PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
terutama untuk persaingan bisnis yang sehat.1 Merek menjadi bagian yang
sangat penting dalam suatu perdagangan, hal ini disebebkan diperlukan adanya
ciri khas baik berupa logo/gambar, kemasan, bentuk, ataupun warna yang
menjadi pengingat atau pengenal suatu brand tertentu sehingga menjadi mudah
diingat atau dikenal masyarakat luas sebagai pangsa pasar. Sehingga para
1
Gloria Gita Putri Ginting, Perlindungan Hukum Merek Terkenal Tidak Terdaftar Di Indonesia,
(Jurnal Gloria Juris, Vol. 6, No.2, Mei-Agustus 2006), hlm. 157
identity dalam bentuk karya intelektual dalam berbagai wujud sebagai daya jual
mereka.
contoh bagi produsen ekonomi serupa untuk bisa menciptakan barang yang bisa
laku dipasaran, disinilah menjadi awal mula plagiat atau peniruan dalam gambar/
logo sehingga jika konsumen lain melihat barang tersebut seolah-olah seperti
barang dari sebuah merek ternama yang asli. Tentu bagi pemilik merek ternama
dapat mengurangi omset penjualan atau bahkan bisa menurunkan nilai dari suatu
proses ekonomi yang terjadi.2 Oleh sebab itu merek merupakan salah satu bentuk
kekayaan intelektual yang pranata hukumnya sejak dahulu diatur secara khusus
2
Erma Wahyuni, dkk, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, (Yogyakarta: YPAPI, 2011),
hlm. 1
Dalam perkembangangnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual
Pengenalan HKI sebagai hak milik tidak berwujud dan penjabarannya secara
lugas ada dalam tatanan hukum positif terutama dalam kehidupan ekonomi
merupaan hal baru di Indonesia. Dari sudut pandang HKI, aturan tersebut
tidak saja akan memberikan akan memberikan rasa aman, tetapi juga
mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat atau gairah untuk
Jika dilihat dari latar belakang historis mengenai HKI terlihat bahwa negara
barat (western) penghargaan atas kekayaan intelektual atau apapun hasil olah
pikir individu sudah sangat lama diterapkan dalam budaya mereka yang
akan tetapi dipakai sebagai alat strategi usaha dimana karena suatu penemuan
untuk terus berkarya dan meningkatkan mutu karyanya dan menjadi contoh bagi
individu atau pihak lain, sehingga akan timbul keinginan pihak lain untuk juga
perlindungan HKI diberikan oleh negara untuk merangsang minat para pencipta,
penemu, pendesain dan pemulia, agar mereka dapat lebih bersemangat dalam
Adapun konsep HKI dari istilah Hak Kekayaan Intelektual, paling tidak ada
3 kata kunci dari istilah tersebut yaitu: Hak, kekayaan dan intelektual. Hak
Kekayaan adalah prihal yang bersifat, ciri, kaya, harta yang menjadi milik orang,
3
Haryani Iswi, Prosedur Mengurus HKI yang Benar, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010),
hlm. 6.
ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya ini dihasilkan atas kemampuan
intelektual melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan
tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh "produk" baru dengan landasan
bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau
produk pemikiran manusia (the creations of the human mind). Secara substantif
pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau
Menurut Bambang Kesowo HKI pada intinya HKI terdiri dari beberapa
jenis yang secara tradisional dipilih dalam 2 (dua) kelompok, yaitu: Hak
4
Bambang Kesowo, Kebijakan Di Bidang Hak Milik Intelektual Dalam Hubungannya
Dengan Dunia Internasional Khususnya GATT, (Panel Diskusi Bidang Hukum Hak Milik
Intelektual DPP Golkar, Jakarta), hlm. 7
prinsip-prinsip pokok dan pengertian-pengertian, ternyata UU No.14 Tahun
HAM RI) yang saat ini telah menjadi Kementrian Hukum dan Hak Asasi
"Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf -huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa"
5
Erma Wahyuni, dkk, Op.Cit., hlm. 2.
Berdasarkan ketentuan di atas, terlihat jelas bahwa fungsi utama merek
adalah untuk membedakan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang
sejenis. Dengan demikian merek merupakan tanda pengenal asal barang atau
Dalam Merek, setiap pemilik merek diberikan oleh pemerintah berupa hak
khusus atau hak merek dimana hak tersebut memberikan hak kepada pemilik
"Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakannya"
6
Ibid., hlm, 2-3.
7
Tim Lindsey dkk., Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2011),
hlm. 131
8
Rahayu Hartini, Hukum Komersial, (Malang: Universitas Muhamadiyah, 2006), hlm. 336.
sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena publik sering
mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek
tertentu sehingga sebuah Merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga
Soedjono Dirdjosisworo, hal tersebut berkaitan erat dengan prinsip “itikad baik”,
dimana Soedjono juga menjelaskan bahwa yang berhak atas sesuatu merek, yaitu
dan apabila pendaftaran ini telah dilakukan dengan itikad buruk, maka tidak akan
pemakaian suatu Merek tersebut memiliki iktikad buruk, maka dapat diadakan
permintaan pembatalan.10
merupakan salah satu aspek penting dari hukum Merek. Kepentingan ekonomi
9
Tim Lindsey dkk, Op. Cit., hlm. 131-132
10
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual (Hak
Cipta, Hak Paten, Hak Merek), (Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 2000), hlm. 222
dari merek-merek terkenal diakui dalam perjanjian internasional World
umum dan tidak hanya berhubungan dengan jenis barang - barang dimana
hukum bagi Merek Terkenal di Indonesia, yaitu pada Pasal 21 Ayat (1) huruf b
bersangkutan telah didaftarkan terlebih dahulu oleh pihak lain sehingga pihak
lain tersebut memperoleh hak atas Merek. Pendaftaran suatu Merek dapat
11
Tim Lindsey dkk, Op. Cit., hlm. 149-150.
diterima, karena hasil dari pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh
Indikasi Geografis yang secara khusus dan jelas mengatur tentang Merek
barang atau jasa yang sejenis dapat dibedakan asal mulanya, kualitasnya,
serta keterjaminan bahwa produk itu original. Era perdagangan global hanya
12
Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm.48.
dapat dipertahankan apabila terdapat iklim persaingan usaha yang sehat.13
Namun, hal ini justru cenderung dimanfaatkan oleh para pihak yang
ingin memperoleh keuntungan dari Merek yang sudah terkenal, sehingga dalam
dengan kualitas yang seharusnya dan juga sangat merugikan pemegang Merek
konsumen. Dalam hal ini, perlindungan hukum bagi Merek Terkenal sangat
dibutuhkan.
Salah satu contoh dari pelanggaran terhadap merek terkenal dari luar
negeri, dimana DC Comics penerbit buku komik asal Amerika Serikat yang
Negeri Jakarta Pusat. PT. MFM dalam melakukan pendaftarannya merek nama
dan logo "Superman" di Kemenkumham tidak memiliki itikad baik karena merek
2018/PN Jkt Pst yang terdaftar pada 3 April 2018. Pihak DC Comic meminta
telah didaftarkan dengan itikad tidak baik. Dalam hal ini, penggungat juga
yang berlaku.
Oleh karena itu, penulis ingin meninjau kasus pelanggaran Merek Terkenal
diatas, dimana merek nama/logo "Superman" yang didaftarkan oleh PT. MFM
penulisan penelitian hukum ini serta menjadi alasan penulis untuk menulis judul
dan mengaitkannya dengan sistem hukum yang telah ada. Dan dengan hasil
para pihak yang terkait dapat dipertahankan. Bagi pemegang Merek Terkenal,
ditingkatkan kembali. Bagi pelaku usaha, daya kompetisi usaha yang sehat
14
Helianti Hilman, Manfaat Perlindungan Terhadap Karya Intelektual Pada Sistem HaKI,
(Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2005), hlm. 5.
B. RumusanMasalah
K/PDT.SUS-HKI/2018?
C. TujuanPenelitian
K/PDT.SUS-HKI/2018.
D. ManfaatPenelitian
1. Kegunaan Secara Teoritis dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
E. MetodePenelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menelaah norma hukum tertulis
atau menarik asas-asas hukum terhadap hukum positif tertulis, antara lain dengan
logo merek pada wafer supermen antara DC COMICS melawan PT. MFM yang
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh melalui
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Cet. Ke-15, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 1.
18
Ibid, hlm. 32.
1. Bahan Hukum Primer, yaitu peraturan perundang-undangan, seperti Putusan
bahan hukum primer19, contohnya adalah buku yang ditulis oleh para ahli
dibidang hukum yang dapat dijadikan sebagai pendapat dari para ahli, jurnal,
skripsi, artikel, dan penulisan ilmiah lainnya. Dalam penulisan ini, bahan
hukum sekunder yang digunakan adalah hasil karya dari kalangan hukum.
Sekunder. Dalam penulisan ini bahan hukum tertier yang digunakan adalah
teori hukum terhadap HKI dan Merek baik itu Nasional maupun Internasional.
19
Yamin dan Utji Sri Wulan Wuryandari, Nukilan: Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:
Universitas Pancasila, 2014), hlm. 29.
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis
kualitatif yang dapat menghasilkan data penelitian yang bersifat deskriptif yaitu
objek penelitian dengan menghadirkan fakta kasus, fakta hukum, dan penegakan
hukumnya itu sendiri pada penelitian20 tentang Putusan Mahkamah Agung Nomor
1105 K/Pdt.Sus-Hki/2018.
20
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2007), hlm. 33.