Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL DAERAH

DISTRUPSI

Disusun Oleh :
Mohamad Rifqi Ardian Ilmi
(202020061)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era disrupsi, perubahan yang cepat dan revolusioner terjadi di berbagai
bidang kehidupan, termasuk dalam bidang hukum. Disrupsi mengacu pada
gangguan atau perubahan mendalam dalam cara-cara tradisional melakukan
sesuatu, yang sering kali disebabkan oleh kemajuan teknologi dan inovasi.
Perkembangan teknologi informasi, seperti internet, kecerdasan buatan, dan
robotika, telah mengubah secara fundamental cara kita bekerja, berkomunikasi,
dan hidup. Hal ini juga mempengaruhi sistem hukum yang ada. Perkembangan
teknologi dan inovasi telah menciptakan tantangan baru bagi hukum nasional di
berbagai negara. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah
memungkinkan pertukaran informasi yang cepat dan luas, serta berinteraksi tanpa
batas geografis. Aktivitas bisnis yang semakin terintegrasi secara global dan
ekonomi digital telah melahirkan platform-platform baru dan model bisnis yang
memerlukan regulasi yang berbeda1.
Pembangunan hukum nasional menjadi penting dalam menghadapi tantangan
era disrupsi. Tantangan tersebut meliputi perubahan dalam lingkungan bisnis,
kebutuhan regulasi yang baru, perkembangan ekonomi digital, dan tantangan
etika yang muncul seiring dengan kemajuan teknologi. Hukum harus mampu
mengakomodasi perubahan-perubahan ini dan memberikan kerangka kerja yang
jelas bagi masyarakat dan pelaku usaha 2. Salah satu contoh perubahan signifikan
adalah dalam bidang ekonomi digital. Perkembangan teknologi internet dan
platform digital telah mengubah cara kita berbelanja, berkomunikasi, dan
melakukan transaksi. Hal ini memunculkan pertanyaan hukum baru terkait privasi

1
Prasetyo, T. (2014). Membangun Hukum Nasional Berdasarkan Pancasila. Jurnal Hukum Dan Peradilan, 3(3), 213.
https://doi.org/10.25216/jhp.3.3.2014.213-222

2 Alladuniah, M. A., Pamungkas, N. S., & Tristy, M. T. (2022). REORIENTASI ARAH KEBIJAKAN PENDIDIKAN TINGGI
HUKUM DI ERA DISRUPSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MURIA KUDUS. 137–142.

1
data, perlindungan konsumen, keamanan transaksi online, dan perlindungan
kekayaan intelektual. Keterbatasan regulasi yang ada dapat menjadi hambatan
dalam memberikan perlindungan yang memadai dalam konteks ini.
Selain itu, kemajuan dalam kecerdasan buatan, robotika, dan otomasi juga
memicu perubahan di berbagai sektor, termasuk industri, transportasi, dan
kesehatan. Tantangan hukum muncul dalam hal pertanggungjawaban atas
tindakan atau keputusan yang diambil oleh sistem yang dijalankan oleh
kecerdasan buatan. Pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab dalam
kasus kecelakaan kendaraan otonom atau penggunaan algoritma dalam
pengambilan keputusan medis menjadi perhatian utama. Dalam menghadapi era
disrupsi, pembangunan hukum nasional perlu mempertimbangkan aspek
kecepatan, ketepatan, dan ketangkasan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan. Proses pembuatan undang-undang yang lambat dan rumit dapat
menjadi hambatan dalam mengakomodasi perubahan yang cepat di era disrupsi.
Oleh karena itu, penting untuk memikirkan cara-cara untuk meningkatkan
responsivitas hukum nasional terhadap perubahan dan inovasi yang terjadi3
B. Rumusan Masalah
Dalam konteks pembangunan hukum nasional di era disrupsi, berikut adalah
beberapa rumusan permasalahan yang dapat dibahas dalam makalah ini:
1) Bagaimana perkembangan teknologi dan inovasi mempengaruhi pembangunan
hukum nasional di era disrupsi?
2) Apa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan hukum nasional di era
disrupsi?
3) Bagaimana hukum nasional dapat menjamin perlindungan hak dan kepentingan
masyarakat di era disrupsi?

3
Alladuniah, M. A., Pamungkas, N. S., & Tristy, M. T. (2022). REORIENTASI ARAH KEBIJAKAN PENDIDIKAN TINGGI
HUKUM DI ERA DISRUPSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MURIA KUDUS. 137–142.

2
4) Apa upaya yang dapat dilakukan dalam membangun hukum nasional yang
adaptif dan responsif terhadap perubahan di era disrupsi?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karakteristik Era Disrupsi.


Era disrupsi mengacu pada periode perubahan yang cepat dan mendalam
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang hukum. Disrupsi terjadi
ketika kemajuan teknologi dan inovasi mengganggu dan mengubah cara
tradisional melakukan sesuatu. Hal ini menyebabkan pergeseran paradigma,
proses, dan kebutuhan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan sistem hukum.
Pada era disrupsi, perubahan yang terjadi tidak hanya bersifat inkremental, tetapi
juga revolusioner. Inovasi teknologi seperti internet, kecerdasan buatan, dan
robotika telah mengubah secara drastis cara kita bekerja, berinteraksi, dan
menjalankan bisnis. Disrupsi menciptakan lingkungan yang penuh ketidakpastian,
kompleksitas, dan ambiguitas, memaksa hukum nasional untuk beradaptasi dan
merespons perubahan tersebut4.
Karakteristik era disrupsi termasuk kecepatan perubahan yang tinggi,
ketidakpastian yang tinggi, dan kompleksitas yang semakin meningkat.
Perkembangan teknologi terus berlanjut dengan laju yang luar biasa, dan inovasi
baru muncul dengan cepat. Seiring dengan itu, tantangan hukum juga berkembang
dengan pesat. Hukum nasional harus mampu mengakomodasi perkembangan
teknologi dan inovasi tersebut, serta menangani isu-isu baru yang muncul, seperti

4
Hartati, I. (2020). Strategi Pembangunan Sdm Kementerian Keuangan Republik Indonesia Dalam Menghadapi
Tantangan Era Disrupsi 4.0. Jurnal BPPK : Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan, 13(1), 109–129.
https://doi.org/10.48108/jurnalbppk.v13i1.493

3
privasi data, pertanggungjawaban dalam kasus kecerdasan buatan, dan
perlindungan konsumen dalam ekonomi digital. Pemahaman mendalam terhadap
pengertian dan karakteristik era disrupsi penting dalam mengembangkan hukum
nasional yang relevan dan adaptif.
B. Dampak Perkembangan Teknologi dan Inovasi terhadap Hukum Nasional
Pembahasan mengenai dampak perkembangan teknologi dan inovasi terhadap
hukum nasional5:
1.Transformasi Struktur Hukum Nasional
Perkembangan teknologi dan inovasi telah mengubah secara fundamental struktur
hukum nasional. Regulasi yang ada harus disesuaikan dengan perubahan
lingkungan digital, seperti kebijakan privasi data, perlindungan konsumen online,
dan keamanan siber. Selain itu, munculnya platform digital dan bisnis berbasis
teknologi mempengaruhi struktur lembaga hukum dan proses peradilan.
2. Tuntutan Regulasi Baru
Perkembangan teknologi dan inovasi menciptakan tuntutan untuk regulasi baru
yang mengatur sektor-sektor yang muncul, seperti e-commerce, kecerdasan
buatan, dan transportasi berbasis aplikasi. Regulasi yang ada mungkin tidak
memadai dalam mengatasi isu-isu yang timbul, seperti perlindungan data,
pertanggungjawaban dalam kasus kecelakaan kendaraan otonom, atau tanggung
jawab platform digital terhadap konten yang diunggah oleh pengguna.
3. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
Perkembangan teknologi dan inovasi memicu tantangan baru dalam perlindungan
hak kekayaan intelektual. Dalam konteks digital, penyalinan dan penyebaran
konten tanpa izin menjadi lebih mudah. Perlindungan hak cipta, paten, atau merek
dagang perlu diperkuat dan disesuaikan dengan tantangan baru yang muncul,

5
Indah, R. N. (2019). Kontribusi Lembaga Informasi Di Era Disrupsi Dan Globalisasi. Nusantara Journal of
Information and Library Studies (N-JILS), 2(1), 79–92.
http://ojs.uninus.ac.id/index.php/JILS/article/view/518/345%0Ahttp://ojs.uninus.ac.id/index.php/JILS/article
/view/518

4
seperti pelanggaran hak cipta dalam media digital atau pencurian teknologi dalam
industri tingkat tinggi.
4. Kesenjangan antara Teknologi dan Hukum
Perkembangan teknologi yang cepat sering kali melebihi kemampuan hukum
untuk mengakomodasinya. Ketika teknologi baru muncul, sering kali belum ada
regulasi yang memadai untuk mengaturnya 6. Contohnya adalah penggunaan
kecerdasan buatan, kendaraan otonom, atau teknologi blockchain yang
menimbulkan tantangan hukum baru. Dibutuhkan upaya untuk memastikan
bahwa regulasi dapat beradaptasi dan mengikuti perkembangan teknologi.
5. Etika dan Tanggung Jawab Hukum
Perkembangan teknologi dan inovasi juga menimbulkan tantangan etika dan
tanggung jawab hukum. Pertanyaan mengenai privasi, penggunaan data,
diskriminasi algoritma, dan keputusan yang dibuat oleh kecerdasan buatan
menuntut pemikiran etis dan perlindungan hukum yang memadai. Perlunya
kebijakan yang mendorong inovasi bertanggung jawab dan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip etis menjadi semakin penting dalam menghadapi era disrupsi.
6. Kesiapan Hukum dalam Menghadapi Disrupsi Berikutnya
Mengingat disrupsi terus berlanjut, penting bagi hukum nasional untuk tetap siap
menghadapi tantangan yang akan datang. Pembangunan hukum yang proaktif,
regulasi yang adaptif, serta lembaga peradilan yang kompeten perlu disiapkan.
C. Tantangan dalam Mengembangkan Hukum Nasional di Era Disrupsi
Pembahasan mengenai tantangan dalam penegakan hukum dalam era disrupsi:
1. Kecepatan dan Skala Kejahatan Digital
Penegakan hukum dihadapkan pada tantangan dalam menangani kejahatan digital
yang dapat terjadi dengan cepat dan melibatkan jaringan yang luas. Kejahatan

6
Mahardika, A. G. (2020). Simplifikasi Proses Pembentukan Undang-Undang Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Masyarakat atas Transportasi Online di Era Disrupsi. DIVERSI : Jurnal Hukum, 6(2), 196.
https://doi.org/10.32503/diversi.v6i2.1102

5
seperti serangan siber, pencurian identitas, atau penipuan online dapat menyebar
dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.
2. Anonimitas dan Kesulitan Pelacakan
Identifikasi dan penangkapan pelaku kejahatan digital seringkali sulit karena
adanya anonimitas dalam dunia digital. Pelaku kejahatan dapat menyembunyikan
identitas mereka dengan menggunakan alat-alat anonim atau teknologi enkripsi.
Penegakan hukum dihadapkan pada kesulitan melacak dan mengidentifikasi
pelaku kejahatan digital ini, yang seringkali beroperasi di wilayah lintas batas.
3. Kompleksitas Kasus Teknologi Tinggi
Penegakan hukum dalam era disrupsi juga dihadapkan pada kasus-kasus yang
melibatkan teknologi tinggi, seperti kecerdasan buatan, blockchain, atau
algoritma kompleks. Penanganan kasus-kasus ini memerlukan pemahaman
mendalam tentang aspek teknis, serta keahlian khusus dalam mengumpulkan
bukti dan menghadirkan ahli di bidang teknologi sebagai saksi ahli.
4. Tantangan Hukum Lintas Batas
Kejahatan digital seringkali melibatkan pelaku dari berbagai yurisdiksi yang
berbeda. Tantangan dalam penegakan hukum muncul ketika penegak hukum
harus berkoordinasi dengan pihak berwenang dari negara lain, mengikuti proses
ekstradisi, atau menangani perbedaan dalam regulasi dan prosedur hukum antar
negara. Koordinasi internasional dan kerja sama bilateral atau multilateral
menjadi penting untuk menangani kejahatan digital lintas batas.
5. Perkembangan Metode Kejahatan Baru
Perkembangan teknologi dan inovasi juga berarti bahwa metode kejahatan digital
terus berkembang. Penegakan hukum perlu mengikuti perkembangan ini dan
mengembangkan strategi untuk menangani kejahatan baru yang muncul, seperti
serangan siber yang lebih canggih, penipuan baru, atau penggunaan teknologi
terbaru dalam pencucian uang ilegal. Penegakan hukum harus tetap memperbarui
pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi tantangan ini.

Pada era disrupsi, penegakan hukum digital juga dihadapkan pada tantangan dalam
menjaga keseimbangan antara penegakan hukum yang efektif dan perlindungan hak asasi
manusia. Beberapa isu yang perlu diperhatikan antara lain:

6
1. Privasi dan Pengumpulan Data
Penegakan hukum sering kali memerlukan akses terhadap data pribadi yang
terkait dengan pelaku kejahatan. Namun, perlindungan privasi individu juga harus
dijaga. Penegakan hukum perlu memastikan bahwa pengumpulan dan
penggunaan data dilakukan secara sah dan proporsional, sesuai dengan peraturan
privasi yang berlaku, untuk mencegah penyalahgunaan dan pelanggaran privasi.
2. Kebebasan Berekspresi dan Sensor
Penegakan hukum dalam era digital juga perlu memperhatikan kebebasan
berekspresi. Penegakan hukum yang melibatkan konten online atau media sosial
harus memastikan bahwa tindakan penegakan tidak menyebabkan sensor atau
pembatasan yang tidak proporsional terhadap kebebasan berekspresi individu atau
masyarakat secara umum.
3. Ketidakseimbangan Kekuasaan dan Diskriminasi Algoritma
Penggunaan algoritma dalam penegakan hukum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan kekuasaan dan diskriminasi. Keputusan yang diambil oleh
algoritma berpotensi merugikan kelompok-kelompok tertentu atau menghasilkan
hasil yang tidak adil. Penegakan hukum perlu memperhatikan dampak sosial dan
potensi bias yang terkait dengan penggunaan algoritma dalam pengambilan
keputusan.

Dalam menghadapi tantangan ini, penegakan hukum digital harus didukung oleh regulasi
yang jelas dan komprehensif, kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat
sipil, serta peningkatan kapasitas dan keterampilan di bidang hukum digital.

D. Perlindungan Hak dan Kepentingan Masyarakat dalam Era Disrupsi


Perkembangan teknologi dan inovasi dalam era disrupsi juga memberikan ruang
bagi munculnya metode kejahatan baru yang perlu ditangani oleh penegakan
hukum. Beberapa contoh metode kejahatan baru yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Serangan Siber yang Lebih Canggih
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan peluang
bagi pelaku kejahatan untuk melakukan serangan siber yang lebih canggih.

7
Serangan siber seperti serangan phishing, ransomware, atau serangan DDoS
(Distributed Denial of Service) dapat mengakibatkan kerugian finansial yang
besar dan mengancam keamanan data sensitif. Penegakan hukum perlu
memahami dan mengantisipasi metode-metode serangan baru yang muncul serta
mengembangkan strategi untuk melawan serangan siber ini.
2. Penipuan Baru dalam Ruang Digital
Perkembangan teknologi juga menciptakan kesempatan bagi pelaku kejahatan
untuk melakukan penipuan yang lebih kompleks dalam ruang digital. Penipuan
online seperti penipuan pembayaran online, penipuan investasi, atau penipuan
kartu kredit menjadi perhatian penegakan hukum. Penegakan hukum perlu
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pola dan taktik penipuan
baru yang muncul, serta melibatkan kolaborasi dengan lembaga keuangan dan
penyedia layanan digital untuk mengidentifikasi dan menindak pelaku penipuan.
3. Pencucian Uang Digital
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi cara pelaku kejahatan mencuci uang
hasil kegiatan ilegal. Mata uang digital seperti Bitcoin atau kriptokurensi lainnya
memberikan peluang bagi pelaku kejahatan untuk menyembunyikan jejak
transaksi mereka. Penegakan hukum perlu mengembangkan kemampuan untuk
melacak dan mengungkap kasus pencucian uang digital, serta membangun kerja
sama internasional dalam mengatasi tantangan ini.
E. Studi Kasus atau Contoh Konkret
Penegakan hukum dalam era disrupsi dihadapkan pada tantangan dalam menjaga
keseimbangan antara penegakan hukum yang efektif dan perlindungan hak asasi
manusia, terutama dalam konteks digital. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam perlindungan hak asasi manusia dalam penegakan hukum digital adalah
sebagai berikut:
1. Privasi dan Kebebasan Individu
Penegakan hukum harus memperhatikan hak privasi individu dalam pengumpulan
dan penggunaan data pribadi. Mengutamakan prinsip-prinsip privasi yang sesuai
dengan hukum dan regulasi yang berlaku adalah penting dalam menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum digital.

8
Bukti konkret:
- Contoh berita: "Pengadilan Amerika Serikat Menegaskan Perlindungan Privasi
Pengguna dalam Penegakan Hukum Online" (Sumber: The New York Times,
2022)
- Narasumber: Ahli hukum privasi dan data, Profesor John Smith dalam
wawancara dengan Channel News Network (CNN), membahas perlunya
penegakan hukum yang memperhatikan hak privasi individu.
2. Kebebasan Berekspresi dan Akses Informasi
Penegakan hukum digital harus memastikan bahwa tindakan penegakan tidak
menyebabkan sensor atau pembatasan yang tidak proporsional terhadap
kebebasan berekspresi individu atau masyarakat secara umum. Kebebasan
berpendapat dan akses informasi yang terjamin harus dijaga sejalan dengan upaya
penegakan hukum yang efektif.

Bukti konkret:
- Contoh berita: "Organisasi Hak Asasi Manusia Mengkritik Upaya Penegakan
Hukum yang Membatasi Kebebasan Berekspresi di Era Digital" (Sumber: The
Guardian, 2023)
- Hasil wawancara: Dalam wawancara dengan aktivis hak asasi manusia, Sarah
Johnson, yang diterbitkan di majalah Human Rights Watch, ia menyoroti
pentingnya menjaga kebebasan berekspresi dan akses informasi dalam penegakan
hukum digital.
3. Prinsip Non-Diskriminasi dan Kesetaraan Hukum
Penegakan hukum digital harus menghindari diskriminasi berdasarkan ras,
agama, jenis kelamin, atau atribut lainnya. Prinsip non-diskriminasi dan
kesetaraan hukum harus dijunjung tinggi, sehingga semua individu memiliki
perlakuan yang adil dan setara dalam proses penegakan hukum.
Bukti konkret:

9
- Pasar UUD (Undang-Undang Dasar): Pasal 27(1) UUD 1945 Republik
Indonesia menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan."

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam era disrupsi, penting untuk memperhatikan perlindungan hak asasi
manusia dalam penegakan hukum digital. Penegakan hukum yang efektif harus
sejalan dengan prinsip privasi, kebebasan berekspresi, non-diskriminasi, dan
akuntabilitas. Kerja sama antara pemerintah, lembaga penegak hukum, sektor
swasta, masyarakat sipil, dan ahli hukum digital diperlukan untuk mengatasi
tantangan tersebut.
B. Saran
Dalam pembangunan hukum nasional di era disrupsi, perlu:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban dalam
lingkungan digital melalui kampanye edukasi.
2. Mengembangkan kerangka hukum yang adaptif dan relevan dengan
perkembangan teknologi.
3. Mendorong kerja sama antarnegara untuk menghadapi kejahatan lintas batas di
ruang digital.
4. Memperkuat kapasitas lembaga penegak hukum dalam menghadapi tantangan
teknis dan keahlian digital.

Dengan mengimplementasikan saran-saran tersebut, pembangunan hukum


nasional dapat memastikan kepastian hukum dan melindungi hak asasi manusia
dalam era disrupsi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alladuniah, M. A., Pamungkas, N. S., & Tristy, M. T. (2022). REORIENTASI ARAH


KEBIJAKAN PENDIDIKAN TINGGI HUKUM DI ERA DISRUPSI FAKULTAS
HUKUM UNIVERSITAS MURIA KUDUS. 137–142.

Prasetyo, T. (2014). Membangun Hukum Nasional Berdasarkan Pancasila. Jurnal Hukum


Dan Peradilan, 3(3), 213. https://doi.org/10.25216/jhp.3.3.2014.213-222

Wildan, A., Milah, M. S., & Taufik, M. (2022). Problematika Hukum Aset Digital Era
Disrupsi 5 . 0 Di Indonesia Melalui Pendekatan Legislasi. Jurnal MAHUPAS:
Mahasiswa Hukum Unpas, 1(2), 67–88.

Mahardika, A. G. (2020). Simplifikasi Proses Pembentukan Undang-Undang Sebagai


Upaya Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat atas Transportasi Online di Era Disrupsi.
DIVERSI : Jurnal Hukum, 6(2), 196. https://doi.org/10.32503/diversi.v6i2.1102

Suratno, U. (2019). Arah Pembaharuan Hukum Nasional Dalam Menghadapi Era


Revolusi Industri 4.0. Yustitia, 5(1), 155–169.
https://doi.org/10.31943/yustitia.v5i1.65

Indah, R. N. (2019). Kontribusi Lembaga Informasi Di Era Disrupsi Dan Globalisasi.


Nusantara Journal of Information and Library Studies (N-JILS), 2(1), 79–92.
http://ojs.uninus.ac.id/index.php/JILS/article/view/518/345%0Ahttp://ojs.uninus.ac
.id/index.php/JILS/article/view/518

Hartati, I. (2020). Strategi Pembangunan Sdm Kementerian Keuangan Republik


Indonesia Dalam Menghadapi Tantangan Era Disrupsi 4.0. Jurnal BPPK : Badan
Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan, 13(1), 109–129.
https://doi.org/10.48108/jurnalbppk.v13i1.493

11

Anda mungkin juga menyukai