Patograf
a. Pengertian Partograf,
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam
kejadiankejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2011).
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan
(Siswonosudarmo, 2008).
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam pematalaksanaan
(Saifuddin, 2006).
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. (Wiknjosastro, 2008).
Sumber: ح. و. س. ع. ن. س,بارانی. (n.d.). E-book Partograf, 148, 148–162.
2. Hodge
Menurut Jenny J.S. Sondakh(2013: 66), bidang hodgedipelajari untuk menentukan
sampai dimana bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan, yaitu:
(1) Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
(2) Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
(3) Bidang Hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak
setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.
(4) Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan Hodge I, II, III, terletak setinggi os
coccygis.
Sumber:
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100051/6._BAB_II_.pdf
Perlimaan
Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
Kepala diatas PAP,
= 5/5 mudah digerakkan
Sulit digerakkan, bagian
= 4/5 H I-H terbesar kepala belum
masuk panggul
Bagian terbesar kepala
H II-III
= 3/5 belum masuk panggul
Bagian terbesar kepala
H III+
= 2/5 sudah masuk panggul
Kepala diluar dasar
H III-IV
= 1/5 panggul
Di perineum
H IV
= 0/5
Sumber:
http://eprints.umpo.ac.id/4050/3/BAB%20II.pdf
3. Perbedaan Kontraksi Palsu dan Asli
Kontraksi Palsu Kontraksi Asli
Waktu terjadinya kontraksi kontraksi palsu biasanya kontraksi asli umumnya
dimulai pada trimester terjadi saat usia
ketiga, namun ada juga ibu kandungan sudah 40
hamil yang merasakannya minggu. Jika kontraksi
di trimester kedua asli muncul sebelum usia
kehamilan. Kontraksi ini kandungan 37 minggu,
lebih sering muncul pada ibu hamil mungkin akan
siang atau sore hari, melahirkan bayi lahir
terutama setelah secara prematur.
melakukan aktivitas fisik
yang berat atau saat ibu
hamil kelelahan.
Sensasi kontraksi yang biasanya pengencangan bergerak atau berjalan
dirasakan hanya terasa di perut justru dapat
bagian bawah dan memperburuk keluhan
selangkangan. Sedangkan yang dirasakan.
pada kontraksi asli,
pengencangannya akan
terasa lebih luas, dimulai
dari punggung bawah lalu
menjalar ke seluruh bagian
perut. Beberapa wanita
menggambarkan sensasi
kontraksi asli seperti kram
menstruasi atau rasa
mulas yang sangat kuat.
Selain itu, ganti pakaian setelah menghabiskan waktu di luar ruangan, dan mandi
untuk menghilangkan alergen dari rambut dan kulit. Jangan menggantung seprai
dan pakaian di luar agar kering. Mintalah orang lain menyapu daun atau
memotong rumput.
Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/tengok-aneka-cara-mengobati-alergi-
pada-ibu-hamil-dengan-aman-berikut-ini/
Vaginitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual. Kondisi ini perlu
segera ditangani, terutama pada ibu hamil, karena berisiko menyebabkan bayi
terlahir prematur atau lahir dengan berat badan yang rendah.
Gejala Vaginitis
Gejala vaginitis sangat beragam, namun yang sering kali muncul adalah:
Penyebab Vaginitis
Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian besar kasus, vaginitis
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Keberadaan bakteri di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama jumlahnya seimbang.
Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di
vagina.
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita menderita vaginitis,
yaitu:
Diagnosis Vaginitis
Guna memastikan vaginitis, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala yang dialami pasien
dan apakah pasien pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. Kemudian, dokter akan
melakukan pemeriksaan berikut:
Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.
Pemeriksaan bagian dalam vagina, untuk melihat tanda peradangan.
Pemeriksaan sampel cairan vagina di laboratorium, untuk mengetahui penyebab vaginitis.
Pemeriksaan sampel jaringan.
Manajemen klinik
Pengobatan vaginitis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Secara umum, pengobatan
tersebut meliputi:
Terapi pengganti hormon digunakan untuk mengatasi vaginitis yang dipicu oleh penurunan
hormon estrogen.
Sedangkan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh iritasi atau alergi, dokter akan
menganjurkan pasien untuk menghindari pemicunya, misalnya sabun pembersih vagina atau
kondom berbahan dasar lateks. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk
meredakan peradangan dan gatal.
Pencegahan Vaginitis
Vaginitis dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah sederhana di bawah ini:
Bersihkan vagina dengan air tanpa menggunakan sabun, dan hindari membasuh bagian
dalam vagina.
Selalu bersihkan vagina dari arah depan ke belakang setiap kali selesai buang air, dan
pastikan menyeka vagina hingga benar-benar kering.
Hindari penggunaan benda yang bisa menyebabkan iritasi atau alergi pada vagina, seperti
pembalut yang mengandung pewangi atau sabun pembersih vagina.
Lakukan hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-
ganti pasangan.
Gunakan air hangat bila ingin berendam, jangan air yang terlalu panas.
Pilih celana dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.
Kontrol kadar gula darah bila menderita diabetes.
Sumber https://www.alodokter.com/vaginitis
9. Mengetahui DJJ noral dan tidak normal
Denyut jantung janin merupakan prediktor vital janin, hasil DJJ normal
berubah seiring dengan perkembangan kehamilan, fluktuasi DJJ juga normal.
Diawal kehamilan DJJ berfluktuasi secara konstan tetapi selama trimester ke
III menjadi lebih stabil. Pedoman internasional merekomendasikan bahwa
baseline denyut jantung janin normal berada di kisaran 110 dan 150 bpm.
Menurut Pilder rentang DJJ normal dapat diperkirakan terletak antara 120 dan
160 bpm.13 Selama trimester ke III DJJ relatif stabil. Denyut jantung janin
melambat sedikit selama trimester III (sebelum) persalinan tetapi masih stabil
sekitar dua kali detak jantung orang dewasa. Pada kehamilan beresiko tinggi
DJJ dimonitor selama persalinan.14 Denyut jantung janin dalam kasus
kehamilan jangka penuh adalah sekitar 140 denyut/menit (rata-rata DJJ)
selama persalinan, DJJ tidak normal Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengukuran nilai DJJ menggunakan Fetal Doppler perlu diperkuat dengan
pemeriksaan USG, dimana pada beberapa kasus tampak nilai DJJ yang tidak
normal terdeteksi oleh fetal Doppler tetapi setelah pemeriksaan USG masih
dalam batas normal. Salah satu hasil yang diperoleh yaitu pemeriksaan pasien
dengan nilai DJJ menurut Fetal Doppler adalah 196 bpm (tidak normal)
sedangkan diagnosa pemeriksaan USG adalah 148 bpm (normal). Nilai DJJ
yang rendah maupun tinggi (tidak normal) biasanya mengindikasikan adanya
kelainan jantung pada janin baik yang riskan terhadap penyakit jantung
bawaan maupun terhadap kelahiran yang tidak normal. Penilaian kenormalan
DJJ pada setiap pasien utamanya yang dikategorikan oleh salah satu alat tidak
normal kebanyakan diperkuat dengan riwayat klinis pasien antara lain adanya
keluhan Abortus Immenens yaitu terjadinya pendarahan yang kontinu pada
masa kehamilan tetapi janin masih dapat dipertahankan, serta adanya keluhan
placenta previa yaitu letak placenta yang sangat rendah juga dapat
berpengaruh negative pada kondisi janin.
Sumber:
1. file:///C:/Users/User/Downloads/151-Article%20Text-299-1-10-20181129.pdf
2. http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZDg2OWNj
Yzk5YTg1MTc1ODc1YzZhZWM2ZjQxZjIxOWI2YTg0ZWJmMg==.pdf
10. Cara mengukur tfu
Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir berat janin ketika masih
di dalam uterus. Berta badan janin mempunyai arti yang sangat penting dalam
pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan persalinan. Apabila
mengetahui berat badan janin yang akan dilahirkan, maka bidan dapat
menentukan saat rujukan, sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan.
Berat badan bayi yang sangat kecil atau sangat besar berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi selama masa persalinan dan nifas. Selain itu,
dengan mengetahui taksiran berat janin, penolong persalinan dapat
memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan atau tidak
(Kusmiyati, 2008).
Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat janin. Namun yang
paling sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan ultrasonografi, dan
pengukuran tinggi fundus uteri. Faktor-faktor yang berpengarauh terhadap
pengukuran dan diperkirakan sulit untuk dapat dikoreksi dalam penaksiran
berat badan janin ialah seperti tumor rahim, polihidramnion, plasenta previa,
kehamilan ganda dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas,
kondisi selaput ketuban, penurunan bagian terbawah janin (Bioeman, 2005). a.
Pemeriksaan Ultrasonografi Pemeriksaan USG merupakan suatu metode
diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari
morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang
uktrasonik dan dipantulkan oleh organ (Prawirohardjo, 2009). Penentuan berat
badan janin dengan USG menggunakan beberapa parameter, seperti Biparietal
Diameter (BPD), Femur Length (FL), Abdominal Circumferefnce (AC), Cross
Sectional Area of Thigh 9 (CSAT). Saat ini, penggunaan USG oleh para
penyedia pelayanan kesehatan telah banyak digunakan untuk memantau
tumbuh kembang dan merupakan suatu cara yang modern dalam memprediksi
kesejahteraan janin dalam uterus. Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan.
Pemeriksaan ultrasonografi masih terbatas pada PMB tertentu. Alat ini
diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin, termasuk memantau
suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat janin. Dengan
demikian diperlukan suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat
badan janin dimana fasilitas USG tidak tersedia. Pada prinsipnya pengguna
USG baik 2D, 3D bahkan 4D, tidak menimbulkan efek samping pada
kehamilan. Pemakaian alat USG baik 2D, 3D dan 4D pada pemakai (user)
yang mengerti dan paham akan membawa arah diagnosis ke suatu kelainan
janin atau penyakit janin yang lebih jelas, tetapi USG yang dilakukan hanya
untuk koleksi perkembangan janin (Morse, 2009).
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)
merupakan salah satu dari 10T yaitu kebijakan program pemerintah untuk
menurunkan angka kematian ibu, dimana pengukuran TFU adalah indikator
untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin. Tinggi fundus uteri (TFU) dapat
digunakan untuk menentukan usia kehamilan atau menentukan taksiran berat
badan janin (TBJ). TFU diukur dengan methelin dari fundus ke simfisis pubis.
Cara pengukurannya dengan menggunakan methelin, 10 dengan titik nol
diletakkan di atas simfisis pubis, lalu ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil
(Kamariyah, 2014).
- pengukuran tinggi fundus uteri
Pengukuran TFU (tinggi fundus uteri) merupakan salah satu metode
pengukuran yang dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga,
dengan cara mengukur perut ibu dari simfisis pubis hungga fundus uteri
menggunakan pita ukur. Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur ini
pertama kali diperkenalkan di Amerika oleh Mc. Donald pada tahun 1906-
1910, sehingga dikenal juga dengan sebutan ‘pengukuran Mc. Donald’. Selain
metode ini, ada juga pengukuran lain yaitu teknik pengukuran Caliper. Teknik
ini menggunakan jangka lengkung (Caliper),
pengukuran dilakukan dengan meletakkan salah satu ujung Caliper di
vagina ibu, sedangkan ujung yang lainnya di fundus. Karena pemeriksaan ini
menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu dan berisiko terjadinya infeksi,
maka jarang digunakan (Irianti, dkk. 2015). The American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan The Public Health Service
Expert Panel (1989) melakukan advokasi untuk merekomendasikan
pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur ini menjadi pemeriksaan
rutin pada kunjungan prenatal. Pengukuran TFU ini didasarkan pada
perubahan anatomi dan fisiologi uterus selama kehamilan, fundus menjadi
nampak jelas di abdominal dan dapat diukur. Sehingga pertumbuhan uterus
dapat dijadikan variabel penanda pertumbuhan janin (Irianti, dkk. 2015).
Beberapa rumus yang pernah digunakan dan dipertimbangkan adalah
penggunaan rumus Johnson Tausack dan rumus Niswander. Namun dalam
penggunaan klinis seharihari, metode yang sering dan mudah digunakan
adalah Johnson Tausack, selain itu keakuratannya dapat dipertimbangkan.
Rumus tersebut hanya dapat digunakan pada presentasi kepala, dimana
pemeriksa sebelumnya melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, turunnya
kepala dan dimasukkan kedalam rumus (Damayanti, 2009).
Sumber:
http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1402450078/BAB_II.pdf
11. Pemeriksaan VT
a. Pengertian Vaginal Toucher (VT)
Menurut Price dan Wilson (2007) Vaginal Toucher (VT) adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam liang
senggama untuk mengetahui:
1) Pasien yang baru datang, sudah inpartu/belum
2) Menetapkan titik awal suatu persalinan
3) Menetapkan ramalan perjalanan persalinan
Selanjutnya VT dilakukan berdasarkan indikasi, hal ini penting untuk
mencegah timbulnya infeksi.
b. Indikasi vaginal toucher (VT):
1) Bila ketuban pecah sebelum waktunya.
2) Untuk mengevaluasi pembukaan cervik uteri.
3) Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan.
4) Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam.
c. Kontra indikasi vaginal toucher (VT):
1) Pasien hamil dengan perdarahan pervagina
2) Adanya infeksi daerah genetalia
d. Hal-hal yang diperhatikan saat VT :
1) Pencegahan infeksi
(a) Terhadap diri sendiri
(1) Pakai sarung tangan steril
(2) Bidan/tenaga kesehatan kemungkinan besar terkena infeksi
(b) Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim
(1) Lakukan vulva higiene dengan benar.
(2) Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri.
(3) Masukkan jari tengah dan jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan
tidak boleh dikeluarkan sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi.
e. Yang dicari saat VT menurut Rohani (2011) adalah :
1) Perabaan serviks
(a) Lunak atau kaku
(b) Pendataran (effacement)
(c) Tebal tipisnya
(d) Pembukaan
(e) Kemana arah cerviks
2) Ketuban
(a) Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak dalam his
(b) Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah anak
sudah didasar panggul, bisa dipecahkan
3) Bagian terendah anak dan posisinya
(a) Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun
(b) Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubunubun
kecil/besar
(c) Penurunan sesuai dengan bidang Hodge
(d) Apakah terdapat caput suksedaneum dan seberapa besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
(e) Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala: misal
tangan/lengan menumbung, atau tali pusat
(f) Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya
4) Periksa ukuran-ukuran dalam panggul Keadaan panggul diperkirakan
normal bila :
(a) Persalinan spontan bayi hidup, aterm
(b) Primigravida hamil 36 minggu kepala sudah masuk PAP
Ukuran-ukuran panggul yang diperhatikan :
(a) Apakah promontorium teraba atau tidak
(b) Apakah lineainominata teraba sebagian atau seluruhnya
(c) Apakah os sakrum konkaf
(d) Bagaimana keadaan dinding samping panggul
(e) Apakah spina ischiadika menonjol/tidak
(f) Keadaan arcuspubis, Bagaimana keadaan dasar panggul?
5) Keadaan abnormal/patologis
(a) Terdapat tumor atau terjai penyempitan vagina
(b) Kekakuan cerviks: mengganggu pembukaan
(c) Arah dan panjang cerviks
(d) Tumor yang menghalangi penurunan bagian terendah
(e) Keadaan abnormal tulang panggul, deformitas jalan lahir
6) Pemeriksaan keadaan rongga panggul dengan periksa dalam
a. Menilai ukuran melintang dari PBP
(1) Masukkan kedua jari pada liang sanggama, tekankan pada Marcus
pubis. Regangan 2 jari tadi apakah masih dapat ditambah 1 jari lagi.
(2) Bila dapat : keadaan normal sudut lengkung kemaluan > 90◦
b. Meraba promontorium Dicoba dengan 2 jari yang ada di liang
sanggama, bila promontorium dapat dicapai, ada dugaan kesempitan panggul
Normal : promontorium tidak tercapai
c. Meraba lineainominata Diperiksa apakah linea inominata teraba
seluruhnya. Bila ya maka dugaan panggul sempit
d. Meraba tulang kelangkang Diperiksa cekungan tulang kelangkang dan
apakah tulang tungging (koksigis) menonjol kedepan. Normal : tulang kelangkang
cekung 2 arah : dari atas kebawah dan dari kiri ke kanan.
e. Meraba ligamentums akrospinosum Diukur panjangnya ligamentum
sakrospinosum. Normal : panjang 2 jari atau lebih, bila kurang 2 jari maka dugaan
panggul sempit
f. Meraba spina ischiadika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit
to user Diperiksa spinaischiadika menonjol. Jarak antara spina ischiadika
memberi gambaran tentang keadaan panggul tengah.
g. Mengukur conjugata diagonalis
(1) Bila promontorium tercapai dengan jari yang berada di liang sanggama
diukur conjugata diagonalis yaitu dari pinggir bawah symphisis sampai
promontorium.
(2) Ukuran conjugata diagonalis memberi perkiraan conjugata vera dengan
mengurangi ukuran conjugata diagonalis – 1,5 cm. Normal conjugata diagonalis :
12,5 cm/lebih.
7. Langkah-langkah pemeriksaan dalam menurut Depkes RI (2007) yaitu :
(a) Persiapan alat
1. Apron / schort
2. Sabun dan air mengalir
3. Tempat tidur
4. Selimut
5. Sarung tangan steril / DDT
6. Kapas DDT dalam tempatnya
7. Air DDT dalam tempatnya
8. Tempat sampah
9. Ember berisi larutan klorin 0,5%
10. Status pasien dan alat tulis
(b) Prosedur kerja
1. Siapkan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dalam
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Bantu ibu dalam posisi dorsal rekumben (telentang dengan kaki ditekuk
pada lutut dan kedua kaki menapak tempat tidur)
4. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan keringkan dengan
handuk
5. Memakai sarung tangan DDT
6. Bersihkan labia dengan menggunakan gulungan kapas DDT yang
dicelupkan ke air DDT
7. Lakukan pemeriksaan untuk menentukan beberapa hal berikut :
(a) Serviks kaku atau lunak
(b) Serviks sudah mendatar atau belum
(c) Bibir serviks tebal atau tipis
(d) Perkiraan pembukaan
(e) Ketuban + / -
(f) Penurunan kepala, posisi uuk / uub
(g) Pastikan tidak teraba bagian-bagian kecil dari janin 8. Keluarkan kedua
jari jika pemeriksaan telah selesai. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam dalam
larutan tersebut.
9. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih
10.Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman
11.Catat dalam status pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan pada keluarga
Sumber: file:///C:/Users/User/Downloads/Ratna%20K%20bab%20II.pdf