhi
dinamika politik dan mempercepat aliran informasi.
Tantangan lain yang dihadapi dalam era digital adalah perlindungan
hak asasi manusia dan privasi. Dalam dunia yang semakin terhubung secara
digital, privasi menjadi semakin rentan. Data pribadi dapat dengan mudah
diakses dan disalahgunakan. Kebebasan berekspresi dan akses informasi
juga harus diimbangi dengan perlindungan terhadap penyebaran konten
yang merugikan dan pelanggaran privasi. Konstitusi harus mampu
memberikan kerangka kerja yang jelas dalam mengatasi tantangan ini.
Perubahan konstitusi dalam era digital juga melibatkan
pertimbangan tentang keadilan dan kesetaraan akses teknologi. Digital
divide atau kesenjangan digital masih menjadi masalah di beberapa negara,
di mana akses internet dan teknologi informasi tidak merata di seluruh
masyarakat. Perubahan konstitusi harus memastikan bahwa semua warga
negara memiliki kesempatan yang adil untuk mengakses dan menggunakan
teknologi digital, sehingga tidak ada kelompok yang tertinggal dalam era
ini.

10
Perkembangan teknologi juga menciptakan tantangan baru dalam
domain hukum, seperti kejahatan siber, perlindungan data pribadi, dan
pengaturan kebijakan terkait teknologi baru seperti kecerdasan buatan dan
kendaraan otonom. Konstitusi harus mampu menangani isu-isu ini dengan
memberikan kerangka hukum yang tepat untuk melindungi masyarakat dan
menjaga ketertiban. Dalam menjawab tantangan ini, beberapa negara telah
mengadopsi perubahan konstitusi untuk mengakomodasi perubahan
teknologi dan dinamika masyarakat di era digital. Misalnya, beberapa
negara telah menambahkan pasal-pasal khusus yang melindungi privasi
online, kebebasan internet, dan hak-hak digital warga negara. Negara-
negara ini menyadari pentingnya mengikuti perkembangan teknologi dan
memastikan bahwa hukum tata negara tetap relevan dan efektif dalam era
digital. Tetapi perubahan konstitusi di era digital juga menimbulkan
berbagai perdebatan dan tantangan. Ada keraguan tentang bagaimana
mengatur kebebasan berekspresi dalam konteks online, terutama ketika
berkaitan dengan penyebaran berita palsu, pelecehan online, atau
penghinaan terhadap agama atau individu.

F. Upaya Perlindungan Dalam Era Digital

Seberapa pentingkah data pribadi seseorang sehingga harus


mendapatkan perlindungan dan jaminan data pribadi oleh negara?
Pemberian payung hukum terhadap data pribadi tidak hanya melindungi
data orang, tetapi tujuan dari perlindungan tersebut adalah untuk
memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan orang-orang
yang terkait dengan data tersebut. Melindungi data pribadi salah satu
tujuannya adalah untuk memastikan bahwa hak-hak dan kebebasan orang-
orang tidak dilanggar. Bisa kita bayangkan, jika terdapat pemrosesan data
pribadi yang tidak benar dapat terjatuh dalam situasi di mana seseorang
diabaikan untuk mendapatkan peluang kerja. Kemungkinan lain yang lebih
buruk, ia dapat kehilangan pekerjaan saat ini juga (Budiyono, 2013)

11
Dalam era digital, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia.
Dalam prosesnya, data pribadi menjadi semakin penting dan sensitif karena
banyak aktivitas yang dilakukan secara online. Data pribadi mencakup
informasi seperti nama, alamat, nomor identitas, informasi finansial,
riwayat kesehatan, dan informasi sensitif lainnya yang berkaitan dengan
individu.

Di tengah era digital yang pesat, data pribadi individu semakin


rentan terhadap potensi penyalahgunaan dan pelanggaran privasi.
Keamanan data pribadi merupakan hak asasi manusia yang harus dijamin
dan dihormati. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan adopsi
teknologi yang pesat, memiliki tanggung jawab untuk melindungi data
pribadi sebagai hak privasi. Dalam konteks ini, hak privasi menjadi isu yang
mendesak untuk diatasi. Hak privasi adalah hak asasi setiap individu
untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan data pribadi mereka. Dengan
meningkatnya kasus pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data pribadi,
penting bagi setiap negara untuk memiliki peraturan perundang-undangan
yang efektif untuk melindungi hak privasi warganya (Suari & Sarjana,
2023)

G. Hak Konstitusional Atas Privasi Di Era Digital

Hak konstitusional atas privasi merupakan hak asasi manusia yang


dijamin oleh konstitusi sebuah negara, termasuk Indonesia. Undang-
undang dan kebijakan nasional dan internasional telah menjamin hak
konstitusional atas privasi. Namun, era digital membawa dampak baru
dalam penggunaan teknologi informasi yang berpotensi mengancam hak
privasi individu. Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan
internet dan media sosial semakin meluas, yang memungkinkan akses
mudah terhadap informasi dan data pribadi seseorang. Hal ini
mengakibatkan semakin banyaknya pelanggaran privasi yang terjadi.

12
Pelanggaran hak konstitusional atas privasi adalah tindakan yang
merugikan individu dengan melanggar privasi mereka. Di era digital saat
ini, pelanggaran hak konstitusional atas privasi semakin mudah dilakukan
karena kemajuan teknologi telah membuat informasi pribadi lebih mudah
diakses dan diproses. Beberapa bentuk pelanggaran hak konstitusional
atas privasi di era digital termasuk:
1. Pencurian IdentitasIni terjadi ketika seseorang menggunakan
informasi pribadi orang lain seperti nomor identitas, tanggal lahir,
atau informasi keuangan untuk melakukan kegiatan ilegal seperti
membeli barang atau jasa.
2. Penyalahgunaan Data Data yang diambil dari pengguna di internet
dapat disalahgunakan oleh perusahaan atau pihak ketiga. Hal ini
dapat berdampak pada privasi pengguna, seperti penggunaan
informasi pribadi untuk tujuan iklan atau pemasaran.
3. Pemantauan Tanpa IzinPemantauan tanpa izin adalah tindakan
memonitor aktivitas seseorang tanpa persetujuannya, misalnya
melalui pengintaian, penyadapan atau pengawasan kamera
CCTV.
4. Pencurian InformasiPencurian informasi dapat terjadi ketika peretas
mengakses data pribadi seseorang tanpa izin

Pelanggaran hak konstitusional atas privasi dapat merugikan individu


secara signifikan, karena dapat mengancam identitas mereka, serta dapat
berdampak pada keuangan dan reputasi mereka. leh karena itu, penting
bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam membagikan informasi
pribadi mereka, serta mengambil langkah-langkah untuk melindungi data
mereka, seperti menggunakan perangkat lunak keamanan atau memilih
layanan yang dapat dipercaya. Selain itu, juga penting bagi pemerintah dan
organisasi untuk mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi privasi
individu dan menegakkan hukum terkait pelanggaran hak konstitusional
atas privasi di era digital (Darmawan, 2023)

13
Perlindungan privasi data pribadi yang mana telah dinyatakan oleh
sejumlah negara sebagai hak konstitusional atau disebut “data habeas”
yaitu aturan hukum yang terdapat pada negara-negara tertentu yang
bertujuan untuk melindungi data, akun kartu kredit/debit atau pembayaran
lainnya dengan detail informasi pengguna, fisiologis dan kondisi kesehatan
mental seseorang, rekam medis, dan informasi biometrik, dari pelanggaran
atau tindakan kriminal yang dapat ditimbulkan akibat penyalahgunaan data
pribadi yang dimiliki oleh seseorang (Priscyllia, 2019)

14
BAB III

KESIMPULAN

Era teknologi digital yang saat ini menjadi bagian dari kemajuan dunia
menjadi satu hal yang harus selalu diantisipasi oleh kita semua sebagai masyarakat
global. Saat ini melalui teknologi digital semua orang dapat mengakses apapun
hanya melalui smartphonenya dan dunia seolah-olah ada dalam genggaman
tangan kita. Pesatnya dunia digital saat ini menyebabkan semua pihak harus
mau berubah, ikut terlibat, beradaptasi dan berinovasi dengan teknologi (Adhani,
2021)
Perubahan hukum tata negara yang diperlukan untuk mengakomodasi
perkembangan teknologi informasi dan mengatur penggunaan dan pengembangan
teknologi baru dalam batasan yang etis dan bertanggung jawab. Perubahan hukum
tata negara harus mempertimbangkan perkembangan teknologi baru seperti
kecerdasan buatan dan kendaraan otonom. Konstitusi harus dapat mengatur
penggunaan teknologi baru dalam batasan yang etis dan bertanggung jawab,
menjaga tanggung jawab hukum, etika, dan implikasi sosial dari teknologi yang
semakin canggih. Dalam perubahan ini, penting untuk menetapkan prinsip-prinsip
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan
terkait teknologi informasi.

Konstitusionalisme digital bertujuan untuk melindungi hak-hak dasar,


seperti kebebasan berekspresi, privasi, di era digital. Ini melibatkan penetapan
kerangka hukum, kebijakan, dan praktik yang menyeimbangkan hak individu
dengan kebutuhan akan keamanan, inovasi, dan fungsi jaringan digital yang
efisien. Peningkatan konstitusionalisasi lingkungan digital terus diupayakan oleh
para kelompok realis dan berdaulat, agar sesuai dengan demokrasi domestik
dan perlindungan hak asasi warga negara. Perlindungan data pribadi sebagai bentuk
perlindungan hak asasi warga negara telah menjadi komitmen Indonesia dan
regional dengan terus mengembangkan aturan hukum positif, walaupun
Indonesia termasuk yang tertinggal perkembangannya.

15
Tantangan dalam era digital, seperti privasi dan pengumpulan data pribadi,
kebebasan berekspresi, kebencian online, kesenjangan digital, dan pelecehan siber,
memerlukan respons yang responsif terhadap perkembangan teknologi.
Perlindungan hak asasi manusia dalam era digital harus mempertimbangkan
keseimbangan antara keamanan dan privasi, mendorong kebebasan berekspresi,
mengurangi kesenjangan digital, dan menegakkan pertanggungjawaban terhadap
pelanggaran hak asasi manusia di dunia maya (Kamala & Fandana, 2023).

16
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, H. (2021). Mahkamah Konstitusi Indonesia di Era Digital: Upaya


Menegakan Konstitusi, Keadilan Substantif dan Budaya Sadar
Berkonstitusi. Jurnal Penegak Hukum Konstitusi , 145.
Agus, M. R. (2023). Konstitusi pelayanan publik di era digital di Negara Republik
Indonesia. OSF Prepints, 2.
Asshiddiqie, J. (2010). Konstitusi dan Konstitusionalisme. Jakarta: Sinar Grafika.
Budiyono. (2013). Hak Konstitusional: Tebaran Pemikiran dan Gagasan. Bandar
Lampung: CV Anugrah Utama Raharja.
Darmawan, S. P. (2023). HAK KONSTITUSIONAL ATAS PRIVASI DI ERA
DIGITAL. Jurnal Pro Hukum, 1022.
Kamala, H., & Fandana, R. (2023). Perlindungan Hak Asasi Manusia. OSFPrepints,
133.
Marzuki, M. L. (2010). Konstitusi dan Konstitualisme. Jurnal Konstitusi, 143.
Priscyllia, F. (2019). PERLINDUNGAN PRIVASI DATA PRIBADI PERSPEKTIF
PERBANDINGAN HUKUM. Jatiswara, 7.
Rasji, Avianti, G., & Edward, K. (2023, September). Dinamika Konstitusi Dan
Perubahan Hukum Tata Negara Sebuah Tinjauan Perubahan Konstitusi Di
Era Digital. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 626-627.
Santoso, G., Karim, A. A., Maftuh, B., Sapriya, & Murod, M. (2023). Kajian
Konstitusi di Indonesia:Kembali pada UUD 1945Asli atau Tetap dalam
UUD NRI 1945di Abad 21. Jurnal Pendidikan Transformasi, 258.
Suari, K. R., & Sarjana, I. M. (2023). Menjaga Privasi di Era Digital:Perlindungan
DataPribadi di Indonesia. Jurnal Analisis Hukum, 133.
Subekti, N., Handayani, I. G., & Hidayat, A. (2023, June 1). Konstitusionalisme
Digital di Indonesia:Mengartikulasikan Hak dan Kekuasaan di Era Digital.
Jurnal Law and Society, 6.
Sugianto, Q. F., & Handoko, W. (2019). PELUANG DAN TANTANGAN CALON
NOTARIS DALAM MENGHADAPI PERKEMBANGAN DISRUPSI
ERADIGITAL. Notarius, 657.
Tholib, D. (1998). Reformasi Eukum Tatanegara:Mencari Model Alternatif
Perubahan Konsfltusi. Jurnal Hukum , 15.
Wheare, K. C. (1996). Konstitusi Konstitusi Modern. Bandung: Nusa Media.

17

Anda mungkin juga menyukai