Anda di halaman 1dari 27

1.

Patograf
a. Pengertian Partograf,
 Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam
kejadiankejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2011).
 Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan
(Siswonosudarmo, 2008).
 Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam pematalaksanaan
(Saifuddin, 2006).
 Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. (Wiknjosastro, 2008).
Sumber: ‫ ح‬.‫ و‬.‫ س‬.‫ ع‬.‫ ن‬.‫ س‬,‫بارانی‬. (n.d.). E-book Partograf, 148, 148–162.

b. Cara membaca partograph


1. Merekam Informasi Tentang Ibu
Melengkapi informasi bagian atas pada partograf secara teliti. Perhatikan
kemungkinan ibu datang pada fase laten. Seluruh informasi tersebut berupa informasi
ibu seperti nama dan informasi kehamilan. Informasi rekam medis juga tersedia pada
kolom atas partograf. Tanggal dan waktu kedatangan serta pencatatan waktu jika
selaput ketuban pecah.[1]
2. Kondisi Janin
Tepat dibawah informasi tentang ibu terdapat bagian untuk pencatatan denyut jantung
janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan tulang kepala janin (Molase).[1]
 Denyut Jantung Janin (DJJ)
Setiap satu kotak kecil menunjukan waktu 30 menit. Pencatatan DJJ ialah setiap 30
menit pada persalinan yang dianggap normal, namun penambahan frekuensi
pemeriksaan DJJ dapat ditambah sesuai indikasi. Tandai DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka denyut jantung janin. Kemudian hubungkan
titik tersebut pada titik berikutnya dengan garis lurus. DDJ berkisar 100-180
kali/menit, ditandai dengan garis tebal pada partograf. Waspadai kurang dari 120
(bradikardi) dan diatas 120 (takikardi).[1]
 Air Ketuban
Pencatatan kondisi ketuban setiap melakukan pemeriksaan ditandai dengan lambang
sebagai berikut;
U: Utuh, selaput ketuban masih utuh
J: Jernih, selaput ketuban pecah dan air ketuban
M: Mekonium, air ketuban bercampur dengan feses bayi
D: Darah, air ketuban bercampur darah
K: Kering, tidak didapatinya cairan ketuban
 Penyusupan Tulang Kepala Janin (Molase/Molding).
Pencatatan penyusupan antar tulang kepala janin berada tepat di bawah kolom air
ketuban, pemeriksaan ini dilakukan setiap 4 jam sekali. Pencatatan penemuan
menggunakan lambang-lambang berikut ini:
0: Sutura terpisah
1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki
3: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Molase merupakan indikator yang memberikan gambaran kepada petugas medis
dalam mengetahui seberapa sanggup kepala bayi menyesuaikan diri dengan tulang
panggul ibu. Semakin besar nilai tumpang tindih antara tulang kepala menunjukan
risiko disproporsi kepala panggul (CPD). Apabila ada dugaan CPD maka penting
untuk memantau kondisi janin dalam kemajuan persalinan.[1]
3. Kemajuan Persalinan
Pada kolom berikutnya setelah pencatatan kondisi janin merupakan kolom kemajuan
persalinan yang terdiri dari pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah janin.
 Pembukaan Serviks
Pada kolom besar kedua pada partograf adalah grafik dimana pencatatan kemajuan
dilatasi serviks ditandai dengan tanda ‘X’. Angka 0-10 dapat terlihat di sebelah kiri
kolom. Angka tersebut masing-masing mewakili dilatasi sebanyak 1 cm. Di
sepanjang bawah grafik terdapat angka 0-24 yang menyatakan jam. Pada ibu yang
datang saat fase aktif, pencatatan dilatasi serviks ditandai pada garis waspada. Jika
persalinan berjalan dengan baik, maka pencatatan titik “X” biasanya berada pada
sebelah kiri garis waspada.[1,5]
 Penurunan Bagian Terbawah Janin
Pada kolom yang mencatat penurunan bagian terbawah janin angka 1-5 disesuaikan
dengan metode perlimaan. Pencatatan ini didokumentasikan menggunakan lambang
‘O’. Lakukan pemeriksaan leopold terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
VT (Vaginal Toucher) atau pemeriksaan dalam karena kaput besar dapat memberikan
penilaian yang salah.[1]
Hal yang perlu diperhatikan pada kolom ini saat memonitor dilatasi serviks adalah
jika penandaan X mulai bergerak kearah kanan kolom. Karena jika penandaan
pembukaan serviks mengarah kearah garis bertindak yang berjarak 4 jam dari garis
waspada maka hal ini dapat menunjukan adanya keadaan yang menyulitkan
persalinan.[1,3]
 Kontraksi Uterus
Kolom kontraksi uterus berada tepat di bawah kolom untuk pencatatan penurunan
bagian terbawah janin. Pencatatan kolom kontraksi uterus dilakukan setiap 30 menit
sekali selama 10 menit. Selama 10 menit petugas medis akan mencatat berapa kali
kontraksi yang terjadi selama 10 menit serta berapa lama kontraksi dalam hitungan
detik.[1] Pencatatan menggunakan simbol sebagai berikut;
1. Tandai kotak dengan titik-titik untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama
<20 detik.
2. Tandai kotak dengan garis-garis untuk hasil kontraksi yang berlangsung
selama 20-40 detik
3. Arsir penuh kotak untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama >40 detik[1]
4. Kondisi Ibu
Pada kolom pencatatan kondisi ibu, denyut nadi yang diperiksa selama 30 menit.
Tekanan darah dan suhu diperiksa setiap 4 jam. Hasil pemeriksaan laboratorium urin
juga dicatat dalam partograf, pemeriksaan meliputi produksi urin, adanya aseton atau
protein. Berikut merupakan simbol khusus pada kolom partogram untuk pemeriksaan
kondisi ibu.[1]
“∙”: Simbol pencatatan denyut nadi ibu
“∧”: Simbol pencatatan tekanan darah sistolik ibu
“∨”: Simbol pencatatan tekanan darah diastolik ibu
5. Kolom Khusus Tersedia untuk Pencatatan Terapi Pemberian seperti Oksitosin dan
Pemberian Obat-obatan serta Cairan Infus.
Sebagai follow up partograf, partograf dapat mengidentifikasikan distosia persalinan
seperti persalinan yang lama dan persalinan yang macet. Perubahan grafik pada
partograph terlihat dari dokumentasi pembukaan serviks pada partograf yang berada
diantara garis waspada dan bertindak, atau dokumentasi sudah memotong garis
bertindak [1,3,4]. Persalinan tidak adekuat yang terlihat dari partograph tersebut
berupa pola-pola berikut ini;
1. Protraction disorder atau perkembangan persalinan yang lebih lambat dari
normal
2. Arrest disorder atau terhentinya proses kemajuan persalinan
3. Persalinan presipitatus yaitu persalinan berlangsung sangat cepat yang
berlangsung kurang dari 3 jam[1]
Kriteria untuk protraction disorder dibagi menjadi 2 yaitu dilatasi serviks dan
desensus (penurunan).
 Dilatasi Serviks
Kurang dari 1,2 cm/jam untuk primipara
Kurang dari 1,5 cm/jam untuk multipara
 Desensus atau Penurunan
Kurang dari 1cm pada primipara
Kurang dari 2cm pada multipara
Kriteria untuk arrest disorder juga dibagi menjadi tidak ada dilatasi dan tidak ada
penurunan
 Tidak Ada Dilatasi
Tidak adanya pembukaan selama lebih dari 2 jam pada nulipara dan multipara
 Tidak Ada Penurunan
Tidak adanya penurunan selama 1 jam atau lebih pada nulipara dan multipara.[1]
Sumber:
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/obstetrik-dan-
ginekologi/partograph/teknik

2. Hodge
Menurut Jenny J.S. Sondakh(2013: 66), bidang hodgedipelajari untuk menentukan
sampai dimana bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan, yaitu:
(1) Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
(2) Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
(3) Bidang Hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak
setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.
(4) Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan Hodge I, II, III, terletak setinggi os
coccygis.
Sumber:
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100051/6._BAB_II_.pdf
 Perlimaan
Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
Kepala diatas PAP,
= 5/5 mudah digerakkan
Sulit digerakkan, bagian
= 4/5 H I-H terbesar kepala belum
masuk panggul
Bagian terbesar kepala
H II-III
= 3/5 belum masuk panggul
Bagian terbesar kepala
H III+
= 2/5 sudah masuk panggul
Kepala diluar dasar
H III-IV
= 1/5 panggul
Di perineum
H IV
= 0/5
Sumber:
http://eprints.umpo.ac.id/4050/3/BAB%20II.pdf
3. Perbedaan Kontraksi Palsu dan Asli
Kontraksi Palsu Kontraksi Asli
Waktu terjadinya kontraksi kontraksi palsu biasanya kontraksi asli umumnya
dimulai pada trimester terjadi saat usia
ketiga, namun ada juga ibu kandungan sudah 40
hamil yang merasakannya minggu. Jika kontraksi
di trimester kedua asli muncul sebelum usia
kehamilan. Kontraksi ini kandungan 37 minggu,
lebih sering muncul pada ibu hamil mungkin akan
siang atau sore hari, melahirkan bayi lahir
terutama setelah secara prematur.
melakukan aktivitas fisik
yang berat atau saat ibu
hamil kelelahan.
Sensasi kontraksi yang biasanya pengencangan bergerak atau berjalan
dirasakan hanya terasa di perut justru dapat
bagian bawah dan memperburuk keluhan
selangkangan. Sedangkan yang dirasakan.
pada kontraksi asli,
pengencangannya akan
terasa lebih luas, dimulai
dari punggung bawah lalu
menjalar ke seluruh bagian
perut. Beberapa wanita
menggambarkan sensasi
kontraksi asli seperti kram
menstruasi atau rasa
mulas yang sangat kuat.

Lamanya kontraksi Kontraksi palsu biasanya Kontraksi palsu biasanya


berlangsung dalam waktu berlangsung dalam
yang bervariasi, bisa waktu yang bervariasi,
selama kurang dari 30 bisa selama kurang dari
detik sampai sekitar 2 30 detik sampai sekitar 2
menit, dengan interval menit, dengan interval
yang tidak yang tidak
teratur. Sedangkan teratur. Sedangkan
kontraksi asli umumnya kontraksi asli umumnya
hanya berlangsung sekitar hanya berlangsung
30 hingga 70 detik, namun sekitar 30 hingga 70
jarak waktu detik, namun jarak
antarkontraksinya teratur waktu antarkontraksinya
dan semakin pendek teratur dan semakin
seiring waktu. pendek seiring waktu.
Sumber: https://www.alodokter.com/ini-dia-cara-membedakan-kontraksi-asli-dan-palsu
 Penyebab kontraksi palsu
Terjadinya kontraksi palsu atau yang disebut dengan patofisiologi pada kontraksi
palsu atau Braxton hicks yaitu hormon progesterone dan estrogen yang tidak
seimbang. Sehingga hipofise parst posterior mengelurkan oksitosin. (Eka
Purnama Sari, 2014). Braxton Hicks yang berkelanjutan bisa berdampak pada ibu,
janin dan kehamilan. Dampak yang bisa terjadi pada ibu yaitu, aktivitas ibu
terganggu, ibu kurang istirahat yang bisa menyebabkan ibu menjadi mudah lelah.
Pada kehamilan bisa terjadi prematur kontraksi sehingga menyebabkan persalinan
prematur juga terjadinya ruptu uteri. Adapun dampak yang bisa terjadi pada janin
yaitu hipoksia karena terjadinya kontraksi juga bisa menyebabkan bayi lahir
prematur.Perbedaan antara kontraksi palsu dengan premature kontraksi atau
kontraksi persalinan yaitu, pada premature kontraksi terjadi pada awal trimester
III yaitu, pada kontraksi persalinan atau premature kontraksi terjadinya tanda
persalinan seperti adanya bercak darah atau keluar air-air. Namun, pada Braxton
hicks atau kontraksi palsu tidak disertai tanda persalinan. (Wibowo, 2018)
Sumber: http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1923/AI
%20YENNI%20NURMALASARI_-1-47.pdf?sequence=1&isAllowed=y
4. Menilai Rentang Waktu Pembukaan
Menurut Sarwono (2005), pe/failinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu
 Kala I (kala pembukaan)
Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada
primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
Terdapat 2 fase pada kala sat, yaitu
1). Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai
berjalan secura progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga
pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-
8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali
2). Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan
mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm
dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi
selama akhir fase aktif dan sclama kala dua persalinan
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain
(1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
(2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm (3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005),
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu
bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya
pada penolong,
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi,
Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan. Jika
berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban I sudah pecah,
wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring, Periksa dalam pervaginam
dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi,
apalagi jika dilakukan tapa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang
mengedan arena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu.
Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 em
2. Kala Il (Kala pengeluaran janin)
Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala Il adalah bu
merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan
tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva vagina dan
sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah Pada kala Il his
terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turn
masuk rung panggul sehingga torjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang, secara
reflektorie timbal rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air
bear dengan tanda anus terbuka, Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva
membuka dan perenium meregang, Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah
kepala dengan diikuti seluruh badan janin,
Kala II pada primi : 1¼ - 2 jam, pada multi ¼ - 1 jam (Mochtar, 2002), Pad
permulat Kala I, umumnya kepala janin telatt masuk PA.P ketuban yang menonjol
biasanya akan pecah sendiri, Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan, His datang
lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla hismengedan, Penolong harus telah sip untuk
memimpin persalinan Ada 2 cara ibu mengedan:
1 Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua
lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada, Mulut
dikatup
2 Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya punggung
janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin
telah sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala
kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang, Penolong
harus menahan perinium dengantangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril
supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan
episiotomi, Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi
ke dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 aral
irisan, yaitu medialis/- mediolateralis dan lateralis.
Tujuan episiotomy adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak
teratur dan robekan pada m. spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik
akan menyebabkan inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan
mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga ibu untuk
melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan rupture uteri, atonia
uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.Ketika p&rinium meregang
dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus,
tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait dagu
janin untuk di dorong pelan- pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan
sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun keeil (suboksiput) di bawah simfisis sebagar
hipomoklion, kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), ahi,
muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit Icher, kalau ada, lepaskan. Kepala
akan mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik
kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan-menarik kepala
ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan- pelan ke arah simfisis
(atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua
ketiak janin. Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan
kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat sudut
30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir disap dengan
pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu
digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau bemgmg atau
klem plastik schingga tidak ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu:
kontraksi atau palpasi rahim, kandun kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung
kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan
kelahiran uri.
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa
atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi funds, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba-tiba Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus
teraba keras dengan funds uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2
kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.
Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terkgrong ke dalam vagina akan lahir spontan
atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002) . Manajemen aktif kala III meliputi
pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan
uterus segera setelah plasenta lahir.
4. Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa funds uteri
setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi
tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung
kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam
kedua. Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi,
Higene juga perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk
meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena
menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A. Alimul HI. 2008).
Sumber: http://repository.unair.ac.id/29448/9/14.%20BAB%202%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
 Pengertian
Proses pembukaan atau yang juga dikenal dengan nama dilatasi menjadi salah satu
cara bagi dokter kandungan atau bidan untuk melacak waktu saat ibu melahirkan. Proses
pembukaan persalinan biasa dihitung dengan angka 1-10. Namun, jangka waktu dari
terbukanya serviks hingga tiba waktunya melahirkan dapat berbeda pada setiap ibu hamil.
Ada ibu hamil yang serviksnya masih tertutup, tetapi secara cepat pembukaan
berkembang dari 1 hingga 10 dan siap melahirkan dalam hitungan jam. Ada juga ibu
hamil yang mengalami pembukaan kehamilan 1 sampai 10 selama berhari-hari.
Sumber:
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/tanda-pembukaan-persalinan-melahirkan/

5. Mengecek Portio Melalui VT


7. Langkah-langkah pemeriksaan dalam menurut Depkes RI (2007) yaitu :
(a) Persiapan alat
1. Apron / schort
2. Sabun dan air mengalir
3. Tempat tidur
4. Selimut
5. Sarung tangan steril / DDT
6. Kapas DDT dalam tempatnya
7. Air DDT dalam tempatnya
8. Tempat sampah
9. Ember berisi larutan klorin 0,5%
10. Status pasien dan alat tulis
(b) Prosedur kerja
1. Siapkan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dalam
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Bantu ibu dalam posisi dorsal rekumben (telentang dengan kaki ditekuk
pada lutut dan kedua kaki menapak tempat tidur)
4. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan keringkan dengan
handuk
5. Memakai sarung tangan DDT
6. Bersihkan labia dengan menggunakan gulungan kapas DDT yang
dicelupkan ke air DDT
7. Lakukan pemeriksaan untuk menentukan beberapa hal berikut :
(a) Serviks kaku atau lunak
(b) Serviks sudah mendatar atau belum
(c) Bibir serviks tebal atau tipis
(d) Perkiraan pembukaan
(e) Ketuban + / -
(f) Penurunan kepala, posisi uuk / uub
(g) Pastikan tidak teraba bagian-bagian kecil dari janin 8. Keluarkan kedua
jari jika pemeriksaan telah selesai. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam dalam
larutan tersebut.
9. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih
10.Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman
11.Catat dalam status pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan pada keluarga
Sumber:
https://unipasby.ac.id/ckeditor/images media/1524061514_SOP%20PERIKSA%20DALAM.pdf
6. Cara mengatasi Alergi
Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi dengan cara yang sama
terhadap zat yang tidak berbahaya seperti serbuk sari atau bulu binatang. Garis
pertahanan pertama adalah menghindari kontak dengan zat yang memicu alergi
pada ibu hamil. Jika sang ibu alergi terhadap serbuk sari, jamur, atau debu polusi,
misalnya, ikuti langkah-langkah ini untuk mengurangi paparannya. Alih-alih
membuka jendela, gunakan AC. Bersihkan filter di unit rumah sebulan sekali.
Hindari aktivitas di luar ruangan ketika jumlah alergen tinggi .

Selain itu, ganti pakaian setelah menghabiskan waktu di luar ruangan, dan mandi
untuk menghilangkan alergen dari rambut dan kulit. Jangan menggantung seprai
dan pakaian di luar agar kering. Mintalah orang lain menyapu daun atau
memotong rumput.

Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/tengok-aneka-cara-mengobati-alergi-
pada-ibu-hamil-dengan-aman-berikut-ini/

7. Langkah agar ibu rileks sebelum bersalin

a. informasi tentang persalinan. Diharapkan wanita hamil sudah


mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan (Sumarah, dkk, 2009)
Informasi ialah idealnya seorang wanita hamil sudah melakukan hubungan
dengan seorang bidan/penolong persalinan tertentu agar mendapatkan
informasi secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan secara
bebas akan meminta informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan
mendapat informasi sebanyak yang di inginkan. Diupayakan informasi
tersebut diberikan secara informal dan rileks, dan informasi diberikan secara
individu.
b. Mengurangi kecemasan ialah meskipun banyak wanita yang mungkin akan
merasa sedikit takut tentang beberapa aspek dan kehamilan dan persalinan,
tetapi ada juga wanita yang tidak merasa takut akan kehamilan dan persalinan.
Sering wanita hamil menerima informasi yang salah dan tepat pada saat ia
dalam keadaan yang rentan, sehingga akan menghantui dan menyebabkan rasa
takut meningkat. Oleh karena itu disarankan pada semua wanita hamil untuk
tidak segan-segan mencari informasi pada sumber yang jelas.
c. Keikutsertaan dalam perencanaan ialah rencana persalinan sekarang sudah
semakin popular. Rencana persalinan dibuat oleh wanita hamil bersama bidan
yang akan memberi pertolongan pada saat persalinan. Pasanganpasangan yang
bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan yang dikehendaki akan lebih
tenang dalam menghadapi persalinan. Bidan harus ingat bahwa pasangan yang
pasangan-pasangan tersebut berpendapat bahwa sebuah rumah sakit bagaikan
benda asing, lingkungan yang belum dikenal dan sangat berhubungan sakit
dan mati.
d. Berkenalan dengan staf ialah berkenalan dengan staf dan ruangan untuk
bersalin serta melihat-lihat lingkungan akan sangat berguna bagi wanita hamil.
Pengguaan alat dijelaskan dengan jelas akan mengurangi rasa takut.
Pendekatan secara intim terhadap asuhan yang dirancang agar dapat mengikat
kesinambungan asuhan dari sipemberi asuhan kepada setiap wanita agar ia
mendapatkan rasa aman bahwa akan bertemu dengan orang-orang yang sudah
dikenal selama kontak dengan penyedia jasa persalinan. (Sumarah, dkk, 2009)
Dalam perawatan persalinan ada beberapa pemenuhan kebutuhan secara fisik
dan psikologis ibu selama persalinan (Sumarah, dkk, 2009):
1. Kebutuhan fisik
a. kebersihan dan kenyamanan ibu dalam inpartu akan merasa sangat panas
dan berkeringat oleh karena itu ibu akan membutuhkan kesempatan untuk
mandi atau bersiram, hal ini dapat dilakukan bila ibu masih memungkinkan
untuk berjalan. Tetapi bagi ibu yang sudah tidak mungkin untuk melakukan,
maka peran bidan dan keluarga untuk membantunya dengan dengan menyeka
dengan waslap yang dibasahi dengan air dingin pada muka, leher dan tangan
serta bagian kemaluan dibersihkan dengan kapas lembab. Demikian juga baju
yang basah karena keringat atau air ketuban perlu diganti dengan yang bersih.
Mulut dapat disegarkan dengan kumur-kumur atau gosok gigi.
b. Posisi ialah dalam kehamilan ibu sudah aktif berproses dalam menghadapi
persalinan misalnya ibu sudah senam, latihan jalan-jalan, jongkok, ibu akan
menggunakan posisi tidur senyaman mungkin yang telah dilakukan selama
kehamilan seperti jongkok, merangkak atau berdiri. Hal ini akan
meningkatkan keinginan merubah posisi pada saat persalinan karena sudah
dilatih pada saat hamil. Hal ini juga merupakan satu upaya untuk mengatasi
kontraksi bila dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah melatih pada saat
hamil. Tempat tidur untuk persalinan dirancang secara khusus yang dapat
diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Posisi alternatif yang digunakan dalam
persalinan adalah menghindari posisi telentang, ibu berusaha untuk
menggunakan posisi senyaman mungkin.
c. kontak fisik ialah selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap-
cakap tetapi ibu akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Keluarga
hendaknya didorong untuk mau berpegangan tangan, menggosok-gosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan air dingin menggunakan waslap
atau dengan mendekapnya atau mengelus-elus perutnya, memijat kaki atau
teknik-teknik lain yang Serupa. bila memungkinkan dilakukan ransangan pada
puting susu dan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosin dan kelenjar
pituitrin yang akan merangsang kontraksi menjadi semakin kuat, secara
alamiah. Keluarga didorong untuk membantu merubah posisi tidur ibu. Bidan
hendaknya peka akan keinginan pasangan dan menghormatinya.
d. Pijatan ialah ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama
persalinan mungkin merasa pijatan akan sangat meringkan keluhan. Bidan/
keluarga dapat melakukan pijatan melingkar di daerah lumbosarkalis,
menekan daerah lutut dengan posisi ibu duduk, atau mengelus-elus di daerah
perut.
e. Perawatan kandung kemih ialah keinginan untuk berkemih pada ibu inpartu
sering terganggu dengan adanya kontraksi, oleh karena itu pengamatan
terhadap kandung kemih haruslah diperhatikan karena dapat menghambat
turunnya bagian terendah janin dan kontraksi uterus. Setiap 4 jam kandung
kemih harus dikontrol dan diupayakan ibu dapat kencing sendiri dengan
mencoba untuk kencing di pispot dengan disiram dengan air dingin atau
diransang dengan membuka kran agar meransang ibu untuk ingin kencing.
2. kebutuhan Psikologi Ibu yaitu pada ibu hamil terjadi perubahan psikologi,
demikian juga pada ibu bersalin. Perubahan psikologi pada ibu bersalinan
merupakan hal yang wajar, hampir semua ibu mengalaminya tergantung
kepekaan dari setiap individu. Meskipun demikian ibu memerlukan
bimbingan dari keluarga dan petugas penolong persalinan, agar ibu dapat
menerima keaadaan yang terjadi dan dapat memahami sehingga ibu dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
Sumber: http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1432322&val=4130&title=PERSIAPAN%20PERAWATAN
%20PERSALINAN%20IBU%20PRIMIPARA%20DAN%20MULTIPARA
8. Kelainan pada dinding vagina

Vaginitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual. Kondisi ini perlu
segera ditangani, terutama pada ibu hamil, karena berisiko menyebabkan bayi
terlahir prematur atau lahir dengan berat badan yang rendah.

Gejala Vaginitis

Gejala vaginitis sangat beragam, namun yang sering kali muncul adalah:

 Keputihan berwarna putih atau kuning kehijauan yang berbau tidak sedap


 Gatal di area vagina atau di sekitarnya, misalnya pada vulva atau labia
mayora.
 Kemerahan dan nyeri di sekitar vagina (vulvitis).
 Flek atau perdarahan dari vagina.
 Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks.

Penyebab Vaginitis

Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian besar kasus, vaginitis
disebabkan oleh infeksi bakteri.

Keberadaan bakteri di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama jumlahnya seimbang.
Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di
vagina.

Selain karena infeksi bakteri, penyebab lain vaginitis adalah:

 Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang berlebihan di vagina.


 Infeksi cacing kremi yang menjalar dari anus
 Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat penggunaan pembersih kewanitaan.
 Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, dan herpes genital.
 Penipisan dinding vagina akibat penurunan kadar estrogen, misalnya setelah menopause
atau setelah operasi pengangkatan rahim (histerektomi).

Faktor Risiko Vaginitis

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita menderita vaginitis,
yaitu:

 Bergonta-ganti pasangan seksual.


 Menderita diabetes yang tidak terkontrol.
 Melakukan vaginal  douching atau membersihkan bagian dalam vagina.
 Sering mengenakan celana yang lembab atau ketat.
 Menggunakan KB spiral atau spermisida.
 Menggunakan produk pembersih kewanitaan.
 Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik atau kortikosteroid.
 Perubahan hormon akibat kehamilan atau konsumsi pil KB.

Diagnosis Vaginitis

Guna memastikan vaginitis, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala yang dialami pasien
dan apakah pasien pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. Kemudian, dokter akan
melakukan pemeriksaan berikut:

 Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.
 Pemeriksaan bagian dalam vagina, untuk melihat tanda peradangan.
 Pemeriksaan sampel cairan vagina di laboratorium, untuk mengetahui penyebab vaginitis.
 Pemeriksaan sampel jaringan.

 Manajemen klinik

Pengobatan vaginitis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Secara umum, pengobatan
tersebut meliputi:

Pemberian obat antibiotik

Metronidazole dan clindamycin adalah antibiotik yang paling sering digunakan pada vaginitis


yang disebabkan oleh bakteri.

Pemberian obat antijamur

Vaginitis akibat infeksi jamur dapat diatasi dengan obat antijamur,


seperti miconazole, clotrimazole, atau fluconazole.
Terapi pengganti hormon

Terapi pengganti hormon digunakan untuk mengatasi vaginitis yang dipicu oleh penurunan
hormon estrogen.

Sedangkan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh iritasi atau alergi, dokter akan
menganjurkan pasien untuk menghindari pemicunya, misalnya sabun pembersih vagina atau
kondom berbahan dasar lateks. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk
meredakan peradangan dan gatal.

Pencegahan Vaginitis

Vaginitis dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah sederhana di bawah ini:

 Bersihkan vagina dengan air tanpa menggunakan sabun, dan hindari membasuh bagian
dalam vagina.
 Selalu bersihkan vagina dari arah depan ke belakang setiap kali selesai buang air, dan
pastikan menyeka vagina hingga benar-benar kering.
 Hindari penggunaan benda yang bisa menyebabkan iritasi atau alergi pada vagina, seperti
pembalut yang mengandung pewangi atau sabun pembersih vagina.
 Lakukan hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-
ganti pasangan.
 Gunakan air hangat bila ingin berendam, jangan air yang terlalu panas.
 Pilih celana dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.
 Kontrol kadar gula darah bila menderita diabetes.

Sumber https://www.alodokter.com/vaginitis
9. Mengetahui DJJ noral dan tidak normal
Denyut jantung janin merupakan prediktor vital janin, hasil DJJ normal
berubah seiring dengan perkembangan kehamilan, fluktuasi DJJ juga normal.
Diawal kehamilan DJJ berfluktuasi secara konstan tetapi selama trimester ke
III menjadi lebih stabil. Pedoman internasional merekomendasikan bahwa
baseline denyut jantung janin normal berada di kisaran 110 dan 150 bpm.
Menurut Pilder rentang DJJ normal dapat diperkirakan terletak antara 120 dan
160 bpm.13 Selama trimester ke III DJJ relatif stabil. Denyut jantung janin
melambat sedikit selama trimester III (sebelum) persalinan tetapi masih stabil
sekitar dua kali detak jantung orang dewasa. Pada kehamilan beresiko tinggi
DJJ dimonitor selama persalinan.14 Denyut jantung janin dalam kasus
kehamilan jangka penuh adalah sekitar 140 denyut/menit (rata-rata DJJ)
selama persalinan, DJJ tidak normal Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengukuran nilai DJJ menggunakan Fetal Doppler perlu diperkuat dengan
pemeriksaan USG, dimana pada beberapa kasus tampak nilai DJJ yang tidak
normal terdeteksi oleh fetal Doppler tetapi setelah pemeriksaan USG masih
dalam batas normal. Salah satu hasil yang diperoleh yaitu pemeriksaan pasien
dengan nilai DJJ menurut Fetal Doppler adalah 196 bpm (tidak normal)
sedangkan diagnosa pemeriksaan USG adalah 148 bpm (normal). Nilai DJJ
yang rendah maupun tinggi (tidak normal) biasanya mengindikasikan adanya
kelainan jantung pada janin baik yang riskan terhadap penyakit jantung
bawaan maupun terhadap kelahiran yang tidak normal. Penilaian kenormalan
DJJ pada setiap pasien utamanya yang dikategorikan oleh salah satu alat tidak
normal kebanyakan diperkuat dengan riwayat klinis pasien antara lain adanya
keluhan Abortus Immenens yaitu terjadinya pendarahan yang kontinu pada
masa kehamilan tetapi janin masih dapat dipertahankan, serta adanya keluhan
placenta previa yaitu letak placenta yang sangat rendah juga dapat
berpengaruh negative pada kondisi janin.
Sumber:
1. file:///C:/Users/User/Downloads/151-Article%20Text-299-1-10-20181129.pdf
2. http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZDg2OWNj
Yzk5YTg1MTc1ODc1YzZhZWM2ZjQxZjIxOWI2YTg0ZWJmMg==.pdf
10. Cara mengukur tfu
Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir berat janin ketika masih
di dalam uterus. Berta badan janin mempunyai arti yang sangat penting dalam
pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan persalinan. Apabila
mengetahui berat badan janin yang akan dilahirkan, maka bidan dapat
menentukan saat rujukan, sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan.
Berat badan bayi yang sangat kecil atau sangat besar berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi selama masa persalinan dan nifas. Selain itu,
dengan mengetahui taksiran berat janin, penolong persalinan dapat
memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan atau tidak
(Kusmiyati, 2008).
Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat janin. Namun yang
paling sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan ultrasonografi, dan
pengukuran tinggi fundus uteri. Faktor-faktor yang berpengarauh terhadap
pengukuran dan diperkirakan sulit untuk dapat dikoreksi dalam penaksiran
berat badan janin ialah seperti tumor rahim, polihidramnion, plasenta previa,
kehamilan ganda dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas,
kondisi selaput ketuban, penurunan bagian terbawah janin (Bioeman, 2005). a.
Pemeriksaan Ultrasonografi Pemeriksaan USG merupakan suatu metode
diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari
morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang
uktrasonik dan dipantulkan oleh organ (Prawirohardjo, 2009). Penentuan berat
badan janin dengan USG menggunakan beberapa parameter, seperti Biparietal
Diameter (BPD), Femur Length (FL), Abdominal Circumferefnce (AC), Cross
Sectional Area of Thigh 9 (CSAT). Saat ini, penggunaan USG oleh para
penyedia pelayanan kesehatan telah banyak digunakan untuk memantau
tumbuh kembang dan merupakan suatu cara yang modern dalam memprediksi
kesejahteraan janin dalam uterus. Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan.
Pemeriksaan ultrasonografi masih terbatas pada PMB tertentu. Alat ini
diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin, termasuk memantau
suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat janin. Dengan
demikian diperlukan suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat
badan janin dimana fasilitas USG tidak tersedia. Pada prinsipnya pengguna
USG baik 2D, 3D bahkan 4D, tidak menimbulkan efek samping pada
kehamilan. Pemakaian alat USG baik 2D, 3D dan 4D pada pemakai (user)
yang mengerti dan paham akan membawa arah diagnosis ke suatu kelainan
janin atau penyakit janin yang lebih jelas, tetapi USG yang dilakukan hanya
untuk koleksi perkembangan janin (Morse, 2009).
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)
merupakan salah satu dari 10T yaitu kebijakan program pemerintah untuk
menurunkan angka kematian ibu, dimana pengukuran TFU adalah indikator
untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin. Tinggi fundus uteri (TFU) dapat
digunakan untuk menentukan usia kehamilan atau menentukan taksiran berat
badan janin (TBJ). TFU diukur dengan methelin dari fundus ke simfisis pubis.
Cara pengukurannya dengan menggunakan methelin, 10 dengan titik nol
diletakkan di atas simfisis pubis, lalu ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil
(Kamariyah, 2014).
- pengukuran tinggi fundus uteri
Pengukuran TFU (tinggi fundus uteri) merupakan salah satu metode
pengukuran yang dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga,
dengan cara mengukur perut ibu dari simfisis pubis hungga fundus uteri
menggunakan pita ukur. Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur ini
pertama kali diperkenalkan di Amerika oleh Mc. Donald pada tahun 1906-
1910, sehingga dikenal juga dengan sebutan ‘pengukuran Mc. Donald’. Selain
metode ini, ada juga pengukuran lain yaitu teknik pengukuran Caliper. Teknik
ini menggunakan jangka lengkung (Caliper),
pengukuran dilakukan dengan meletakkan salah satu ujung Caliper di
vagina ibu, sedangkan ujung yang lainnya di fundus. Karena pemeriksaan ini
menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu dan berisiko terjadinya infeksi,
maka jarang digunakan (Irianti, dkk. 2015). The American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan The Public Health Service
Expert Panel (1989) melakukan advokasi untuk merekomendasikan
pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur ini menjadi pemeriksaan
rutin pada kunjungan prenatal. Pengukuran TFU ini didasarkan pada
perubahan anatomi dan fisiologi uterus selama kehamilan, fundus menjadi
nampak jelas di abdominal dan dapat diukur. Sehingga pertumbuhan uterus
dapat dijadikan variabel penanda pertumbuhan janin (Irianti, dkk. 2015).
Beberapa rumus yang pernah digunakan dan dipertimbangkan adalah
penggunaan rumus Johnson Tausack dan rumus Niswander. Namun dalam
penggunaan klinis seharihari, metode yang sering dan mudah digunakan
adalah Johnson Tausack, selain itu keakuratannya dapat dipertimbangkan.
Rumus tersebut hanya dapat digunakan pada presentasi kepala, dimana
pemeriksa sebelumnya melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, turunnya
kepala dan dimasukkan kedalam rumus (Damayanti, 2009).
Sumber:

http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1402450078/BAB_II.pdf

11. Pemeriksaan VT
a. Pengertian Vaginal Toucher (VT)
Menurut Price dan Wilson (2007) Vaginal Toucher (VT) adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam liang
senggama untuk mengetahui:
1) Pasien yang baru datang, sudah inpartu/belum
2) Menetapkan titik awal suatu persalinan
3) Menetapkan ramalan perjalanan persalinan
Selanjutnya VT dilakukan berdasarkan indikasi, hal ini penting untuk
mencegah timbulnya infeksi.
b. Indikasi vaginal toucher (VT):
1) Bila ketuban pecah sebelum waktunya.
2) Untuk mengevaluasi pembukaan cervik uteri.
3) Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan.
4) Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam.
c. Kontra indikasi vaginal toucher (VT):
1) Pasien hamil dengan perdarahan pervagina
2) Adanya infeksi daerah genetalia
d. Hal-hal yang diperhatikan saat VT :
1) Pencegahan infeksi
(a) Terhadap diri sendiri
(1) Pakai sarung tangan steril
(2) Bidan/tenaga kesehatan kemungkinan besar terkena infeksi
(b) Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim
(1) Lakukan vulva higiene dengan benar.
(2) Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri.
(3) Masukkan jari tengah dan jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan
tidak boleh dikeluarkan sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi.
e. Yang dicari saat VT menurut Rohani (2011) adalah :
1) Perabaan serviks
(a) Lunak atau kaku
(b) Pendataran (effacement)
(c) Tebal tipisnya
(d) Pembukaan
(e) Kemana arah cerviks
2) Ketuban
(a) Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak dalam his
(b) Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah anak
sudah didasar panggul, bisa dipecahkan
3) Bagian terendah anak dan posisinya
(a) Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun
(b) Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubunubun
kecil/besar
(c) Penurunan sesuai dengan bidang Hodge
(d) Apakah terdapat caput suksedaneum dan seberapa besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
(e) Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala: misal
tangan/lengan menumbung, atau tali pusat
(f) Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya
4) Periksa ukuran-ukuran dalam panggul Keadaan panggul diperkirakan
normal bila :
(a) Persalinan spontan bayi hidup, aterm
(b) Primigravida hamil 36 minggu kepala sudah masuk PAP
Ukuran-ukuran panggul yang diperhatikan :
(a) Apakah promontorium teraba atau tidak
(b) Apakah lineainominata teraba sebagian atau seluruhnya
(c) Apakah os sakrum konkaf
(d) Bagaimana keadaan dinding samping panggul
(e) Apakah spina ischiadika menonjol/tidak
(f) Keadaan arcuspubis, Bagaimana keadaan dasar panggul?
5) Keadaan abnormal/patologis
(a) Terdapat tumor atau terjai penyempitan vagina
(b) Kekakuan cerviks: mengganggu pembukaan
(c) Arah dan panjang cerviks
(d) Tumor yang menghalangi penurunan bagian terendah
(e) Keadaan abnormal tulang panggul, deformitas jalan lahir
6) Pemeriksaan keadaan rongga panggul dengan periksa dalam
a. Menilai ukuran melintang dari PBP
(1) Masukkan kedua jari pada liang sanggama, tekankan pada Marcus
pubis. Regangan 2 jari tadi apakah masih dapat ditambah 1 jari lagi.
(2) Bila dapat : keadaan normal sudut lengkung kemaluan > 90◦
b. Meraba promontorium Dicoba dengan 2 jari yang ada di liang
sanggama, bila promontorium dapat dicapai, ada dugaan kesempitan panggul
Normal : promontorium tidak tercapai
c. Meraba lineainominata Diperiksa apakah linea inominata teraba
seluruhnya. Bila ya maka dugaan panggul sempit
d. Meraba tulang kelangkang Diperiksa cekungan tulang kelangkang dan
apakah tulang tungging (koksigis) menonjol kedepan. Normal : tulang kelangkang
cekung 2 arah : dari atas kebawah dan dari kiri ke kanan.
e. Meraba ligamentums akrospinosum Diukur panjangnya ligamentum
sakrospinosum. Normal : panjang 2 jari atau lebih, bila kurang 2 jari maka dugaan
panggul sempit
f. Meraba spina ischiadika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit
to user Diperiksa spinaischiadika menonjol. Jarak antara spina ischiadika
memberi gambaran tentang keadaan panggul tengah.
g. Mengukur conjugata diagonalis
(1) Bila promontorium tercapai dengan jari yang berada di liang sanggama
diukur conjugata diagonalis yaitu dari pinggir bawah symphisis sampai
promontorium.
(2) Ukuran conjugata diagonalis memberi perkiraan conjugata vera dengan
mengurangi ukuran conjugata diagonalis – 1,5 cm. Normal conjugata diagonalis :
12,5 cm/lebih.
7. Langkah-langkah pemeriksaan dalam menurut Depkes RI (2007) yaitu :
(a) Persiapan alat
1. Apron / schort
2. Sabun dan air mengalir
3. Tempat tidur
4. Selimut
5. Sarung tangan steril / DDT
6. Kapas DDT dalam tempatnya
7. Air DDT dalam tempatnya
8. Tempat sampah
9. Ember berisi larutan klorin 0,5%
10. Status pasien dan alat tulis
(b) Prosedur kerja
1. Siapkan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dalam
2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Bantu ibu dalam posisi dorsal rekumben (telentang dengan kaki ditekuk
pada lutut dan kedua kaki menapak tempat tidur)
4. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan keringkan dengan
handuk
5. Memakai sarung tangan DDT
6. Bersihkan labia dengan menggunakan gulungan kapas DDT yang
dicelupkan ke air DDT
7. Lakukan pemeriksaan untuk menentukan beberapa hal berikut :
(a) Serviks kaku atau lunak
(b) Serviks sudah mendatar atau belum
(c) Bibir serviks tebal atau tipis
(d) Perkiraan pembukaan
(e) Ketuban + / -
(f) Penurunan kepala, posisi uuk / uub
(g) Pastikan tidak teraba bagian-bagian kecil dari janin 8. Keluarkan kedua
jari jika pemeriksaan telah selesai. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam dalam
larutan tersebut.
9. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih
10.Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman
11.Catat dalam status pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan pada keluarga
Sumber: file:///C:/Users/User/Downloads/Ratna%20K%20bab%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai