Anda di halaman 1dari 5

Qeissa Hudiev/ 2101126183

Menulis Latar Belakang


Judul: Hak Kekayaan Intelektual

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah HKI tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur utama Hki yaitu Merek, Paten,
dan Hak Cipta. Merek seperti yang dikenal saat ini sebenarnya melewati proses
perjalanan yang sangat panjang. Usia merek sama lamanya dengan usia perdagangan
itu sendiri. Di masa lampau, untuk meMbedakan produk baju atau gerabah dari
seorang pedagang dengan produk sejenis dari pedagang yang lain, di gunakan kata
symbol dengan maksud sebagai tanda pembeda. Di China, India, Persia, Romawi,
Yunani, dan tempat-tempat lainnya, tanda-tanda berupa nama pengrajin sudah
digunakan sebagai merek sejak 4000 tahun.
Pada masa lampau, sejenis tanda yang juga berfungsi sebagai merek telah lama di
gunakan oleh para pedagang untuk membedakan asal barang yang diperdagangkan.
Beberapa cara di gunakan oleh para pedagang pada masa itu diantaranya memberi
tanda resmi (hallmark). Cara ini banyak diterapkan oleh para tukang emas, tukang
batu, tukang perak, dan alat-alta pemotong. Di negara Eropa, merek telah di
kembangkan oleh para pedagang untuk mebedakan produk mereka dengan produk
pedagang lain selama ribuan tahun yang lalu.para pedagang gilda Eropa pada abad
pertengahan telah menerapkan peraturan mengenai merek terhadap produk mereka
selama lebih dari 700 tahun yang lalu. Penggunaan hallmark sebagai tanda juga sudah
sangat umum pada masa itu yang di lekatkan pada kepingan-kepingan perak.
Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
merumuskan tujuan negara sebagai berikut: ”Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
Qeissa Hudiev/ 2101126183
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial..., yang
kemudian dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945, yang salah satu aspeknya
menggambarkan kesejahteraan suatu bangsa atas keberhasilannya dalam
pembangunan ekonomi.
Ada bererapa pengertian dari Merek, Salah satunya adalah Menurut H.M.N
Purwo Sutjipto, S.H yaitu: “Merek adalah suatu tanda dengan mana suatu benda
tertentu dipribadikan sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”.2
Sedangkan Pengertian lainya tentang Merk yaitu3 : “Merek adalah sebuah tanda
dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan
asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan
barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau
badan-badan perusahaan lain”
Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN, para pengusaha akan mengalami
persaingan usaha yang semakin komplek dalam dunia usaha, sehingga dimungkinkan
akan terjadi persaingan usaha yang tidak sehat yang terjadi antar pengusaha lokal
maupun asing. Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan kesiapan MEA 2015
adalah kewajiban utama, karena jika tidak diantisipasi dan tidak dipersiapkan, maka
MEA 2015 berpotensi menciptakan instabilitas terhadap perekonomian nasional,
bahkan dapat merupakan ajang pencaplokan aset-aset ekonomi penting milik negara.
Persaingan usaha tidak sehat merupakan suatu persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang
dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. Perlindungan HKI sangat dibutuhkan terutama yang
terdapat pada produk yang dihasilkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) baik yang
dipasarkan di dalam maupun di dalam negeri.
Konsep perlindungan terhadap karya cipta atau ciptaan disebut dengan
perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI. Ia muncul untuk pertama
kali setelah terjadinya revolusi industri di Eropa. Khusus di bidang Hak Cipta
Qeissa Hudiev/ 2101126183
berkembang terutama setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johanes Guttenberg.
Sejak itu pencetakan buku dalam jumlah tidak terbatas dapat dengan mudah
dilakukan, sehingga secara tidak langsung telah mendorong terjadinya pelanggaran
terhadap hak cipta.
Perlindungan Pengetahuan dan Teknologi dalam hak kekayaan intelektual
terlebih khusus paten di atur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Paten. Perlindungan pengetahuan tradisional di dalam sistem hukum paten Indonesia,
yaitu: Pertama, pemerintah belum menyatakan secara tegas mengenai pengetahuan
tradisional baik yang tertulis maupun yang tidak, sebagai salah satu unsur untuk
menentukan kebaharuan dari sebuah invensi di dalam Undang-Undang Paten
Indonesia.
Kedua, pemerintah belum mendokumentasikan pengetahuan tradisional dengan
baik. Dan yang ketiga, pemerintah belum membuat peraturan yang komprehensif
tentang perlindungan pengetahuan tradisional termasuk penetapan mengenai istilah
dan ruang lingkup pengetahuan tradisional dalam hukum positif Indonesia.
Qeissa Hudiev/ 2101126183

Makkawaru, Z. (2016). Hak Kekayaan Intelektual. In Hak Kekayaan Intelektual.


https://doi.org/10.14724/2001
Ostergard, R. L. (2000). The measurement of intellectual property rights protection.
Journal of International Business Studies, 31(2), 349–360.
https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs.8490911
Ramli, A. M., Ratna Permata, R., Fauza Mayana, R., Ramli, T. S., & Lestari, A.
(2021). PELINDUNGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI SAAT COVID-19 (The
Protection of Intellectual Property on The Use of Information Technology at The
Covid-19). Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 21(1), 45–58.
http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2021.V21.045-058
Yessiningrum, W. R., Risna, W., Perlindungan, Y., Indikasi, H., Sebagai, G., & Dari,
B. (2015). Perlindungan hukum indikasi geografis sebagai bagian dari hak
kekayaan intelektual. 42–53.
Nugroho, S. (2017). Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dalam Upaya
Peningkatan Pembangunan Ekonomi Di Era Pasar Bebas Asean. Supremasi
Hukum: Jurnal Penelitian Hukum, 24(2), 164–178.
https://doi.org/10.33369/jsh.24.2.164-178
Huda, M. (2020). Konsep dan Kedudukan Hak Kekayaan Intelektual dalam Hukum
Islam. Salimiya: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 1(1), 35–48.
http://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/salimiya/article/view/87
Paten, T., Wilsen, O., & Tuuk, P. (2017). Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
(Hki) Terhadap Pengetahuan Dan Teknologi Tradisional Menurut Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten. Lex Privatum, 5(4), 122–129.
Limbu, N. (2018). Protection of Traditional Knowledge from Biopiracy: A Study with
Special Reference to Sikkim. 1–154.
Qeissa Hudiev/ 2101126183
Shavell, S. (1999). Reward versus Intellectual Property Rights. NBER Working
Papers.
Alfons, M. (2017). Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif Negara
Hukum. Legislasi Indonesia, 14(03), 1–10.
Purba, Z. U. (2017). HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL & PERSAINGAN
USAHA Ikhtisar Tiga UU Baru HaKI. Jurnal Hukum & Pembangunan, M, 85.
https://doi.org/10.21143/jhp.vol0.no0.1408
Singh, V. (2020). Intelectual Property Rights : Importance and Need for Crimial
Remedies. UGC Care Group I Listed Journal, 10(8).
Repanovici, A. (n.d.). INTELECTUAL PROPERTY AND OPEN ACCESS TO
INFORMATION policy of the RoMEO program publishers. 153–158.
Samuelson, P., Reichman, J. H., & Samuelson, P. (1997). Vanderbilt Law Review
Intellectual Property Rights in Data ? Intellectual Property Rights in Data ?
50(1).
Stiglitz, J. E. (2008). Economic foundations of intellectual property rights. In Duke
Law Journal (Vol. 57, Issue 6).

Anda mungkin juga menyukai