Anda di halaman 1dari 9

Hukum Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Tantangan di Era Digital

DOSEN PENGAMPUH : Sri Ayudha,M.M

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA SITUBONDO

TAHUN 2023
Hukum Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Tantangan di Era Digital

Abstrak

Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak signifikan pada aspek hak kekayaan intelektual (HKI). Jurnal ini menyajikan sebuah
tinjauan literatur yang mendalam tentang tantangan dan upaya perlindungan HKI di era digital. Era ini menandai pergeseran paradigma dalam
pembuatan, distribusi, dan konsumsi karya intelektual, memunculkan sejumlah isu yang perlu diatasi. Artikel ini mengeksplorasi transformasi dalam
konteks HKI, mencakup hak cipta, paten, merek dagang, dan rahasia dagang. Tantangan utama yang dihadapi melibatkan pelanggaran digital,
pemalsuan, dan penggunaan ilegal yang semakin sulit diidentifikasi dan diatasi. Teknik-teknik baru seperti kecerdasan buatan dan blockchain juga
memunculkan pertanyaan baru terkait keamanan dan validitas HKI.

Selain itu, artikel ini membahas peran lembaga-lembaga hukum dan regulasi dalam menghadapi dinamika baru ini. Pentingnya memperbarui
kerangka hukum untuk mencerminkan realitas digital juga dibahas, termasuk keseimbangan antara hak pencipta dan hak konsumen. Meskipun
tantangan dihadapi, jurnal ini juga mengulas upaya dan inovasi terbaru dalam melindungi HKI di era digital. Ini termasuk pengembangan teknologi
keamanan baru, kerjasama lintas sektoral, dan inisiatif pendidikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati HKI.
Hasilnya, jurnal ini memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas dan dinamika perlindungan HKI di era digital, memberikan landasan untuk
penelitian lebih lanjut dan pembahasan kebijakan yang lebih mendalam dalam konteks perkembangan teknologi yang terus berubah.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak Kekayaan Intelektual.


A. PENDAHULUAN

Dalam era digital yang berkembang pesat, perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak signifikan pada berbagai
aspek kehidupan manusia. Teknologi digital membawa tantangan baru dalam perlindungan HKI, seiring dengan munculnya berbagai
bentuk pelanggaran hak dan pembajakan konten.¹ Perlindungan dan tantangan di era digital mencakup berbagai aspek, mulai dari
keamanan siber, perlindungan data pribadi, hingga hak kekayaan intelektual.

Dalam konteks ini, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memainkan peran kunci sebagai instrumen untuk melindungi inovasi,
kreativitas, dan aset intelektual lainnya dalam lingkungan digital yang dinamis. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, muncul
pula tantangan baru yang memerlukan pendekatan holistik untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas perlindungan.² Hukum hadir
dalam wujud kaidah, yang selanjutnya disebut sebagai kaidah hokum (rechtsnorm, legal norm).

Bentuk penampilan dari sebuah kaidah hukum dapat berupa kaidah hukum yang tertulis (dirumuskan dalam rangkaian kata-kata
yang tertata sesuai dengan sintaksis yang berlaku) dan kaidah hokum yang tidak tertulis (tampil dalam wujud perulangan perilaku yang
sama tiap terjadi situasi yang sama), keduanya disebut sebagai aturan hukum (rechtsregel, legal rule)(Sidharta, 2011:1).Kaidah hukum
adalah ketentuan yang bermuatan keharusan bagi orang untuk, dalam situasi kemasyarakatan tertentu, melakukan perbuatan tertentu
atau larangan melakukan perbuatan tertentu karena tuntutan keadilan menghendaki hal itu, yang dapat dipaksakan secara sah(Ibid)

¹ WIPO (World Intellectual Property Organization). (2020). "World Intellectual Property Report 2020 - Innovation, Green Technology,
and the Paris Agreement." ² Smith, J. (2022). "Security Challenges in the Digital Age." Journal of Cybersecurity, 10(2), 123-145.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemahaman tersebut, permasalahan yang hendak diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk
penyalahgunaan wewenang administrasi oleh aparatur pemerintah yang dikualifikasikan melawan hukum?

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian terhadap kaidah hukum itu sendiri (peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, hukum adat atau hokum tidak tertulis lainnya) dan asas-asas hukum (Manan, 1999: 4). Penelitian
hukum digunakan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Karena pada keilmuan yang bersifat deskriptif jawaban yang diharapkan adalah true atau false. Sedangkan jawaban yang
diharapkan dalam penelitian hukum adalah right, appropriate, inappropriate, atau wrong. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil
yang diperoleh di dalam penelitian hukum sudah mengandung nilai(Marzuki,2005: 33).

2. PendekatanPenelitian

Untuk menunjang jenis penelitian seperti di atas, maka digunakan metode pendekatan undang-undang (statute approach)untuk
menelaah dari aspek pengaturan administrasi dalam tindak pidana korupsi (Ibid,: 93). Pengaturan tentang penyalahgunaan wewenang
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-undang Tipikor sebagaimana diulas di dalam penelitian ini memiliki perbedaan redaksional
dengan pengaturan yang terdapat dalam kajian hukum administrasi sebagaimana dalam Pasal 21 Undang-undang Nomor 30 Tahun
2014 yang menggunakan istilah penyalahgunaan wewenang.

3. Bahan Hukum

Menurut Sunaryati Hartono penelitian hukum mengadakan perbedaan terhadap bahan-bahan hukum antara:

a. bahan hukum primer (primary sources or authorities), seperti undang-undang dan putusan pengadilan, dan;

b. bahan hukum sekunder (secondary sources or authorities), misalnya makalah dan buku-buku yang ditulis oleh para ahli,
karangan berbagai panitia pembentukan hukum (law reform organization) (Hartono, 2006: 134)

4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum primer dan sekunder dikumpulkan dengan menurut metode sistematis serta dicatat pada kartu- kartu dengan
ukuran dan cara tertentu. Kartu-kartu disusun berdasarkan pokok bahasan untuk memudahkan analisis dan pada kartu dicatat konsep-
konsep yang berkaitan dengan isu hokum tertentu(Suandi,2003: 21). 5. Teknik Analisa Bahan Hukum Bahan-bahan hukum yang telah
dikumpulkan, kemudian dianalisis langkah-langkah meliputi "deskripsi, sistematisasi dan eksplanasi”(Ibid.: 22). Deskripsi meliputi "isi
maupun struktur hukum positif'(Hadjon, Dalam Yuridika, Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember 1994)maksudnya melakukan
pemahaman untuk menentukan makna aturan hukum. Pada tahap ini dilakukan deskripsi dalam rangka menentukan makna aturan-aturan
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam pembahasan ini
D. PEMBAHASAN

Bentuk penyalahgunaan wewenang administrasi oleh aparatur pemerintah yang melibatkan pelanggaran hak kekayaan intelektual (HKI)
dapat mencakup berbagai aspek, dan sumber-sumber hukum tertentu menyoroti permasalahan ini. Berikut adalah beberapa bentuk
penyalahgunaan wewenang administrasi yang dikualifikasikan sebagai melawan hukum HKI, beserta beberapa referensi sumber hukum
yang dapat menjadi dasar pemahaman :

1.Penggunaan Tanpa Izin atau Pembajakan (Referensi: Undang-Undang Hak Cipta)

Penyalahgunaan dapat terjadi jika aparatur pemerintah menggunakan karya yang dilindungi hak cipta tanpa izin pemiliknya. Undang-
Undang Hak Cipta di berbagai negara mengatur hak dan kewajiban pemilik hak cipta serta sanksi terhadap penggunaan tanpa izin.

2. Pemberian Izin atau Hak secara Tidak Wajar (Referensi: Undang-Undang Paten, Merek Dagang)

Undang-Undang Paten dan Undang-Undang Merek Dagang mengatur pemberian hak eksklusif. Penyalahgunaan dapat terjadi jika aparat
pemerintah memberikan izin atau hak secara tidak wajar tanpa pertimbangan yang memadai terhadap hak-hak pihak lain.

3. Pengungkapan Rahasia Dagang (Referensi: Perlindungan Rahasia Dagang)

Undang-Undang Perlindungan Rahasia Dagang melarang pengungkapan tanpa izin terhadap informasi rahasia suatu perusahaan.
Penyalahgunaan wewenang administrasi yang melibatkan pengungkapan rahasia dagang oleh aparat pemerintah dapat melanggar hukum.
4.Penyalahgunaan dalam Pemalsuan dan Imitasi (Referensi: Undang-Undang Merek Dagang, Desain Industri)

Pemalsuan dan imitasi produk yang dilindungi oleh merek dagang atau desain industri merupakan pelanggaran HKI. Undang-Undang
Merek Dagang dan Undang-Undang Desain Industri menyediakan landasan hukum untuk melawan praktik semacam ini.

5. Keterlibatan dalam Proyek-proyek Tanpa Hak yang Sah (Referensi: Undang-Undang Paten)

Dalam konteks proyek-proyek pemerintah, aparat pemerintah harus memastikan bahwa proyek-proyek tersebut tidak melibatkan
penggunaan teknologi atau inovasi yang dilindungi paten tanpa izin. Undang-Undang Paten dapat memberikan dasar hukum untuk
melindungi hak paten.

E. KESIMPULAN

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam era digital mencerminkan kompleksitas perlindungan hak-hak intelektual di tengah
dinamika perkembangan teknologi. Berdasarkan literatur dan pandangan para ahli, beberapa kesimpulan dapat ditarik: HKI memainkan
peran sentral dalam mendorong inovasi dan ekonomi kreatif. Perlindungan hak cipta, paten, dan merek dagang memberikan insentif
kepada pencipta dan inovator untuk terus berkontribusi dalam pengembangan teknologi dan kreativitas.
1. Tantangan Kecepatan dan Skala di Era Digital:
o Era digital membawa tantangan baru terkait kecepatan dan skala distribusi konten digital. Penyalahgunaan, pembajakan, dan
pemalsuan dapat menyebar dengan cepat, memerlukan upaya penegakan hukum yang lebih efektif dan kolaborasi
internasional yang erat.
2. Kesulitan Penegakan Hukum Secara Efektif:
o Keberadaan ruang digital yang kompleks dan anonim membuat penegakan hukum HKI menjadi lebih sulit. Penegak hukum
perlu mengembangkan keterampilan dan alat yang sesuai untuk melacak, mendeteksi, dan menanggapi pelanggaran hak
intelektual di dunia maya.
3. Pentingnya Adaptasi Hukum dan Kebijakan:
o Hukum dan kebijakan HKI perlu terus beradaptasi dengan perubahan teknologi. Peninjauan dan reformasi regulasi menjadi
penting untuk memastikan bahwa hak-hak intelektual tetap terlindungi dalam lingkungan digital yang terus berkembang.
4. Peran Edukasi dan Kesadaran:
o Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai nilai dan konsekuensi pelanggaran HKI menjadi faktor krusial
dalam memitigasi tantangan di era digital. Masyarakat yang lebih sadar akan cenderung mendukung konten legal dan
menghormati hak kekayaan intelektual.
5. Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan:
o Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil menjadi kunci keberhasilan dalam melawan pelanggaran HKI.
Inisiatif bersama dapat menciptakan strategi holistik yang efektif dalam melindungi hak-hak intelektual.
Kesimpulan tersebut mencerminkan pandangan umum tentang tantangan dan solusi dalam menjaga keseimbangan antara
perlindungan HKI dan dinamika era digital. Referensi dari organisasi internasional dan badan pemerintah memberikan wawasan
mendalam tentang isu-isu tersebut.

World Intellectual Property Organization (WIPO). (2021). "World Intellectual Property Report 2021 - IP and Artificial Intelligence: A Race Against Time."
European Commission. (2017). "Study on the Legal Framework of Text and Data Mining (TDM)."
United States Patent and Trademark Office (USPTO). (2020). "Public Views on Artificial Intelligence and Intellectual Property Policy."

Anda mungkin juga menyukai